Rabu, 27 Oktober 2021

Jejak Budaya di Negara India

1. Menelusuri Jejak Peradaban

Wilayah Nusantara sudah berhubungan dengan negeri India sejak dulu kala. Berguru tentang kebudayaan ke negeri India pada tanggal 25 – 28 April 2018. Acaranya yaitu “3 Day International Conference India 8 Southeast Asia: One Indie Belt Share Culture & Common Destiny.” Bertempat di Centre for Chinese & Southeast Asian Studies, School of Language, Literature & Culture Studies, Jawaharlal Nehru University, New Delhi.

Persiapan yang dilakukan yaitu mengurus di Kedubes India Jl. Rasuna Said Kav. S/1 Kuningan, RT 8 RW 3 Jakarta Selatan. Suasana Kedubes pada hari Selasa, 17 April 2018 tampak hikmad, berwibawa dan beraura. Tas, benda elektronik, buku catatan, Hp diminta untuk dititipkan pada petugas. Sejak dari pintu gerbang pengamanan cukup ketat.

Keberangkatan ke India didukung oleh para handai taulan. Mereka memberi sumbangan, dukungan dan saran. Pak Ir. H. Soekirman, Bupati Serdang Bedagai meyakinkan sejak awal dengan urunan. Pak Drs. Joni Walker Manik, MM mengirimkan sumbangan material spiritual. Bahkan Pak Joni yang menjabat sebagai Kadis Pendidikan Sergai bersedia wawancara di PPG Jl. Kaliurang Yogyakarta 20 April 2018. Dengan segala keramahannya beliau memandang konferensi ilmiah di India sebagai kegiatan penting.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Mas Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Mulai dari tahun 1992, saat beliau menjadi ketua Senat UGM, selalu saja mendorong pihak lain untuk maju, berkembang dan produktif. Aktivitas konferensi di India ini juga mendapat dukungan dari Mas Anies Baswedan. Sepanjang masa gerak langkahnya untuk memperoleh kebajikan dan memperjuangkan terangnya jagad raya. Mas Muhammad Chouzin Amirullah membantu Mas Anies dalam hal pekerjaan. Lewat Chouzin ini segala tugas menjadi lancar. Maklum Chouzin menjadi aktivis kemahasiswaan UGM sejak tahun 1996. Menjabat Ketua Umum PB HMI dengan semangat tinggi.

Kemurahan juga datang dari Gusti Mung atau  GKR Wandansari beserta KP Wirobumi. Beliau berdua begitu tertarik dengan makalah yang berjudul “Local Wisdom According Ramayana Story that Written by Kyai Yasadipura.” Makalah ini mengulas kearifan lokal yang diwariskan oleh para pujangga Kraton Surakarta. Karya pujangga Jawa menjadi kajian peneliti dunia. Merka menemukan keagungan dan keanggunan yang dapat digunakan untuk membangun peradaban.

Kawan karib yang mendukung penuh kunjungan ke India yakni Among Kurnia Ebo. Aktivis jurnalistik alumni UGM terkenal pemurah, ramah, lincah. Sumbangan untuk kegiatan budaya telah turun berlimpah ruah. Putra dari Lamongan ini setiap hari menjadi aktivis agrobis yang berhasil. Geraknya amat  membanggakan, dengan menjadi Trainer pertanian. Berbagai acara pelatihan telah didatangi. Lewat SMS Ebo memberi saran dan pesan tentang suasana negeri India.

Gita gita anawubg gati. Berangkat dari Yogyakarta bertemu dengan Pak Ir. Purwo Jatmiko, M.Eng. Ahli Sosioteknik ini tetap gesit, lancar dan mengagumkan. Analisa tentang perubahan teknologi diulas dengan cermat. Beliau menyarankan agar tak perlu ribut soal persaingan. Cukup cari saja bidang yang tidak digarap orang lain. Terkait dengan konferensi kali ini, Pak Purwo Jatmiko telah dua kali datang ke India. Pada prinsipnya suasana India hampir sama dengan Indonesia. Pagi tanggal 25 April 2018 Pak Purwo kelihatan cerah. Putrinya yang bernama Mbak Ima sedang mendapat anugerah besar. Sebentar lagi Pak Purwo akan menjadi Eyang kakung. Perhelatan tanggal 14 Januari 2018 telah bikin kebahagiaan bersama.

Bandara Soekarno Hatta sungguh luas. 25 April 2018 antara pukul 10.00 – 14.00 berada di Cengkareng Jakarta. Makan siang bersama Prof. Dr. Suwardi, telah tersedia dua bungkus nasi gudeg yang dibeli dari Yogya. Lahap sekali. Lauk krupuk dan tahu.  Pengalaman naik kereta sambung yang menghubungkan antar terminal Cengkareng. Sempat pula berbincang dengan pelaku bisnis dari Malaysia. Sebagian bertukar pikiran dengan TKW dan TKI. Mereka bekerja di Malaysia. TKI dari Lampung dan Cirebon merasa kerasan di Malaysia. Lantas perjalanan berlanjut ke India pukul 18.00. Banyak warga India yang pulang kampung. Rupa-rupanya Malaysia sedang menjadi tujuan kerja orang India.

Amat beruntung ada teman baru di deretan kursi. Namanya Alam Muhammad Syafii. Dia bekerja di sebuah company Malaysia. Umurnya 25 tahun. Masih perjaka. Dia mau pulang untuk menikah. Pembawaannya ramah. Mau bercerita banyak tentang negeri India. Makan malam 2 nasi kotak. Gudeg yang dipersiapkan dari kota asal. Enak sekali. Daripada beli di pesawat, harganya mahal dan kurang sedap. Manajemen perjalanan yang terkait dengan makanan dan minuman perlu dilakukan dengan teliti.

2. Suasana Negeri India

Tiba di New Delhi pukul 22.00, kalau di Indonesia bagian Medan barangkali sudah pukul 24.00 WIB. Orang India tampak gagah, cantik dan bersemangat. Lampu bercahaya warna warni seperti siang hari. Suara klakson berbunyi nyaring, bersaing dan bersahut sahutan. Itulah ciri khas transportasi dan lalu lintas di India. Mobil selalu padat dan tampak bersahaja. Orang India terbiasa dengan kendaraan yang sederhana.

