Selasa, 26 Januari 2021

SEJARAH PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

A. Berdirinya Pelabuhan Tanjung Perak 

Terkenalnya pelabuhan Tanjung Perak Surabaya didukung oleh lagu yang atraktif dan kreatif. Lagu ini berjudul Tanjung Perak. Kerap dikumandangkan lewat siaran radio. Juga dalam pementasan wayang kulit dan ludruk suka melantunkan lelagon Tanjung Perak. Terlebih-lebih lagu Tanjung Perak ini mengandung unsur informatif dan suasana rekreatif. 

Tanjung Perak 


Thit thit thuwit dhar

Damar mati muliha

Siti lenga pasar sapi mati semar mendem

Dho remi mi fa sol jenang dodol geyal geyol

Mi re mire tahu tempe enak rasane


Waktu terang bulan, udara bersinar terang

Teranglah sekali di kotalah Surabaya

Belum brapa lama saya duduk dengan bimbang

Datang kawan saya, Mas Bambang itu namanya

Ayo rame-rame dayang kota Tanjung Perak

Panggil satu taksi kita soraklah bersorak, taksi


Tanjung Perak tepi laut

Siapa suka boleh ikut

Sama bapak, ibu, sing kuru, sing lemu

Minang kacung babu koki


Tanjung Perak tepi laut

Siapa suka boleh ikut

Bawa gitar kranjang piul

Jangan lupa bawa anggur

Tanjung Perak tepi laut

Tanjung Perak tepi laut

Dengan demikian adanya lagu Tanjung Perak itu menjadi promosi bagi aktivitas kerja pelabuhan yang terletak di kota Surabaya. Lagu Tanjung Perak ini banyak lucunya. Tanda hubungan sosial yang dekat dan akrab. Berlatar kota Surabaya dan menu Jawa Timuran. Menggunakan idiom plesetan yang bikin ketawa.

Dalam sejarahnya pelabuhan Tanjung Perak telah dikenal sejak jaman kerajaan Medang Kamulan, Kahuripan, Daha, Jenggala, Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, Mataram, dan Surakarta Hadiningrat. Pelabuhan Tanjung Perak digunakan sebagai sarana lalu lintas barang dan jasa. Barang ekspor impor melalui pelabuhan Tanjung Perak sebagai pendukung perputaran roda ekonomi.

Jaman kerajaan Medang Wetan dipimpin oleh Prabu Darmawangsa Teguh, pelabuhan Tanjung Perak dibangun di daerah Perak Pabean Cantihan Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak saat itu sudah dilengkapi dengan terminal peti kemas. Dari pelabuhan Tanjung Perak ini berhubungan pula dengan Pelabuhan Ujung yang menuju pelabuhan Kamal Bangkalan. 

Pada jaman kerajaan Kahuripan dipimpin oleh Raja Airlangga, pelabuhan Tanjung Perak semakin maju dan berkembang. Banyak pegawai dan administratur pelabuhan Tanjung Perak yang diambil dari warga Bali. Prabu Udayana sebagai ayah Airlangga turut pula membantu kelancaran Tanjung Perak dengan mengirim tenaga ahli dan trampil. 

Begitulah suasana pelabuhan Tanjung Perak pada masa kerajaan Medang Wetan dan kerajaan Kahuripan. Kerajaan Kahuripan beribukota di Surabaya. Sebelumnya kerajaan Kahuripan bernama Medan Wetan yang beribukota di Mojokerto. Dulu rajanya Prabu Darmawangsa Teguh dan Empu Sindok.

Kota Surabaya dibangun oleh Kanjeng Sinuwun Prabu Airlangga. Kepemimpinan Airlangga merupakan perpaduan antara budaya Bali, Jawa dan Kalimantan Timur. Asal usulnya dari beragam etnis, membuat dirinya toleran atas keberagaman.

Ayahnya adalah Prabu Udayana, maharaja bijaksana dari Bali. Ibunya dari Kutai, keturunan raja Mulawarman. Namanya Ratnawarman. Dia putri bangsawan yang trampil berbisnis. Usahanya meliputi kayu besi, kain tenun songket, perhiasan emas, pelayaran dan perkapalan. Ketika menjadi the first Lady di Istana Bali, tentu masyarakat bertambah makmur. Pemuda dilatih, dididik dan bekerja sesuai dengan ketrampilan.

Dalam suasana kejayaan itulah Airlangga mengalami pendidikan kebangsawanan. Prabu Udayana besanan dengan Prabu Darmawangsa Teguh. Raja Medang Martabumi ini punya gadis jelita. Bernama Prabasasi. Pernikahan Airlangga dengan Prabasasi berlangsung pada tanggal 21 April 1006.

Pesta pernikahan agung dilaksanakan besar-besaran. Tiap hari berkumandang gendhing mat-matan. Para penyanyi diundang bergiliran. Malam harinya dipentaskan wayang kulit semalam suntuk. Lakon diambil dari cerita adiparwa. Dipilih cerita yang mengandung nilai filosofis tinggi. Terutama yang berkaitan dengan teladan membangun rumah tangga.

Upacara pernikahan di Kraton Medang Martabumi dilanjutkan dengan tradisi sepasaran. Sebulan kemudian Prabu Udayana merayakan ngundhuh mantu. Hadir dalam pesta selapanan ini raja Samudra Pasai, Raja Baru, raja Bugis, Raja Banjar, raja Melayu, raja Maluku, raja Makassar, raja Nusa Tenggara. Duduk pada deretan tamu kehormatan yaitu Fatimah Binti Maimun dan Maulana Malik Ibrahim tokoh muslim dari kewalian Gresik. 

Turut mengundang keluarga besar kerajaan Kutai. Permaisuri Ratu Ratnawarman mengumumkan tidak menerima sumbangan dari mana pun. Maklum Ratu Ratnawarman seorang pengusaha kaya raya. Soal pesta pasti sudah tersedia yang berlimpah ruah. Acara ngundhuh mantu baginya menjadi kesempatan untuk menjamu warga Bali. Sang permaisuri raja Udayana terkenal pemurah dan ramah tamah.

Roda perekonomian semakin lancar dengan dibangunnya pelabuhan Tanjung Perak. Hasil perkebunan dari Kediri, peternakan Mojokerto, sayur-mayur Ngawi, dan bumbu pecel Madiun dikirim ke luar pulau lewat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Demikian pula buah apel Malang dipasarkan pula oleh keluarga kerajaan Kahuripan. Rakyat pun bertambah makmur.

Barang dan jasa dari mancanegara diimpor kerajaan Kahuripan lewat pelabuhan Tanjung Perak. Tenaga profesional dan disiplin membuat jalannya ekonomi menjadi lancar, gancar. Keuntungan usaha pelabuhan ini digunakan untuk pembangunan di segala bidang.

Perlu diketahui sejarah perjuangan para pendidikan pelabuhan Tanjung Perak yang menjunjung nilai heroisme. Prabu Darmawangsa Teguh beserta Ratu Sudisna sungguh sangat berbahagia. Putri satu-satunya telah berumah tangga. Berarti telah mentas. Sebagai orang tua hidupnya sudah merasa tutug. 

Masa depan kerajaan Medang Martabumi dibicarakan bersama nayaka dan sentana. Sidang penting ini dipimpin oleh perdana Menteri Narotama. Hasilnya musyawarah ini cukup mengejutkan. Pada tahun 1110 Prabu Darmawangsa Teguh memutuskan untuk lengser keprabon madeg pendeta.

Pembicaraan suksesi kerajaan Medang pada Martabumi cukup alot, panas, melelahkan. Fraksi fraksi kerajaan mengalami polarisasi. Ada dua kubu yang sangat dominan. Kubu Ginantar bersaing dengan kubu prameswari Sudisna. Dalam voting permusyawaratan, kubu prameswari Sudisna unggul. 

Kubu Ginantar tersingkir dan tidak puas. Sedangkan Prabu Darmawangsa Teguh sendiri tak mau bicara politik. Sang Prabu menjadi pertapa di Ngetos lereng gunung Wilis. Di Pertapan Ngetos ini Begawan Darmawangsa Teguh mengajarkan kama arta darma muksa.

Kekuasaan Kerajaan Medang Martabumi untuk sementara dipegang Patih Narotama. Akan tetapi, Rakyan Ginantar merasa berhak atas tahta. Sebetulnya Rakyan Ginantar adalah adik tiri Prabu Darmawangsa Teguh lain ibu. Lahir dari garwa selir. Pelan-pelan dia menyusun kekuatan. 

Konsolidasi politik berpusat di Kadipaten Wora Wari. Ketika para pembesar Kerajaan berkunjung ke daerah Blambangan, tiba-tiba ada insiden yang mengejutkan. Rakyan Ginantar berusaha merebut kekuasaan. Modusnya dengan nabok nyilih tangan. Preman bayaran disuap untuk membuat kerusuhan.

Pembesar Kerajaan Medang Martabumi segera bertindak cepat. Patih Narotama menunjuk Airlangga sebagai panglima keamanan. Markasnya di Sumoroto Ponorogo. Pendidikan militer sewaktu hidup di Bali kali ini diuji di lapangan. 

Segera Airlangga kontak dengan para bupati pesisir dan Bang Wetan. Dalam tempo sepasar keamanan pulih kembali. Jasa besar Airlangga ini menjadi inspirasi warga kerajaan Medang Martabumi untuk mendaulat Airlangga sebagai raja. Mbata rubuh surake wadya gumuruh. Semua sepakat.

Punggawa dan rakyat bertekad bulat. Airlangga harus menjadi pemimpin kerajaan. Atas restu dan saran Ibu Ageng prameswari Ratu Sudisna nama Medang Martabumi diganti menjadi kerajaan Kahuripan. Penobatan Prabu Airlangga dihadiri oleh Paguyuban raja nusantara. 

Tamu undangan dari Tiongkok, Hindustan, Srilanka pun datang. Bahkan utusan Kasultanan Mamluk dari Kairo Mesir mendapat kursi kehormatan. Namanya Syekh Magribi Jumadil Kubro. Beliau akhirnya menikah, Dewi Patmirah putri Adipati gegelang. Hubungan kerajaan Kahuripan dengan Kasultanan Mamluk Mesir semakin akrab.

Atas restu dan saran Ibu Ageng prameswari Ratu Sudisna nama Medang Martabumi diganti menjadi kerajaan Kahuripan. Penobatan Prabu Airlangga pada tanggal 31 Mei 1110 dihadiri oleh Paguyuban raja nusantara. Tamu undangan dari Tiongkok, Hindustan, Srilanka pun datang. 

Bahkan utusan Kasultanan Mamluk dari Kairo Mesir mendapat kursi kehormatan. Namanya Syekh Magribi Jumadil Kubro. Beliau akhirnya menikah, Dewi Patmirah putri Adipati gegelang. Hubungan kerajaan Kahuripan dengan Kasultanan Mamluk Mesir semakin akrab.

Hubungan dagang antara negara melalui pelabuhan Tanjung Perak. Berkaitan dengan itu pengelola pelabuhan pun dituntut untuk menguasai seluk beluk ekonomi kenegaraan. 

B. Pelabuhan Tanjung Perak Melancarkan Roda Ekonomi

Penggunaan pelabuhan Tanjung Perak ditujukan untuk memperlancar jalannya lalu lintas barang dan jasa. Faktor keamanan, kedisiplinan dan keteraturan yang menjadi hal pokok yang diutamakan. Pengelola pelabuhan pun dibekali dengan ilmu manajemen yang berwawasan bisnis global.

Surabaya benar-benar dirancang sebagai kota metropolitan sejak jaman Prabu Airlangga berkuasa. Kerajaan Kahuripan menempatkan Surabaya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Airlangga boleh dikata orang sangat beruntung. Dia mendapatkan warisan dua tahta. Dari kerajaan Bali dan Kahuripan. 

Faktor geneologi memang sah adanya. Aspek kecakapan, kemampuan, kejujuran, ketampanan, kepribadian lebih dari cukup. Didukung pula harta benda dari ibunya. Kelayakan untuk menjadi raja ditunjukkan dengan prestasi gemilang. Bidang pertanian mendapat perhatian prima dari raja Airlangga. Daerah selatan gunung Renteng sangat subur.

Logistik pangan harus tersedia sewaktu waktu. Pertanian jadi fokus perhatian. Sawah membentang dari gunung Lawu ke timur. Utara gunung Wilis dan Kelud cocok untuk lumbung padi. Wilayah sekitar gunung Arjuno, Semeru dan Bromo baik sekali untuk budidaya peternakan dan perkebunan. Kopi, teh, ceh tumbuh bagus. Buah pisang, pepaya, mangga, apel, surikaya, jambu, manggis, salak mendatangkan kemakmuran. Raja Airlangga bekerja keras. Negerinya tak boleh impor beras.Kerajaan Kahuripan dengan pusat menejemen di Surabaya berhasil swasembada pangan. Pada tanggal 17 Januari 1112 Prabu Airlangga membangun lumbung desa di daerah Wonokromo. 

Kawasan sekitar gunung kendheng diolah sebagai sumber komoditas. Hutan jati, semen, minyak diusahakan dengan teliti. Tidak boleh usaha yang berdampak pada kerusakan lingkungan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang kehutanan dan pertambangan dibina. 

Keuntungan harus bisa nikmati oleh sekalian warga negara. Menejemen perekonomian ini berkat didikan ibunda Ratu Ratnawarman. Kelestarian lingkungan gunung kendheng pun terjaga dengan baik. Kaum terpelajar juga dilibatkan dalam pengelolaan alam.

Pantai utara pulau Jawa dikelola raja Airlangga dengan prinsip menejemen maritim. Pesisir utara yang meliputi daerah Gresik, Lamongan, Tuban, dan Semarang jelas cocok untuk kehidupan nelayan. Oleh karena itu kerajaan Kahuripan membangun pelabuhan. 

Pelayaran pun jadi lancar. Perahu perahu mengangkut kerajinan ukir ukiran Jepara. Pabrik trasi dibangun di Lasem Rembang. Hasil nelayan meningkat. Perdagangan mendatangkan keuntungan. Devisa negara pun surplus. Kehidupan rakyat Kahuripan jelas subur makmur.

Pusat pemerintahan berada di kota Surabaya. Kerajaan Kahuripan menata birokrasi yang efektif efisien. Sistem pemerintahan diisi oleh orang yang punya kapabilitas dan integritas. Pelayaran umum berjalan lancar rakyat puas. Mereka bekerja tenang. 

Semua warga kerajaan aktif, kreatif dan inovatif. Produksi barang dan jasa maju sekali. Pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Emas ramai sekali. Lalulintas tak ada hambatan. Birokrasi kerajaan Kahuripan yang berlokasi di Surabaya tampil bersih dan berwibawa.

Sekses gemilang raja Airlangga dalam pembangunan Surabaya juga berdampak pada kreasi kebudayaan. Empu Kanwa diberi tugas untuk menyusun kitab Kakawin Arjuna Wiwaha. Kisah Kakawin ini legendaris. Para pengelola pelabuhan Tanjung Perak amat baik membaca literatur klasik. 

Tahun 1760 kitab ini direka ulang Sinuwun Paku Buwono lll, raja Karaton Surakarta Hadiningrat. Pada tahun 1966 diteliti oleh Subalinata dalam bentuk skripsi. Dr Kunthara Wiryamatana, dosen fakultas Sastra UGM membahas karya jaman Airlangga. Disertasi ini menunjukkan kerajaan Kahuripan sebagai contoh pengembang kebudayaan yang agung dan anggun. Surabaya mewarisi peradaban yang utuh, sepuh dan tangguh.

Jual beli yang melibatkan lalu lintas barang menjadi faktor dominan bagi perkembanganekonomi sebuah negara. Kehadiran pelabuhan Tanjung Perak sungguh membantubagi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu para pengelola pelabuhan dibekali dengan ilmu pengetahuan yang cukup.

C. Pewaris Nilai Agung bagi Kepemimpinan Kota Surabaya

Kerajaan Majapahit yang berdiri sejak tahun 1292 menjadikan pelabuhan Tanjung Perak sebagai garda depan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Raden Wijaya seorang pemimpin yang amat paham terhadap seluk beluk bisnis, politik, ekonomi, budaya, sosial dan hukum. Pengelolaan pelabuhan Tanjung Perak berlangsung dengan penuh dinamis dan kreatif. 

Peran strategis kota Surabaya dimainkan oleh Raden Wijaya tahun 1293. Konsolidasi awal kerajaan Majapahit melibatkan Arya Wiraraja, tokoh penting masyarakat Madura. Dari Surabaya inilah kerajaan Majapahit akhirnya berdiri sebagai negara yang besar dan jaya. Bahkan mendapat predikat sebagai kerajaan nasional. 

Tokoh Surabaya dalam bidang spiritual juga perlu dikemukakan. Kanjeng Sunan Ampel adalah Wali Sanga yang berdomisili di kota Surabaya. Dulu menjadi pengasuh utama Raden Patah, raja Kasultanan Demak Bintara. Bersama dengan Kanjeng Sunan Bonang pada tahun 1478 Kasultanan Demak Bintoro berdiri sebagai kerajaan Islam di Tanah Jawa. 

Tak ketinggalan istri Sunan Ampel, yaitu Nyi Ageng Maloka adalah wanita Sholehah yang turut mendidik Raden Patah yang bergelar Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah.

Semangat dakwah Islamiyah yang dipelopori Sunan Ampel dan Nyi Ageng Maloka pada tahun 1482 itu merupakan sebuah keteladanan. Syiar Islam menggunakan pendekatan budaya. Arab digarap, Jawa digawa. Hasilnya adalah keselarasan sosial. Pelopor keagamaan kota Surabaya ini berpegang teguh ajaran Rahmatan Lil Alamin.

Kraton Demak Bintara menggantikan posisi kerajaan Majapahit. pengelolaan pelabuhan Tanjung perak semakin maju. Perdagangan malah semakin meluas sebanyak pedagang dan gujarat dari timur tengah yang menggunakan jasa dari pengelola pelabuhan Tanjung Perak. 

Prestasi gemilang pemimpin Surabaya yang pantas dicatat dengan emas adalah Adipati Pangeran Pekik. Bupati Surabaya ini menikah dengan Ratu Wandansari, putri Prabu Hadi Hanyokrowati Khalifatullah Panetep Panotogomo yang menjadi raja Mataram. Ratu Wandansari juga adik kandung Kanjeng Sultan Agung. Dari pernikahan ini lahir Kanjeng Ratu Kencono. Beliau ibunda Kanjeng Sinuwun Amangkurat Amral.

Pangeran Pekik dan Ratu Wandansari mendidik sang cucu, Raden Rahmat. Kelak Raden Rahmat pada tahun 1677 dinobatkan menjadi raja Mataram dengan gelar Kanjeng Sinuwun Amangkurat Amral. Saat itulah Pangeran Pekik menjadi arsitek perpindahan ibukota Mataram dari Plered ke Kartasura.

Perpindahan ibukota Mataram ke Kartasura itu ditangani oleh ahli dari Makasar, Madura dan Surabaya. Pangeran Pekik menyokong dana besar-besaran. Arsitektur utama diserahkan kepada putra Surabaya yang bernama Sawungggaling. Beliau tokoh kenamaan Surabaya yang amat disegani.

Selama tenggang waktu tahun 1677-1708 sesungguhnya kebijakan kerajaan Mataram sangat dipengaruhi pakar dari Surabaya. Wajar sekali karena Bupati Surabaya, Pangeran Pekik adalah perancang sekaligus sponsor utama pembangunan ibukota Mataram Kartasura.

Donatur utama perjuangan Untung Surapati berkaitan erat dengan Pangeran Pekik. Sebelum menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung wiranegara tahun 1684, Untung Surapati bermukim di Surabaya. Memang dia anak buah Pangeran Pekik. Maka hubungan dengan Sri Susuhunan Amangkurat Amral terlalu dekat. Jaringan kerja yang tersusun rapi.

Pelabuhan Tanjung Perak sangat maju pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Amral 1677- 1703. Raja Mataram ini memang asli arek Suroboyo. Barang, jasa, produk kerajaan Mataram banyak yang disalurkan lewat pelabuhan Tanjung Perak. Bahkan pelabuhan Tanjung Perak memiliki kantor cabang di kota Kartasura. 

Kerjasama dengan para penguasa surabaya dilakukan dengan sangat baik oleh pengelola pelabuhan Tanjung Perak. Pewaris nilai agung pernah diberi kesempatan untuk memimpin Surabaya. Mereka adalah orang yang sangat terhormat dalam lintasan sejarah peradaban.

1. Radjamin Nasution 1945

2. Soerjadi, 1945-1950

3. Doel Arnowo, 1950-1952

4. Moestadjab Soemowidagdo, 1952-1956

5. Istadjab Tjokrokoesoemo, 1956-1958

6. R. Satrijo Sastrodiredjo, 1958-1963

7. Moerachman, 1963-1965

8. Raden Soekotjo, 1965-1974

9. Raden Soeparno, 1974-1979

10. Moehadji Widjaja, 1979-1989

11. Poernomo Kasidi, 1989-1994

12. 10. Soenarto Soemoprawiro, 1994-2002

13. Bambang Dwi Hartono, 2002-2010

14. Tri Rismaharini, 2010-2020

Para pemimpin Surabaya itu selalu memancarkan kawidadan kawibawan kamulyan dan karaharjan. Nilai kepahlawanan menjadi inspirasi untuk mengabdi.


Surabaya Kota Pahlawan 

Surabaya kuthane Jawa Timur. Tlatahe katelah dadi kutha pahlawan. Sura wani baya pakewuh cethane. Dadi pawitan revolusi bangsane.

Sepuluh Nopember patang puluh lima. Cilaka dur angkara. Digempur lebur luluh.

Pranyata gedhe kaprawirane. Pra mudha kasudirane arek Surabaya. Sura wani baya pakewuh cethane. Dadi pawitan revolusi bangsane.

Singasari Majapahit nyata agung. Pangajab dadya tepa palupi ing ngaluhur.

Mbata rubuh surake, tur gumuruh swarane. Pambarisan pahlawan Surabaya. 

Semangat arek Surabaya juga berpengaruh pada etos kerja pengelola pelabuhan Tanjung Perak. Berjuang untuk kemajuan negeri. 


Rek Ayo Rek 


Rek ayo rek mlaku-mlaku neng Tunjungan

Rek ayo rek rame-rame bebarengan

Cak ayo cak sapa gelem melu aku

Cak ayo cak golek kenalan cah ayu


Ngalor ngidul liwat toko ngumbah mata

Masi ngomong nyenggal-nyenggol dadi lega

Sapa ngerti nasib awak lagi mujur

Kenal anake sing dodol rujak cingur


Jok dipikir masiya ra duwe sangu

Jok dipikir angger padha gelem mlaku

Mangan tahu jo dicampur karo limun

Malem minggu gak apik dienggo nglamun

Lagu ini terkenal di wilayah Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur. Dialek khas Surabaya memang terkenal sebagai bahasa yang lugas dan terbuka. Namun tampak dekat dan akrab serta segar bila didengar. Saat merantau ke Surabaya sering menyanyi lagu Ayo Rek. Lantas ingat para perantau. Mereka barisan urbanisasi arek Surabaya. Semoga berhasil memperbaiki nasib.


Surabaya Ngumandhang


Ngumandhang kutha Surabaya

Aduh jan dhuwur tugu pahlawan

Pembangunan sengkut sesawangan runtut,

Endah tur piguna jalan raya mayangkara

Kagunan gardhu kang wus kajegub

Wonokromo kebun binatange

E tobil pepak isen-isene

Tegakna kumandhang ngumandhang ing Surabaya

Kemajuan pelabuhan Tanjung Perak sudah terbukti dalam rentetan sejarah. Lelagon di atas memberi warna bahwa kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan dan bisnis selalu berjalan dengan dinamis. Warga dari segala lapisan masyarakat bekerja di kota Surabaya dengan aman dan nyaman. 

Kenangan manis pelabuhan Tanjung Perak terjadi pada tahun 1788. Saat itu pelabuhan Tanjung Perak mendapat tenaga trampil dari Raden Ajeng Sukaptinah, putri Bupati Pamekasan Madura. Sebagai komisaris pelabuhan Tanjung Perak Raden Ajeng Sukaptinah sangat mumpuni dalam manajemen pelayaran. 

Kelak Raden Ajeng Sukaptinah menjadi garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana IV raja Kraton Surakarta Hadiningrat. Dengan gelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Pelabuhan Tanjung Perak dalam perjalanan historis memiliki kenangan manis.

Oleh Dr Purwadi SS M.Hum, ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara - LOKANTARA. Hp. 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar