Senin, 18 Januari 2021

SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA

A. Berdirinya Kerajaan Tarumanegara. 

Kerajaan Tarumanegara berdiri pada masa silam sebagai sumber teladan. Nilai Luhur itu hendaknya dikaji. Bisa diterapkan dalam kehidupan sehari hari. 

Asal Usul Nama Bekasi dibentuk saat kerajaan Tarumanegara. Nama Bekasi sesungguhnya memiliki makna filosofis dari tiga kata. Berusaha memberi kabar yang berisi. Be – berusaha, ka – kabar, si – berisi. Pada kenyataannya masyarakat Bekasi senantiasa memberi harapan kepada sekalian sesama hidup. 

Maka Bekasi juga bermakna memberi kasih sayang dengan sesuap nasi. Be – berusaha, ka – kasih sayang, si – sesuap nasi. Dengan demikian Bekasi mengandung makna kejujuran serta rasa kemanusiaan.

Nilai keutamaan itu sesuai dengan ajaran luhur Kanjeng Sinuwun Prabu Purnawarman saat dinobatkan pada tanggal 15 Agustus 450. Raja Tarumanagara ini suka mawas diri. Empu Yasamanik, pujangga kraton Tarumanagara menjelaskan arti nama Purnawarman. Purna berarti utuh, sepuh, tangguh, patuh, berpengaruh. Warman berarti pengabdian yang dilakukan dengan penuh kesuksesan. Prabu Purnawarman pada rakyat kerajaan Tarumanagara selalu berlandaskan kemanusiaan, kebangsaan serta keadilan.

Prabu Purnawarman memerintah tahun 450 – 472. Kerajaan Tarumanagara yang berpusat di Bekasi tampil sebagai negeri yang aman damai, adil makmur, sejahtera lahir batin, murah sandang pangan papan. Rakyat hidup rukun, jauh dari silang sengketa, bersatu padu, berdaulat dan patuh kepada kewibawaan Prabu Purnawarman. Beliau menjunjung tinggi prinsip kepemimpinan asta brata yang mengacu kepada kesadaran kosmis. Itulah kepemimpinan asli nusantara yang bersandar pada kekuatan dari matahari, bulan, bintang, angin, tanah, air, api dan samudra.

Pada tanggal 15 Agustus 454 Prabu Purnawarman melakukan upacara catur warsa praja. Tujuannya untuk memperingati hari jadi kerajaan Tarumanagara yang keempat. Empu Yasamanik menguraikan dengan rinci arti Tarumanagara. Taruma berarti kejayaan, nagara berarti pemerintahan. Kejayaan negeri Tarumanagara ditunjukkan dengan sedekah 2000 ekor lembu. Sesaji ini bermaksud untuk melenyapkan segala mara bahaya. Masyarakat supaya hidup ayem tenteram aman damai.

Masyarakat Bekasi terlalu cinta kepada raja Purnawarman yang murah hati, ramah tamah, dermawan, luhur budi, cakap, tampan, gagah, cerdas, tangkas, trampil, cekatan dan bertanggung jawab. Birokrasi Tarumanagara tertib, aparat bersih, prajurit setia, bisnis lancar, ekonomi mandiri, keamanan mantab. Pertanian, perkebunan diberi sistem pengairan yang teratur.

Istana Tarumanagara berada di Bekasi. Berdiri megah dengan bahan bangunan berkualitas ekspor. Kayu jati diambil dari Cepu. Tukang dan juru ukir datang dari daerah Jepara. Batu marmer diambil dari daerah Tulungagung. Tukang-tukangnya dari Mrican Kediri. Semen diambil dari Gresik dengan bahan dasar bebatuan gunung Kendeng. Pembangunan istana Tarumanagara melibatkan sekalian warga.