Pada hari Kamis, 26 April 2018 segera mengikuti konferensi di Jawaharlal Nehru University (JNU). Bersama dengan Prof. Dr. Suwardi, masuk JNU kampus ini besar dan luas. Di sela-sela gedung tumbuh tanaman hutan. Putar-putar kampus JNU akan dijumpai hutan yang tumbuh berbagai tanaman. Suara burung berkicau, beterbangan menghiasi suasana perguruan tinggi. Mirip pertapan Saptaharga.

Bangunan terbuat dari bahan batu bata. Tampak gedung klasik. Penjagaan keamanan di JNU relatif ketat. Kami berdua sudah datang di kampus kira-kira jam 6 pagi. Terlalu dini, padahal acara konferensi mulai pukul 10.30, sambil menunggu kantin buka, kami melihat JNU dan membayangkan kampus di Indonesia. Jalan kaki pada pagi hari menjadi sarana olahraga. Hawa agak panas, sumuk. Tapi badan tidak berkeringat karena hawa tidak lembab.

Kampus Universitas Jawaharlal Nehru berada di tengah hutan. Cuma tanahnya tandus, gersang dan bebatuan. Kalau ingin jalan-jalan baiknya dilaksanakan pada hari pagi. Supaya tidak terasa panas. International Conference India & Southeast Asia: One Indie Belt, Jawaharlal Nehru University, berlangsung pada tanggal 26-28 April 2018. Demikian pukul 10.00, sebelumnya tim universitas Indrapastha Jakarta memberi suguhan lagu mat-matan, dengan iringan gamelan laras pelog. Pimpinannya priyayi Drajidan Musuk Boyolali. Beliau masih saudara Ki Joko Suwani dan Mbak Suyoto. Mereka adalah penghayat dan pelestari kebudayaan Surakarta. Sajian mereka cukup menggembirakan peserta konferensi di Auditorium, Convention Centre, JNU. Huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta sebagai identitas. 

Koordinator konferensi adalah Dr. Gautam Kr. Jha, Dr. Saumyajid Ray, Dr. Sheetal Sharma. Bertindak sebagai keynote speaker Gen (Dr) VK Singh (Ritd), Minister of State, MEA dan Vinay Sahasra Buddhis, Presiden KCR. Pertemuan ilmiah kali ini memberi makna yang cukup dalam. Begitu pentingnya maka hadir pula HE Sidharto Reza Suryadipuro, Ambasador of the Republic of Indonesia in India.

Sejak dulu kala hubungan Indonesia dengan India memang erat. Hinduisme dan Budhisme cukup berkembang di kawasan Nusantara. Budaya India kini menyebar ke dunia lewat film. Generasi muda yang aktif diantaranya Geeta Meena Fakultas Bahasa Sansekerta S3 di Sanskerta Jawaharlal Nehru New Delhi; geetacssjnu@gmail.com. Meenu Chanda; Meenuchandra31@gmail.com. Neha Kumari Gupta; M.chanda@google.com. Bersama dengan para narasumber

Kita perlu memberi rasa hormat. Anak anak muda ini belajar di Indonesia. Mereka bekerja di perusahaan informasi semacam google. Di balik hiruk pikuk kegiatan yang mendunia ternyata itu pengaruh dari tangan anak muda yang kreatif dan dinamis. Pemikiran mereka sungguh maju, terhormat dan mencerahkan. Kemajuan bangsa ditandai oleh semaraknya semangat ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan gerak langkah mereka berbuah pada masa depan. Anak muda ini sungguh mengagumkan. Mereka lincah, gesit dan terbuka. Melihat sinar matanya, mereka tetap optimis. Misalnya pemuda ini, Raveesh Rajanya 8587891761, raveeshrajanya@gmail.com.

Dalam konferensi ini mereka kelihatan bersemangat. Masa depan diperjuangkan dengan ilmu dan budaya. Saat istirahat mereka bangga memberi suguhan padi India. Hasil pertanian ini cukup terkenal di Eropa dan Asia Barat. Beras India bentuknya panjang. Kira-kira empat kali panjangnya beras Jawa. Makanan India berasa pedas. Sedangkan manisan berbentuk bulat seperti buah rambutan. Ternyata manusia ini terbuat dari susu. Rasanya gurih manis. Kalau dikunyah seperti tepung. Rasanya manis mirip geplak. Suguhan ini cocok buat acara resmi.

Arpita Dixit, COP, School & Languages, JNU; arpitadixit09 @gmail.com, 9717380585; Ponart Filsafat ’92 Universitas Almuslim, Kab. Bireuen, Aceh; ponubitt@gmail.com, . Mereka kelompok pecinta alam. Materi yang disampaikan oleh pembicara diperhatikan secara sungguh-sungguh. Narasumber dari berbagai daerah dan negara duduk bersama. Tema yang dibicarakan beragam tema, dengan sudut pandang budaya. Ada yang bicara tentang ekonomi, pekerjaan, perubahan sosial, kearifan lokal, linguistik, peradaban, seni, modernitas, kebangsaan, moralitas dan toleransi. Dengan harapan dunia semakin damai dan tertata.

Pemaparan lagu, tembang dolanan, macapat, cerita, moralitas, sejarah disampaikan lewat peragaan wayang. Sambil menyampaikan materi wayang yang terdiri dari Rama, Sinta, Anoman dan Rahwana ditampilkan. Cukup diberi keterangan that is Rama dan that is Sinta, that is Anoman dan that is Rahwana. Para hadirin sudah mengerti apa maknanya. Dengan membawa alat peraga, maka hadirin sudah tertarik dengan sendirinya.

Pada umumnya para narasumber bercerita dengan amat serius. Materi yang dipersiapkan hendak disampaikan semua. Mereka amat bersemangat. Jauh-jauh telah dipersiapkan. Harapannya segala idealisme bisa ditumpahkan total. Itu normal. Itu baik sekali. Cuma di mana-mana pasti dibatasi waktu. Supaya waktu efektif perlu strategi. Siapkan saja narasi pendek. Ambil keterangan singkat. Mulai dari pendahuluan, isi dan kesimpulan bisa disampaikan dengan tempo sebentar. Para hadirin pun kelihatan capai. Dengan diberi lagu, ternyata mereka terhibur dan terasa memperoleh tenaga baru. Halaman Convention Centre JNU. 

Contohnya lagu Sepur Kluthuk yang memberi suasana riang gembira. Meskipun mungkin mereka yang tak mengerti, tetapi senyum renyah mereka terpancar terang.

Sepur Kluthuk


Numpak sepur kluthuk, Wiwit bangun esuk

Nganti wayah sore, Durung  tekan nggone

Adhuh lae adhuh lae, E bola bali mandheg greg greg greg

Saben warung dilereni, Neng ati seneng

Suwe suwe suwe  suwe suwe, mudhun gerbong pikir susah dadi bungah

kruk krug greg greg kruk krug jenggleng

kruk krug greg greg kruk krug jenggleng

Malam harinya 26 April 2018, Kedutaan Besar Indonesia di India memberi  jamuan makan malam. Dari kampus JNU dengan kantor Ambasady jaraknya sekitar 7 km. Kota New Delhi ramai sekali. Jalan-jalan padat dan macet. Ditambah bunyi klakson yang bising. Ciri khas pengemudi India adalah suka membunyikan klakson keras-keras. Suasana jalan seperti barisan trompet. Tepat pukul 19.00 acara di Ambasady dimulai. Seremonial kecil dari Pak Kedubes, nyanyi dan ramah tamah. Menu khas India dihidangkan. Ada sate, roti, pohong goreng dan manisan. Aneka minuman pun tersedia. Pelayan mengedarkan. Para hadirin tinggal ambil. Suasana konferensi pindah dari JNU ke Kedubes.

3. Mengalirkan Sumber Ilmu

Pagi harinya, Jumat 27 April 2018 ada student. Her name: Meenakshi Padav, 9810289642. Memakshiyadaweng3011 @gmail.com. She is very beautiful. Begitulah mahasiswa yang cantik dan hatinya baik. Dia naik sepeda. Terus berhenti ketika kami sibuk cari kendaraan lewat. Sebaiknya cari bus umum di halte. Memang bus berhentinya ditentukan.

Pohon-pohon yang tumbuh di Kampus JNU umumnya sebangsa pohon klampis. Cocoknya tumbuh di daerah panas, gersang, tandus, dan berbatu-batu. Burung-burung beterbangan. Kebanyakan burung gagak, koko beluk atau burung hantu. Suaranya kaok-kaok. Suasana bisa berubah menjadi magis, angker, wingit seperti kayangan Dhandhang Mangore. Tempat tinggal Bathari Durga yang membawahi makhluk halus, jim peri, prayangan, ilu-ilu, banaspati, engklek-engklek, waru dhoyong, wedhon, dan gendruwo.

Saat makan pagi bertemu dengan petugas Kedutaan Besar Vietnam, Ms. Ho Thi Van, 20 Kautilya Marg Chanakyapuri New Delhi India, email: Hovan80@gmail.com, 08130274281; Priyanka Bharti, email: Payal20031997@gmail.com.

Rata-rata mereka bisa berbahasa Indonesia. Ternyata bahasa Indonesia banyak dipelajari oleh warga India. Peng-hormatan bangsa India buat tamu kehormatan dengan diberi kalung serban. Terlebih dahulu ditabur bunga dan didekati bau wangi-wangian. Untuk upacara memang perlu simbol-simbol yang magis, hormat serta membanggakan. Diperkirakan hubungan Indonesia – India akan semakin akrab. Mengulangi hubungan erat yang terjadi pada abad 5. Hindu Budha berkembang pesat. Sementara Jawa tumbuh dengan kegemilangan. Warisan nyata adanya candi Borobudur, Prambanan, Pawon, Mendut, Rara Jonggrang. Kini teknologi informasi di India berkembang dengan amat mengagumkan.

Harus diakui bahwa India terlalu berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia, terutama budaya Jawa. Pengaruh Hinduisme hingga kini terasa. Konsep kama, arta, dharma, muksa diadopsi oleh masyarakat Jawa dengan istilah sembah raga, sembah cipta, sembah rasa. Jenjang penghayatan hidup dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan proses yang lebih kreatif. Siklus kehidupan manusia. Mulai dengan proses kelahiran dimulai dengan upacara mitoni. Sebelum lahir para manusia Jawa mendapat penghormatan.

Masa dewasa dan perkawinan mendapat perhatian yang begitu prima. Begitu perhatian maka segala sumber daya dikerahkan dengan sekuat tenaga. Begitu pula setelah meninggal dunia perlu adanya peringatan yang terdiri dari telung dinan, pitung dinan, patang puluh, nyatus, nyewu. Tahapan-tahapan hidup itu dilewati dengan penuh penghayatan, dengan maksud mendapat kebahagiaan lahir batin. Demikian pula konsep Budhisme kamadhatu, rupadhatu, arupadhatu, nirwana dijalankan oleh orang Jawa dengan istilah urip mung mampir ngombe.

Kontemplasi hidup pengaruh Budhisme itu menyebabkan orang Jawa berpikir bahwa dunia itu bersifat sementara. Urip mung mampir ngombe bermakna kesementaraan. Oleh karena tak perlu dibela mati-matian. Jangan hidup sementara ini mengalahkan jaman kalanggengan atau hidup yang kekal abadi. Karena mung mampir ngombe, maka perjalanan masih dianggap sangat jauh. Bekal, tenaga, pikiran harus dihemat dan hati-hati. Contohnya ini, Geetasri Boruah, M.A 1st Year Student, JNU, New Delhi, geetasrib28@gmail.com; 8486949818.

Komentar dia tentang India masa kini. Kehidupan kota didominasi oleh kapitalisme global. Mall-mall, hotel berbintang, bank internasional, apartment menjadi gaya hidup kelas atas. Sementara lapisan bawah hidup dengan keadaan seadanya. Kadang kadang kumuh, kotor, tidak sehat, pengap, padat, berjejal-jejal. Mereka dipaksa untuk menerima  keadaan yang menyiksa. Supaya adil dan berimbang sebaiknya pemerintah mau berpihak pada yang lemah. Keadaan ini sebetulnya tak jauh dengan situasi yang ada di Indonesia.

Misalnya tentang pasar Munirka yang tetap bertahan sebagai pusat belanja tradisional. Keadaannya mirip dengan pasar di Sragen. Tersedia kios yang menjual bahan, makanan, parfum, minuman, gorengan, hiasan, alat dapur, perkakas rumah tangga. Pasar Munirka menyediakan oleh-oleh khas India. Karena ramai sudah barang tentu macet jalannya. Angkot, bajaj, bus kota lalu lalang tiap saat. Untuk angkutan kota keadaannya relatif lebih baik. Berbagai macam angkutan mudah dijumpai. Suara bising, klakson keras, sepeda, motor, mobil amat ramai. Sedangkan proyek jalan dan bangunan banyak yang kelihatan sedang dikerjakan. Kondisi tak jauh beda dengan tanah air.

Soal sistem transportasi di area kampus Jawaharlal Nehru University sudah tertata. Colt kampus, bus kampus, dan bajaj lewat setiap saat. Jarak antara fakultas berjauhan. Juga kantor-kantor administrasi, olahraga, laboratorium, perpus-takaan. Pusat studi jaraknya relatif jauh. Maka perlu sarana transportasi penunjang. Sepeda onthel banyak dijumpai. Barangkali sistem transportasi di kampus tanah air perlu dibenahi. Di kampus Indonesia ada masalah besar karena jumlah kendaraan tak terkendali. Semua area parkir penuh kendaraan.

Perlu diketahui jumlah mahasiswa di JNU sekitar 10.000. Sebagian besar menempati asrama total 7000. Mahasiswa hidup dan tinggal di asrama kampus. Mereka mudah diatur dikontrol dan diarahkan. Asrama mahasiswa berfungsi untuk meng-arahkan cara hidup mahasiswa. Diharapkan mereka mau berinteraksi. Mereka bisa bergaul, berorganisasi, dan bermasyarakat. Dengan demikian para pemuda ini bisa diajak untuk memikirkan masa depan.

Jalan kaki bagi kebanyakan mahasiswa JNU adalah pemandangan sehari-hari. Barangkali disamakan dengan situasi mahasiswa Indonesia tahun 80 – 90an. Tiap pagi dan sore terlihat mahasiswa UGM dan UNY jalan kaki. Sepanjang Boulevard UGM jalur kanan kiri penuh dengan mahasiswa berjalan. Dampyak-dampyak lir sela brekithi, sama halnya semut berjalan urut di atas batu. Modernitas tidak identik dengan jalan macet, parkir penuh dan lalu lintas crocdid. Berjalan kaki dengan tenang dan tertib merupakan prestasi juga.

Hari kedua, Jum’at 27 April 2018 sampai pukul 16.00 peserta konferensi semakin bersemangat  sidang dibagi menjadi 3 kelas. Masing-masing asyik dengan topik menarik. Intinya mereka bersemangat membahas interaksi budaya klasik, kini dan masa depan. Salah satunya membahas film Mahabharata, Ramayana dan Jodha Akbar telah membuat publik Indonesia terkagum-kagum dengan tokoh artis India. Pagi, sore, malam mereka menonton film India di depan televisi. Emosi, perasaan, dan pikiran masyarakat Indonesia dibuat decak kagum.

Cerita Ramayana di Indonesia digarap sejak jaman Raja Syailendra dan Wangsa Sanjaya. Dalam relief Prambanan kisah Prambanan tak bisa dipisahkan dengan ephos Ramayana. Pada jaman Kraton Kartasura – Surakarta banyak dikarang kisah Ramayana secara berseri atau per episode. Contoh pujangga Kyai Yasadipura menulis Serat Rama. Karya sastra ini begitu indah, menarik, berbobot dan melegenda. Sampai sekarang para wiyaga melagukan petikan Serat Rama. Bahasanya bagus, bermutu dan mudah dihafal.

Ephos Mahabharata selalu menjadi acuan para dalang wayang purwa. Namun diolah dengan bentuk cerita carangan. Untuk cerita individu yang punya hajad sebetulnya cerita carangan lebih disukai. Karena kreativitas cerita tersebut di-anggap sebagai cerita dan harapan. Penampilan dalang dianggap doa yang manjur. Maka nanggap wayang purwa dianggap kewajiban kultural dan spiritual. Sedangkan kisah Mahabharata yang sedih dan tragis dihindari. Malah dianggap terlalu sakral. Untuk cerita carangan KGPAA Mangkunegara VII membuat serial lebih dari 360 lakon. Beliau adalah penguasa Pura Mangkune-garan yang berpendidikan modern. Pernah mengenyam pendidikan modern di Universitas Leiden. Lakon carangan karya Mangkunegara VII ini memudahkan pelajaran tentang pedalangan.

Dalam konferensi di India kali ini disajikan pula heroisme Anoman. Dilacak sejak jaman kuna hingga jaman sekarang. Barangkali kutipan Serat Rama berikut ini masih relevan.


Kinanthi

Anoman malumpat sampun, 

prapteng witing nagasari, 

mulat mangandhap katingal, 

wanodya yu kuru aking, 

gelung lukar wor lan kisma, 

kang ega-ega kaeksi

Petikan Serat Rama Yasadipura ini banyak dihafal dan populer.  Malam harinya, Jum’at 17 April 2018 pukul 9.30 digelar wayang purwa. Lakonnya Ramayana. Dalangnya bernama Pramariza Fadlansyah. Penonton lumayan bersemangat. Iringannya dengan gamelan laras pelog. Dimulai dengan lancaran gambuh pelog nem. Gendhing ini memang mengundang rasa semangat dan gerak yang dinamis. Sebagian wiyaganya berasal dari Musuk Boyolali. Bernama Dono dan Suyono. Kebetulan dia sepupu Ki Dalang Joko Suwani yang terkenal dari Nganjuk. Tokoh dari Musuk yakni RT Yatadipura, abdi dalem Kraton Surakarta. Malam pentas seni ini boleh dibilang sukses. Mahasiswa dan mahasiswi murid Dr. Gautam bersemangat nonton pagelaran wayang. Sekali tempo mereka bertepuk tangan bergemuruh.

4. Kampus Di Tengah Alam

Hari ketiga, 28 April 2018 di sekitar penginapan Arawali Guest House disambut hujan gerimis kecil. Tidak sampai membasahi tanah. Tapi cukuplah dianggap sebagai embun yang menyejukkan. Sementara suara burung gagak tetap saja memberi nuansa magis. Tetaplah bagi orang Jawa, burung gagak dianggap wingit dan mengganggu perasaan. Ada burung gagak berarti ada kematian. Hebat benar daya cium manuk gagak. Sambil jalan pagi terlihat orang sama semedi di atas bebatuan. Kegiatan yoga ini dianggap sebagai aktivitas spiritual demi memperoleh kedamaian. Gerimis kecil berlangsung kira-kira 2 menit. Lantas duduk membayangkan kampus JNU di tengah hutan. Kampus JNU tak ubahnya kumpulan kaum brahmana. Kasta ini mendapat tempat terhormat.

Tempat untuk kontemplasi dan meditasi. Sarapan pagi dibuka pukul 9.30. Kalau di Indonesia sudah pukul 13.00. Rasanya lapar sekali. Untung ke mana-mana bawa camilan, klethikan dan makanan kecil. Tak lupa bawa air mineral. Suguhan beras India, semangka, apel, telur, roti kentang, teh, air putih, manisan yang amat manis. Hari terakhir ini pun dibagi menjadi 2 kelas. Diskusi panel berlangsung seru. Wajah berseri-seri tampak sumringah. Baju berwarna-warni. Salah satu panelis membahas tentang Javanese concept of power. Dalam prakteknya para penguasa Jawa berprinsip narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati ambeg adil para marta, memayu hayuning bawana. Pemimpin Jawa diharapkan untuk tampil murah, ramah, adil, beradap dan turut serta membangun perdamaian dunia kekal abadi.

Jalan pagi di sports complex JNU. Satu ruang kebanyakan dari peserta pulau Bali. Mereka utusan Universitas Udayana. Delegasi 8 orang ini cukup kompak. Orang Bali pergi ke India berarti berkunjung pada tanah leluhur. Sebaiknya warga Bali mau berziarah ke tanah India. Negeri ini sumber ilmu bagi kepercayaan Bali. Pertemuan kali ini menjadi ajang pertukaran kebudayaan asli. Delegasi Bali umumnya mengaku keturunan Majapahit. Ciri-ciri keturunan Majapahit adalah cinta ilmu, humanis, toleran dan punya pengabdian. Warga Majapahit merantau ke timur, menjadi budaya Bali. Keturunan Majapahit merantau ke arah Barat, menjadi pengembang kebudayaan Jawa. Markasnya di kota Surakarta. Hubungan Bali dengan Surakarta memang erat. Mereka sama-sama keturunan Majapahit.

Sungguh beruntung bertemu dengan alumni mahasiswa India yang pernah belajar di Yogyakarta. Anak ini pernah belajar di UNY Yogyakarta lewat program Darmasiswa. Orangnya baik hati. Mengantar kami naik motor dengan cenglu, boncengan telu. Alumni UNY yang berasal dari UNY amat gembira bila kedatangan guru-gurunya. Semacam temu kangen atau reuni. Kebanyakan mereka rindu untuk kembali ke Yogyakarta. Sebuah kota yang mengandung banyak kenangan. Dari berbagai macam anak  muda, mereka menempuh pendidikan. Di kota Yogyakarta pemuda dari seluruh dunia berinteraksi untuk memahami kebudayaan. Jyoti Bhamsi, Mo: 8375988454, state: Uttrakhand. Promod Singh, Mo: 9311589824, state: Assam. Anushree Chakraboly, Mo: 7044283849, state: West Bengal.

Diskusi tentang kekuasaan memang menarik. Demokrasi memberi kemungkinan untuk bersaing bebas. Tapi ada orang buruk yang menyalahgunakan kebebasan untuk mencari keuntungan. Tanpa etika mereka berbuat semaunya. Tak peduli orang lain susah, rugi dan sengsara, yang penting dirinya merasa beruntung. India kini menganut demokrasi. Negara bagian berjumlah 32. Negara bagian dengan ibukota New Delhi. Mereka bersaing keras untuk memperoleh kekuasaan. Demikian pula di Indonesia kini menganut demokrasi.

Diskusi tentang Ramayana

Upacara penutupan dilakukan pada hari Sabtu, 28 April 2018 pukul 1.15 PM. Waktu WIB menunjukkan pukul 14.40. Konferensi selama 3 hari berjalan lancar. Presentasi dan tanya jawab dapat dilakukan menurut selera banyak orang. Semua peserta ikut pula merasakan bahagia. Pergaulan 3 hari penuh dengan kenangan dan harapan. Pengkajian budaya Jawa yang mendalam dapat menciptakan persaudaraan dengan warga India. Sebagai saudara tua dalam bidang kebudayaan, India telah mengajak kembali bangsa Indonesia untuk merajut kembali hubungan batin. Kedua belah pihak memperkokoh jatidiri kepribadian. 

Ramayana Jawa pentas di India. Atas usul mahasiswa kami bertemu dengan Muskan - Roolmall, 768 Punjabi bagh ; muskannanda61@gmail.com. Jasmine, 712 Lajpat Nagar; Jasmine Singh146@gmail.com.

28 April 2018 pukul 15.00 acara selesai. Sertifikat tanda hadir sudah diserahkan. Sisa waktu digunakan untuk mampir ke pasar tradisional. Bentuknya mirip dengan Pasar Wage Nganjuk. Njejel riyel, umpel-umpelan. Untuk mencari oleh-oleh dengan harga murah tersedia. Juga ada jajanan dan minuman tersedia dengan harga terjangkau. Kegiatan ini dipandu oleh mahasiswa JNU jurusan Bahasa Indonesia. Memang satu-satunya universitas yang mempelajari bahasa Indonesia cuma JNU New Delhi India. Komunikasi relatif lebih mudah. 

Waktu kunjung di pasar sekitar 1 jam. Hati pun puas. Perjalanan menuju bandara New Delhi dengan pesan Uber. Praktis sekali. Cara berpikir dan bertindak mahasiswa JNU memang tepat. Kami merasa terlindungi, aman, nyaman. Kunjungan ini cocok dengan suasana Kinanthi Ganda Mastuti laras pelog nem.


Kinanthi 


Midering rat angelangut, 

lelana njajah negari, 

mubeng tepine samudra, 

sumengka anggane wukir, 

anelasak wana wasa, 

tumurune jurang terbis.

Tepat betul pujangga memberi deskripsi tentang suasana batin. Pujangga Yasadipura menggambarkan perjalanan jauh melewati gunung, sungai, sawah, hutan belantara. Perjalanan lewat angkasa raya dilukiskan dengan Anoman dan Rahwana yang bisa mabur terbang di langit biru.

Pementasan seni musik khas India

5. Gagasan dari Kota New Delhi

Perjalanan menuju tanah air berlangsung dengan aman, lancar dan menyenangkan. Biasa sekali berkenalan dengan teman baru. Agus Hariyanto Putra, AHPUTRA@gmail.com, Nganpili Malaysia. Dr. Shyamal Singh, shyamalsingh1414 @gmail.com. Kedua orang ini menemani perjalanan dari New Delhi sampai Kualalumpur. Tiba di Kualalumpur hari Minggu 29 April 2018 pukul 06.00. Cuaca cerah, sebentar lagi melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Pulang ke negeri sendiri tetap terasa nyaman. Maka sebaiknya orang mempunyai rumah. Setelah pergi jauh orang akan merasa nyaman kembali ke rumah sendiri. Numpang di tempat  tetangga tentu sedikit kenyamanan. Orang numpang atau nunut tidak merdeka. Kemandirian dipupuk dan ditanamkan sejak dini pada anak. Negara merupakan wadah milik bersama. Oleh karena itu perlu dirawat dan dijaga.

Ramah tamah dengan peserta dari Denpasar Bali

Gayuh Elok Larasati, Desa Kutasari Kab. Purbalingga Jawa Tengah. Raudhya Azzahra, Jl. Markoni Atas no. 60 RT 37 Balikpapan. Kedua pramugari ini menyambut di tanah air. Pukul 8.35 WIB Minggu 29 April 2018 sampai di Jakarta. Lega sekali rasanya, tugas selama 3 hari di negeri India ditunaikan secara lengkap. Kembali ke tanah air ternyata nikmat. Agenda rutin sedang menunggu. Kerja dan produksi harus berlangsung terus. Tiada henti. Supaya kita gagah pentas dihadapan pihak lain. Tidak perlu bersaing. Cukup dengan melakukan yang tidak dilakukan berarti sudah amat bermakna. Itulah sumbang sih. Perlu mencatat nama kawan-kawan yaitu:

1. Dr. Supeno, M.Hum, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Jl. Nangka No. 58C Tj. Barat Jagakarsa, Jakarta Selatan, Telp. (021) 78835283 – 7818718; Fax. (021) 78835283; Jl. Raya Tengah, Kel. Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur, Telp (021) 87797409. Residence: Jl. Jatikramat Indah II No. 7 Bekasi – Jawa Barat.  

2. I Made Sendra, Ministry of Research, Technology and Higher Education, Udayana University, Gedung Agrokompleks Lt. 4 Universitas Udayana Jl. P.B. Sudirman (80234) Denpasar Bali. Home: Jl. Gelogor Carik Gg. Flamboyan Lane No. 7 Denpasar Selatan (80221), Bali. email: sendramade65@gmail.com

3. Yusli Effendi, S.IP., M.A, Universitas Brawijaya, Veteran St, Malang Jawa Timur, 65145. Telp. 341-575755; fax. 341 – 570038; email: yuslieffendi@gmail.com.

4. Mukesh Kumar, Advocate Supreme Court of India & High Court, Ch. No. 80 A.K. Sen Block New Delhi – 110001, office: B-64, sector – 26, Noida, U.P. 201301; Email: mukeshjnu09@gmail.com

5. Minggu 29 April 2018 delegasi UNY tiba di Yogyakarta pukul 14.30. keduanya adalah Prof. Dr. Suwardi dan Dr. Purwadi, M.Hum. Semua merasa selesai menjalankan tugas. Konferensi di India merupakan jalan sejarah. Dulu tak terbayangkan bahwa senior kebudayaan India itu bisa dikunjungi. Ternyata cita-cita itu kesampaian. Dari sisi semangat untuk mengkaji kebudayaan terus bergelora.

Setelah berada di Yogyakarta masih teringat bumi India yang penuh dengan nilai keramat dan sakral. Misalnya penghormatan orang India pada berbagai macam barang yang beterbangan di langit. Barangkali penting sebagai bahan renungan dan refleksi. Pemandangan di kota New Delhi banyak sapi yang dibiarkan jalan-jalan di berbagai tempat. Bagi orang India yang mayoritas beragama Hindu, sapi dianggap sebagai lembu Andini, kendaraan Sang Hyang Guru. Hewan sapi diyakini memiliki nilai sakral. Oleh karena di sana tak dijumpai soto sapi. Lauk pauk terbuat dari daging kerbau atau daging ayam. Sapi-sapi mendapat penghargaan yang tinggi di mata orang India. Masa kini film-film India menjadi inspirasi bagi masyarakat dunia.

6. Nlesih Sumber Ilmu Jawa Ing Tanah India

I.  Srawung Budaya

Sambang sambung srawung bisa mimbuhi kuncara arum-ing budaya adi luhung. Hambok manawa para pamirsa televisi kerep banget mirsani film-film sing paragane saka Negeri India. Kena disebut ing kene kayata film Mahabharata, Ramayana lan Jodha Akbar. Tontonan film mau misuwur banget tumrap warga Indonesia, mligine wong Jawa.

Apa sebabe? Wangsulane ora angel. Sapa sing ora nate nonton wayang. Critane mesthi gepok senggol karo Ramayana lan Mahabharata. Pagelaran wayang purwa sewengi natas keh akehe kapethik saka sumber crita loro kang kondhang mau. Crita Mahabharata reriptane pujangga India kang asma Resi Wiyasa. Dene crita Ramayana karipta dening Resi Walmiki. Loro-lorone ngemu piwulang kang asumber saka ajaran agama Hindhu.

Paraga wayang  Anoman lan Rahwana kanggo mratelakake lakon Ramayana, ing ngarsane para sarjana winasis kang ndherek konferensi ing Jawaharlal Nehru University, New Delhi India

Nalika tanggal 26 – 28 Mei 2018 diadani konferensi Internasional ing Jawaharlal Nehru, New Delhi, India. Kang karembug sambang sambung srawunge budaya. Kanthi pangang-kah kawicaksanan kang wus lumaku wiwit kuna  makuna nganti saiki bisaa dadi kaca benggala. Nyatane piwulang luhur kang asumber saka budaya kuna tetep bisa kanggo tuntunane ngaurip. Urip ayem, tentrem, pasrah, sumeleh, tumata bisa ditulad saka maneka ajaran kuna. Para sarjana winasis nayogyani panemu mau.

Wulangan Hindhu ing negeri India dumadi saka perangan utama kang sinebut kama – artha – dharma – Muksa. Dene ingkang ngrasuk agama Budha mratelakake ajaran kamadhatu – rupadhatu – arupadhatu – nirwana. Saperangan kang wus ngrasuk agama Islam medharake sesanti: syariat – tarikat – hakikat – makrifat. Banjur kepriye ing Tanah Jawa. Jebule pujangga Jawa kaya dene Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV ngripta wedharan saemper. Sri Mangkunagara IV ngripta Serat Wedhatama kang ngemot ajaran: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Piwulang bab rasa jati rinumpaka sajrone tembang pangkur ngobong dupa. 


Pangkur 


Tan samar pamore suksma, 

sinukmaya winahya ing asepi, 

sinimpen telenge kalbu 

pambukane warana, 

tarlen saking liyep layape aluyup, 

pindha pesate supena, 

sumusup neng rasa jati.

Sri Mangkunagara kanthi genep genah medharake wulangan kebatinan kang mbalung sumsum ing Negeri India. Nanging inganggit kanthi ulah lungite sastra edi peni. Tuladha Empu Kanwa ngripta Kitab Arjuna Wiwaha, Empu Sedah lan Panuluh ngripta Kakawin Baratayuda, Raden Ngabehi Ranggawarsita ngrumpaka Pustaka Raja Purwa lan Kyai Sindusastra yasa layang Babad Lokapala. 

Semono uga crita Mahabharata asli India, sawuse tekan neng Tanah Jawa banjur dibesut maneh. Dewi Drupadi ing negeri India nindakake poligami utawa garwa rangkep. Ing tanah Jawa crita Dewi Drupadi tetep kagungan garwa siji, yaiku Prabu Puntadewa. Para pujangga Jawa kang winasis kulakan crita India, nanging critane didandani. Banjur dijumbuhake karo watak kapribaden bangsa. Tuladhane Kyai Yasadipura kang ngripta Serat Rama lan Serat Baratayuda. Pendherek konferensi Internasional racake padha gumun, ngalembana prigele Pujangga Jawa.

Para mahasiswi kang kadhapuk dadi among tamu ing

acara konferensi ngagem busana adat India.

Babaran kawruh India kang kaloka ing jagad raya sinebut Candhi Borobudur lan Candhi Prambanan. Candhi Borobudur tinggalane Agama Budha. Candhi Prambanan tinggalane agama Hindhu. Para empu, undhagi, sarjana Tanah  Jawa nyatane bisa yasa reriptan adi luhung. Priyayi India uga ngakoni kawasisane sarjana Jawa. Sakbisa-bisane srawung budaya India lan Jawa diajab bisa lumaku lestari. Konferensi Internasional sing dirawuhi dening maneka warna winasis mau nyengkuyung tatanan jagad kang adhedhasar piwulang budaya. Ing kono bisa didhudhah ajaran bab budi pekerti luhur, tepa salira lan welas asih.

II.   Nggulawenthah Pawiyatan

Pawiyatan ing Negeri India bisa diarani maju lan peng-pengan. Contone Jawaharlal Nehru University, dadi papan ngangsu kawruh tumrape para siswa. Mudha mudhi nggegulang dhiri, gladhen ketrampilan, ngungkal kepinteran lan mersudi santosaning jatidhiri. Pemerintah India kagungan kapitayan yen mudha-mudhi perlu sangu ilmu kanggo mahargya urip ing tembe wuri.

Kampus Jawaharlal Nehru University New Delhi India kerep dadi ajang bawa rasa kang ngrembug raharjaning jagad

Wewangunan universitas mapan ing satengahe alas. Adoh karo perkampungan, adoh karo kerameyan. Swasana ing universitas sidhem premanem, sonya sepi, nglangut tintrim. Kalamun cinandra tan prabeda pertapan Saptaharga. Sawuse ngumandhang gendhing bondhet laras pelog lima, kyai dhalang banjur suluk kang magepokan karo wibawane pertapan.


Dhandhanggula 


wijane tyas lamun miling miling, 

leledhang ing pereng saptaharga, 

kumyat we wening wijile, 

lung rumambat tumelung, 

mulet mulur kadya tumali, 

linut swareng kukila, 

lam lamen kadulu, 

lir caos hormat trapsila, 

mring sang Wiku kang lagya lerem ing galih, 

lenggah jroning asrama. 

Sakehing kayu, tetuwuhan, kembang ing Universitas Jawaharlal Nehru tinata kanthi becik. Tinon saking mandrama pan yayah taman Argasoka kang arum sumerbak gandane. Samarga-marga warga kampus padha mlaku sinambi olahraga. Saperangan nitih sapedhah onthel. Mula hawane kampus uga kepenak. Cocok kanggo papan pasinaon. Ora ana macet, ora ana parkiran kebak njejel riyel.  Prayoga banget yen pawiyatan ing Indonesia gelem mulat swasana kampus ing India. Aja nganti pawiyatan diganggu dening kendharaan.

Universitas Jawaharlal Nehru ngregani banget marang endahing budaya Jawa. Ketitik rikala tanggal 27 April jam 9 wengi digelar wayang purwa. Lakone Rama Tambak. Dene kang ngasta dhalang asma Ki Pramariza Fadlansyah. Yuswane kira-kira 12 tahunan. Ewadene wis baut ndhalang. Sabetane titis, swarane landhung, sulukane gandem, antawacana cucut, caritane urut, gregete patut. Penonton kang rawuh keplok mbata rubuh. Warga kampus Universitas  Jawaharlal Nehru paring pangaji-aji tumraping wayang purwa. Wiwit talu nganti tancep kayon padha kamitenggengen nonton endahing pagelaran.

Tandha pakurmatan ing negara India, priyagung dipahargya

kanthi kalung selendang sutra putih

Wosing pagelaran dadi bahan rembugan. Mligi lakone Anoman digagas bebarengan. Patuladhan ing lakon Ramayana mau kapethik saka serat Yasadipuran kang ngemot piwulang. Ing kene sang pujangga paring pitutur lumantar Prabu Ramawijaya kang mejang marang Anoman.


Dhandhanggula


Langkung asri busananing puri, 

Ing Ngalengka kancana sadaya 

Gedhong-gedhong lan pagere, 

Miwah gapuranipun, 

Jroning pura awarni-warni, 

Gapura tan pitungan, 

Sadaya mas murub 

Wewanan miwah sagaran, 

Kebon kembang kembang let gapura sami, 

Ewon gedhong jro pura. 

Tekad sing makantar-kantar dadi wosing piwulang. Supaya kasembadan aja wigah-wigih tumandang gawe. Gumregah tekade, gumregut jiwane, gumregut tandange.

Anoman dadi dutaning Praja Pancawati. Nadyan abot sanggane, Anoman tetep cancut tali wanda. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Narasumber mratelakake pekerti luhur Anoman lumantar tembang kinanthi kang nengsemake. 


Kinanthi


Pinadeng sarwi tumungkul, 

Anoman ngiling-ilingi, 

Sarta mirsakken karuna, 

Sumedhot tyasira nenggih, 

Iya iki baya-baya

Kusuma putri Mantili. 

Nyatane Anoman bisa mrantasi karya.

 Para rawuh kang dumadi saking maneka bangsa mau, seneng banget penggalihe. Oleh lelipur tur kawruh kang mentes, pantes, luwes. Universitas Jawaharlal Nehru rumangsa bombong. Konferensi wektu iki nyelarasake antarane gagasan lan tindakan. Mula kahanan tambah nggayeng regeng, tumata lan mrebawani.

Adhedhasar andharan ing dhuwur kasebut kena diarani yen Budaya India wis ngoyot ing tanah Jawi. lelakone negara India lan Indonesia saemper. Srawung kabudayan bisa nuwuh-ake angen-angen lan pangerten antarane bangsa. Ing pangajap jagad tambah ayem tentrem, samad sinamadan. Prayoga banget yen padha kersa ngrawuhi negara India, kareben tambah bebles kawruhe, jembar wawasane, landhep panggraitane.

7. Atur Panuwun

Keberangkatan ke negeri India didukung oleh para handai taulan. Mereka memberi sumbangan, dukungan dan saran. Pak Ir. H. Soekirman, Bupati Serdang Bedagai meyakinkan sejak awal dengan urunan. Pak Drs. Joni Walker Manik, MM mengirimkan sumbangan material spiritual. Bahkan Pak Joni yang menjabat sebagai Kadis Pendidikan Sergai bersedia wawancara di PPG Jl. Kaliurang Yogyakarta 20 April 2018. Dengan segala keramahannya beliau memandang konferensi ilmiah di India sebagai kegiatan penting.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Mas Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Mulai dari tahun 1992, saat beliau menjadi ketua Senat UGM, selalu saja mendorong pihak lain untuk maju, berkembang dan produktif. Aktivitas konferensi di India ini juga mendapat dukungan dari Mas Anies Baswedan. Sepanjang masa gerak langkahnya untuk memperoleh kebajikan dan memperjuangkan terangnya jagad raya. Mas Muhammad Chouzin Amirullah membantu Mas Anies dalam hal pekerjaan. Lewat Chouzin ini segala tugas menjadi lancar. Maklum Chouzin menjadi aktivis kemahasiswaan UGM sejak tahun 1996. Menjabat Ketua Umum PB HMI dengan semangat tinggi.

Kemurahan juga datang dari Gusti Mung atau  GKR Wandansari beserta KP Wirobumi. Beliau berdua begitu tertarik dengan makalah yang berjudul “Local Wisdom According Ramayana Story that Written by Kyai Yasadipura.” Makalah ini mengulas kearifan lokal yang diwariskan oleh para pujangga Kraton Surakarta. Karya pujangga Jawa menjadi kajian peneliti dunia. Merka menemukan keagungan dan keanggunan yang dapat digunakan untuk membangun peradaban.

Kawan karib yang mendukung penuh kunjungan ke India yakni Among Kurnia Ebo. Aktivis jurnalistik alumni UGM terkenal pemurah, ramah, lincah. Sumbangan untuk kegiatan budaya telah turun berlimpah ruah. Putra dari Lamongan ini setiap hari menjadi aktivis agrobis yang berhasil. Geraknya amat  membanggakan, dengan menjadi Trainer pertanian. Berbagai acara pelatihan telah didatangi. Lewat SMS Ebo memberi saran dan pesan tentang suasana negeri India. Pandangan dunia dengan beragam warna. 

Budaya Nusantara banyak mendapat pengaruh dari India. Dengan kajian komparatif akan mendapat pemahaman yang benar. Nusantara dan India sudah punya hubungan mesra sejak dulu kala. Ing pangangkah bakal awoh kamulyan.

Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. 

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara

Hp : 0878 6440 4347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar