A. Turunnya pusaka kerajaan.
Kekuasaan Jawa sesungguhnya bersifat magis. Simbol politik hadir besama benda mistik misalnya keris Kyai Plered. Pusaka kraton diperoleh dalam dengan lelaku.
Pusaka kerajaan merupakan sumber legitimasi kekuasaan. Hari Rabu, 29 Nopember 2023 dilakukan sarasehan. Tema pokok tentang arti penting kekuasaan dalam lintasa peradaban Jawa. Peserta pemuda dan mahasiswa yang cinta budaya nasional.
Identitas naratif sungguh bermakna. Nilai lokal Jawa digunakan untuk memperkokoh jatidiri bangsa. Maka diadakan kajian kearifan lokal. Bertempat di Karangmalang. Kajian ilmiah dengan analis data yang terarah. Hubungan kekuasaan dengan mistik memang erat.
Politik selalu terdapat rivalitas. Misalnya analisis terhadap pagelaran wayang. Lakon wahyu Cakraningrat digelar di sasana suwema Kraton Surakarta. Tepat pada hari yang cerah. Pasugatan seni edi peni, budaya adi luhung. Kegiatan ini diikuti oleh segenap praktisi budaya. Posisi juru nujum berperan sentral. Pitutur biar hidup teratur.
Rivalitas politik menyangkut beragam pelaku. Wewarah biar hidup terarah. Bagi orang Jawa lakon wahyu Cakraningrat berguna untuk memberi legitimasi kekuasaan. Wahyu lambang anugerah yang bersifat sosio magis. Gagasan tentang politik kekuasaan berhubungan erat dengan faktor adi kodrati.
Pitutur luhur bagi masyarakat. Perlu kajian tentang kearifan lokal. Cakraningrat bermakna roda yang memutar dunia. Kekuasaan dengan efektif dalam mempengaruhi corak kehidupan. Abang ijo negara gumantung panguasa. Cakra adalah roda berputar. Ningrat adalah jagat raya. Dunia raya merasa bahagia. Konsep kepemimpinan politik tradisional.
Politik bertumpu pada regulasi. Desa mawa cara, negara mawa tata. Dalang mulai pagelaran dengan gending ayak talu. Peringatan hari ulang tahun paguyuban Kraton dipusatkan di sasana sumewa. Semua anggota yang berasal dari pelosok sama hadir. Pisowanan agung berlangsung sejak pagi. Puksur myang suling pandhen daludak. Simbol memberi makna.
Bendera berkibar kibar. Hadir saking sajuru juru. Wadya bala kumpul ing sajuru juru. Para abdi dalem berasal dari Malang, Blitar, Sidoarjo, Surabaya, Nganjuk, Kediri, Trenggalek, Madiun, Ponorogo, Ngawi dan Tuban. Termasuk abdi dalem yang berdomisili di Jawa Timur. Reyog Ponorogo ditampilkan oleh warga Magetan. Pentas juga jaran kepang. Enjing bidhal gumuruh. Pakaryan negari. Sanggar pamelengan. Adegan ngobong dupa berada di sanggar pamelengan. Kukuse dupa kumelun. Minyak jebat kasturi, kembang dan menyan menyelimuti halaman pagelaran. Praktek kekuasaan bercampur mistik.
Ahli spiritual memberi petuah. Bopo sesepuh memimpin ritual ndadi. Kendang, kempul, gong, Bonang, ketipung bersamaan dengan suara selompret. Tambur bendhe beri sami arebut papan. Gumreget gumregut gumregah. Proses politik melibatkan japa mantra.
Kerajaan memerlukan legitimasi. Instrumen kerajaan dipilih agar bernuansa megah indah. Gelar wayang dengan gending patalon membuat wibawa seni pakeliran. Reyog dengan kendang batangan ageng. Ongkrek bambu berfungsi sebagai kethuk seselan. Rinengga gendhing dolanan begitu merdu. Dhadhak merah berjumlah sembilan. Arak arakan melampaui Kori kamandungan, lawang gapit, dalan kaliurang, pagelaran, alun alun, gladhag, balai kota. Berputar kembali ke halaman sasana sumewa yang dibangun oleh Sinuwun Paku Buwana III pada tahun 1752. Cocok dengan gending kabor yang menggambarkan suasana yang Agung. Wibawa dan widada. Lambang kebesaran simbol legitimasi.