Pekerjaan hari Senin dilakukan warga dari daerah Babelan, Bojongmangu, Cabangbungin. Jadwal hari Selasa dilakukan warga dari daerah Cibarusah, Cibitung, Cikarang. Hari Rabu menjadi tugas warga Pebayuran, Kedungwaringin, Karangbahagia. Untuk hari Kamis giliran warga Muara Gembong, Setu, Serang. Pada hari Jum’at menjadi tugas warga Sukakarya, Tambun, Sukatani. Jadwal hari Sabtu dilakukan warga Tambelang, Tarumajaya. Mereka bekerja dengan sepenuh hati demi kejayaan ibu pertiwi. Pembangunan itu dimulai pada tanggal 15 Agustus 455.

Pembangunan berjalan lancar. Prabu Purnawarman mengadakan syukuran dengan cara tapa ngeli di kali Candrabhaga. Sungai sakral ini kerap dijadikan sebagai sarana ritual bagi pejabat teras kerajaan Tarumanagara. Prabu Purna-warman sendiri adalah raja yang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di puncak gunung Salak. Setiap tahun selalu bersemedi di gunung Tangkuban Perahu. Ke mana saja Prabu Purnawarman bepergian selalu membawa pusaka Taruaji. Petugas yang menyimpan pusaka Taruaji bernama Mandrasaka.

Bangunan istana kerajaan Tarumanagara sangat indah, megah, mewah, gagah. Bagian depan berbentuk joglo, dengan rincian joglo wantah, joglo apitan, joglo tinandu, lambangsari, lawakan, tompongan, trajumas, hageng, pangrawit, sinoman, mungkur, anakan. Sedangkan istana bagian tengah dibangun berbentuk limasan. Dengan rinci limasan ini terdiri dari gajah ngombe, macan njerum, pacul gowang, klabang nyander, cere gancet, gantung kutuk, lambang teplok, wader ngambang, Semar tinandu.

Adapun istana Tarumanagara bagian belakang dibangun dengan gaya tajug. Bentuknya terdiri dari payung agung, tawon boni, gantung ceblokan, Semar sinongsong. Adapun para pegawai tinggal pada bagian istana dengan gaya Panggang Pe yang terdiri dari empyak setangkep, gedang selirang, kodokan, barengan, jompongan, dara gepak, srontongan, gajah ngombe, gotong narpa. Semua bangunan itu terlihat bersih, sehat dan terawat. Pegawai istana bekerja dengan rajin.

B. Pembangunan Istana Tarumanegara. 

Arsitektur istana kerajaan Tarumanagara membujur dari utara ke selatan. Dari sebelah utara terdapat gapura gladhak. Dibuat dengan tembok tebal dengan hiasan sulur-suluran. Lima puluh meter lagi tergelar alun-alun yang luas. Digunakan untuk rekreasi warga Bekasi saat sore hari. Sebelahnya berdiri pagelaran yang berguna untuk pertemuan umum. Berdekatan lagi bangunan Sitihinggil yang berfungsi untuk penobatan raja.

Dalem Ageng, paningrat, nguntarasana, smarakata, bale angun-angun, bale marcukunda, prabasunya, sri manganti, magangan adalah deretan istana kerajaan Tarumanagara. Pesta negeri diselenggarakan di sasana handrawina. Sasana mulya untuk kegiatan latihan seni. Gondorasan bagian untuk para ibu ibu yang sedang memasak. Kompleks istana yang tertata rapi ini terbuka untuk umum pada hari Minggu. Prabu Purnawarman menjadikan istana sebagai rumah rakyat.

Kostum raja Tarumanagara terbuat dari bahan terpilih. Komposisi warna dilakukan dengan teliti dan serasi. Ketika diselenggarakan upacara adat, Prabu Purnawarman mengenakan busana keprajuritan raja, baju sikepan bludru hitam, songkok, nganggar wangkingan di sebelah kiri dan duduk di dampar kencana. Pada acara berikutnya beliau mengenakan busana kebesaran tedak loji, kain selempang dan bros bintang-bintang kerajaan. 

Para sesepuh kerajaan juga memiliki tanda kehormatan. Busana pangeran sepuh atau panembahan mengenakan kuluk kanigara, baju sikepan hitam bordir penuh sampai belakang. Bacingah balikan sikepan rangkap berwarna kuning emas, ukup renda emas dengan memakai wedung kampuhan. Adapun para aparat kerajaan Tarumanagara mengenakan busana atela prajurit biru, bersenjata pedang, keris gayaman, celana panji, panji merah dan kain rejeng.

Para putri kerajaan Tarumanagara wajib memakai perhiasan kalung, cincin, semyok, sengkang, subang, brumbungan. Juga perlengkapan ukel sanggul, ukel ageng bangun tulak dengan untaian kembang melati. Bagi permaisuri raja, yaitu Ratu Padmanagari ditambah dengan cunduk kembang melati dan sedap malam. Hiasan sebelah kiri berupa simping bunga kantil dua buah. Di tengah tengah ukel ageng dihias dengan peniti atau bros semyok.

Anggota Darma Wanita yang dipimpin Ratu Padmanagari diberi busana kain batik dan kebaya. Lengkap dengan selendang dan perhiasan yang serasi, sehingga dapat menjadi lebih anggun. Untuk istri pejabat mengenakan busana pinjung kencong, kain parang curiga latar petak, sengkelat laken hijau, udet gendalagiri, janur slepe, ukel tekuk, cunduk jungkat, serta sabukwala. Aturan tentang busana ditetapkan pada tahun 458. 

Beragam batik yang dikembangkan oleh kerajaan Tarumanagara meliputi motif parang sarpa, madubranta, sidomukti, sidamulya, candrakusuma, sekar tanjung, udan riris, wirasat, truntum, semen bondet, klabang ngentup, wora wari rumpuh, semen gurda, parang klitik, ceplok sriwedari, semen rama, gebang, sekar jagat dan kawung. Kanjeng Ratu Padmanagari sangat peduli pada kerapian berbusana.

Keagungan budaya kerajaan Tarumanagara diterus-kan oleh generasi berikutnya. Kerajaan Pajajaran, kerajaan Galuh dan kerajaan Sumedang Larang menjadi pewaris utama peradaban. Nilai luhur yang diwariskan oleh kerajaan Tarumanagara dilestarikan, dikembangkan dan diajarkan kepada generasi muda. Oleh karena itu warga Bekasi hingga kini gigih berjuang demi meneruskan sejarah warisan para leluhur.

C. Tarumanegara Memberi Pelajaran Tata Praja. 

Tata praja diajarkan demi mengatur birokrasi. Para Bupati Bekasi yang berjuang dengan kesadaran kasih dedikasi. 

Pengabdian para Bupati Bekasi demi mewujudkan kemakmuran perlu dihormati. Warisan luhur yang diberikan oleh Prabu Purnawarman menjadi inspirasi buat melakukan dedikasi. 

Kesetiaan dan pengabdian para pemimpin selalu didukung oleh sekalian warga kabupaten Bekasi. Mereka bersatu padu dalam menjalankan program pembangunan. Mereka bekerja sama demi mewujudkan cita-cita. Daftar Nama Bupati Bekasi perlu dikaitkan dengan keluhuran masa lampau. 

1. R. Suhandan Umar 1949 - 1951

2. R. Sampoerno Kolopaking 1951 -- 1958

3. RMKS Prawira Adiningrat 1958 – 1960

4. Ismaun 1960 - 1967

5. MS. Soebandi 1967 - 1973

6. H. Abdul Fatah 1973 - 1983.

7. H. Suko Martono 1983 - 1993.

8. H. Moch Djamhari 1993- 1998.

9. H. Wikanda Darmawijaya 1998 – 2003

10. Saleh Manaf 2003 – 2005

11. Teni Wisramuan 2005 – 2007

12. Dr. H. Sa'duddin, MM 2007 – 2012

13. dr. Hj. Neneng Hassanah Yasin 2012 – 2018

14. H. Eka Supria Atmaja, SH 2018 - 2019

Selama ini kabupaten Bekasi menjadi lumbung padi. Sawah menghampar luas. Petani bekerja dengan suka gembira. Tanah subur membuat suasana makmur. Sapi, kerbau, kambing, ayam, bebek menjadi aset peternakan yang selalu memberi harapan. Perjuangan para bupati Bekasi merupakan keteladanan, keutamaan dan kebajikan. Rakyat kabupaten Bekasi mempunyai masa depan yang cerah ceria.

Sudah selayaknya warga kabupaten Bekasi mempelajari sejarah kerajaan Tarumanagara. Prabu Purnawarman memberi contoh untuk mengangkat harkat martabat rakyat. Sejarah peradaban masa lampau akan memperkokoh jatidiri kabupaten Bekasi. Butir-butir kearifan lokal dapat digunakan untuk mengisi bahan ajar pendidikan karakter di kalangan siswa. Muatan lokal dalam sistem pengajaran hendaknya diambil dari fakta sejarah yang telah menjadi pengalaman kolektif.

Kabupaten Bekasi mampu menjawab tantangan jaman. Baik ditingkat lokal, nasional dan global masyarakat Bekasi bisa tampil dengan luwes dan meyakinkan. Keselarasan antara nilai lokal dan peradaban global merupakan modal bagi masyarakat Bekasi untuk berkontribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sumbangan besar dari masyarakat Bekasi hendaknya dicatat dengan tinta emas. Warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke banyak yang tinggal di kabupaten Bekasi. Pergaulan antar sesama warga bangsa itu berlangsung secara selaras, serasi dan seimbang. Mereka bergaul atas dasar saling menghormati. Warga Bekasi pada masa mendatang akan semakin sejahtera lahir batin. Karena mau belajar sejarah kerajaan Tarumanegara. 

D. Keutamaan Warisan Tarumanegara. 

Keutamaan Kerajaan Tarumanegara perlu digali terus menerus. Misalnya dalam Babad Kawung Galuh. Di sana Kerajaan Tarumanegara betul betul menjadi kena seluruh rakyat. 

Caritana Babad kawung prihaturna Surawijaya, Kuwu desa Logok distrik Kawali Galuh.

Diceritakan tina kenyamaan kawung di atas dien. Ari kawung eta aya tilu warna.

Dingaren kawung karinding, rupane ala kawung gede jangkung ngarang-kadak.

Dingaranan kawung sanggom, rupana palapahna hareu-ras jeung palapahna cokrom, luhur tangkalna mah ngan beda seutik bae ti kawung karinding, ieu kawung sanggom rada handap jeung leutik, kawung sedeng bae handapna ti kawung karinding.

Dingaranan kawung saeran, rupana pendek jeung leutik, palapahna parangjang, lembut, kaitung kawung pangha-dapna ti nu loba, daunna jeung palapahna semu kuning.

Geus kita ayeuna arek melak kawung nu geus kalampahken.

Mimiti milih bibit anu geus jadi petetan, timbulna cangkaleng, nu asal tai careuh.  Eta petetan direngketan taneuh milihna anu kira geus umur tilu tahun, nu keur cumanggah daun, nu geus rada bijilan pigalugureun anu gampang ngarengketna sarta mangka apik ngarengketna, ulah remuk taneuhna, mangsa mawa ulah pisan barubah sabab matak bantut, lila lilirna henteu mulus.

Ari geus meunang ngareng-ketan mangsa rek dilebuhkeunana kana lombang anu geus ditangtuken, melakna ulah tibalik cicingna kudu cara tadi deui memeh direngket tea disebutna henteu hade matak ngarumas teu pati bangsar, jadi barang rek ngalebuh keunana kana lombang make jangjawokan kieu; “Hol donghoh bijil montok sia pulih aing sugih”, tuluy dirungkupan bae.

Kerajaan Tarumanegara mewariskan nilai keutamaan. Pemimpin masa kini mendapat petunjuk untuk membuat kebijakan yang tepat. Itulah kegunaan belajar sejarah buat menggali kearifan lokal.

Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA

Hp: 0878 6440 4347. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar