Rabu, 29 November 2023

SEJARAH KABUPATEN PURWAKARTA

A. Arti Nama Purwakarta

Purwakarta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Purwa dan Karta. Kata purwa bermakna permulaan, asal-usul, kuna, klasik, awal, pertama, dahulu, lampau, silam, dulu, timur. Kata karta berarti kerja, karya, makmur, sejahtera, giat, ramai, meriah, megah, mewah, indah, anggun, agung, mulia. Dengan demikian Purwakarta memiliki makna asal mula pekerjaan yang membawa kemakmuran.

Harapan besar itu disampaikan oleh Raden Adipati Aria Suriawinatapura pada tanggal 18 Juli 1834. Orasi budaya di Pendopo Purwakarta dihadiri oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII, raja Surakarta Hadiningrat. Hadir pula Raden Ngabehi Ranggawarsita, seorang pujangga yang produktif dalam menulis kitab klasik. Sarasehan kebudayaan ini dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang unggul, tangguh, dan bermartabat.

Kegiatan budaya di pendopo Purwakarta meliputi seminar, pameran, lomba dan pelatihan seni. Urusan seminar dikerjakan oleh Babakan Cikao, Bojong, Campaka, Bungursari. Bidang panuran diserahkan pada warga Cibatu, Danangdan, Jatiluhur, Kiarapedes, Manus, Pasawahan. Seksi lomba ditangani oleh warga Pondok Salam, Plered, Sukasari. Sedangkan untuk pelatihan seni dikerjakan oleh warga Sukatani, Tegalwaru, Wanayasa. Semua warga bekerja dengan sungguh-sungguh demi nama baik Purwakarta. Tekad bulat mereka pantas diacungi jempol.

Rintisan kerja Aria Suriawinata ini dilanjutkan oleh Raden Adipati Aria Surianatalegawa. Pada tanggal 27 Maret 1849 beliau membangun daerah Sendangkasih. Pada masa pemerintahannnya dilakukan pembuatan Situ Buleud, kompleks perkantoran, perumahan pegawai. Untuk memenuhi kebutuhan rokhani dibangunlah masjid agung beserta menara yang betul-betul membanggakan. Juga disediakan asrama tentara di Ceplak, Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing.

Perkembangan teknologi di Purwakarta sudah berlangsung lama. Sistem transportasi kereta api diresmikan pada tanggal 20 Maret 1898. Peresmian stasiun kereta api Purwakarta dilakukan oleh Raden Adipati Aria Wiranagara. Kebetulan Aria Wiranagara pernah belajar lokomotif di Madiun. Seluk beluk manajemen transportasi sangat dipahami oleh tokoh Purwakarta ini.

Dalam  sejarahnya penggunaan kereta api Jawa bermula pada tahun 1867. Hingga tahun 1894 telah dibangun jalur rel kereta api yang menghubungkan Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya. Panjangnya lebih dari 912 km. Lintasan kereta api itu terhubung dengan daerah Purwakarta. Kehidupan di seluruh Jawa semakin mudah murah.

Jasa besar Aria Wiranagara itu pantas dikenang. Beliau sudah membuat terobosan untuk memajukan Purwakarta. Warisannya lestari hingga sekarang. Pemimpin Purwakarta ini menjadi pelopor modernitas. 

Pemimpin Purwakarta yang  aktif dalam lapangan pendidikan dan sosial adalah Raden Adipati Aria Natakusuma. Beliau pada tanggal 20 Mei 1908 turut pula mendirikan organisasi Budi Utomo. Kecakapan Aria Natakusuma mempunyai ilmu kesaktian. Berkat ilmu kanuragan guna kasantikan ini, Aria Natakusuma punya kelebihan dapat mengobati beragam penyakit. Setelah pensiun dari jabatan bupati Purwakarta beliau praktek penyembuhan. Hebatnya lagi beliau tidak mau dibayar. Semua serba sukarela. 

B. Sumbangsih Kabupaten Purwakarta dalam Pembangunan Peradaban

Berdirinya Parsarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan berkembang juga di Purwakarta. Pada tahun 1912 Raden Adipati Aria Widyadipura menjadi pimpinan daerah Muhammadiyah untuk wilayah Purwakarta. Anak-anak dan remaja berkesempatan untuk memperoleh pendidikan yang cukup. Syarikat Islam juga berkembang pesat. Pengaruh HOS Cokroaminoto memang meluas di Nusantara.

Kabupaten Purwakarta memiliki fasilitas yang lengkap pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Aria Sastradipura I. Beliau memerintah tahun 1921 – 1935. Aria Sastradipura I sangat aktif dalam mengembangkan ide modernitas. Beliau bersahabat dengan Sanusi Pane. Kedua orang ini kerap berdiskusi tentang perkembangan kerajaan. Beliau memang ahli sejarah.

Raden Tumenggung Aria Sastradipura II menjabat sebagai Bupati Purwakarta sejak tahun 1935. Beliau berguru pada Raden Panji Sosrokartono ahli theosofi di Bandung. Kakak kandung RA Kartini menguasai lebih dari 26 bahasa. Raden Panji Sosrokartono pernah lama bertugas sebagai wartawan di Eropa.

Berikut nama Bupati Purwakarta yang berjasa dalam membangun peradaban agung. Jasa beliau pantas dikenang sepanjang jaman.

1. RAA Suria Winatapura 1834 – 1847

2. RAA Suria Natalegawa 1847 – 1876

3. RAA Suria Wiranagara 1876 – 1902

4. RAA Suria Nalakusuma 1902 – 1911

5. RAA Suria Widyadipura 1911 – 1921

6. RAA Suria Sastradipura I 1921 – 1935

7. RAA Suria Sastradipura II 1935 – 1949

8. RAA Suria Sastradipura III 1949 – 1968

9. RH Sunaryo Ronggowaluyo 1968 – 1969

10. RA Muchtar 1969 – 1979

11. RHA Abubakar 1979 – 1980

12. Mukdas Dasuki 1980 – 1982

13. RHA Abubakar 1982 – 1983

14. Soedarna TM 1983 – 1993

15. Bunyamin Dudih 1993 – 2003

16. Tubagus Lily Hambali Hasan 2003 – 2008

17. Dedi Mulyadi 2008 – 2018

18. Anne Ratna Mustika 2018 

Semboyan kabupaten Purwakarta adalah Wibawa Karta Raharja. Para bupati Purwakarta amat menghayati arti filosofis semboyan luhur tersebut. Kewibawaan berhubungan dengan perilaku yang terpuji. Kebijakan para pimpinan ditujukan demi kemakmuran. Rakyat harus cukup sandang pangan papan. Itulah perwujudan sejahtera lahir batin.

Kultur budaya Sunda amat dihayati oleh masyarakat Purwakarta. Kehidupan mereka selalu berkaca kepada keluhuran Prabu Siliwangi yang pernah memerintah kerajaan Pajajaran. Keteladanan Prabu Siliwangi terbukti membawa rakyat hidup aman damai.

Bentuk penghormatan kepada leluhur misalnya setiap tahun pemimpin dan rakyat berkunjung di makam RAA Suria Winatapura. Juga ziarah di makam Baing Yusuf yang wafat tahun 1856. Masyarakat Purwakarta juga menghormati Syekh Tubagus Akhmad Bakri As Sampur. Beliau adalah para tokoh Purwakarta yang terkemuka. Sejarah menjadi perhatian pemimpin dan rakyat, demi menyongsong masa depan yang lebih gemilang.

Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum, 27 Agustus 2020

Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta, hp. 087864404743

Tidak ada komentar:

Posting Komentar