Kanjeng Ratu Kalinyamat Berguru pada Syekh Siti Jenar. Kawruh satataning panembahan jati dipelajari demi mengetahui hakikat hidup. Pendiri Kabupaten Jepara ini adalah putri Sultan Trenggana raja Demak yang ayu pinter apikan.
Syekh Siti Jenar merupakan ahli ilmu Kejawen pada jaman Kerajaan Demak Bintara. Ajaran kawruh kasampurnan ini diwariskan secara turun tumurun. Dengan harapan tiap insan mengerti sangkan paraning dumadi.
Dalam khazanah sejarah peradaban Jawa, ajaran Syekh Siti Jenar disebut manunggaling Kawula Gusti. Dimulai dengan penghayatan sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa. Yakni jabaran konsep syariat tarikat hakikat makrifat. Pada masa kerajaan Majapahit dikenal adanya kama artha darma muksa.
Pada tanggal 29 Januari 2022 diadakan diskusi tentang sejarah Syekh Siti Jenar. KRAT Edi Basuki Montro Suwiryo Hadinagoro dan Suryo Sumpeno Hadi datang Joglo Hadipuran, Sukodono Tahunan Jepara. KRT Bambang Hadipuro selaku tuan rumah tiap Sabtu Kliwon membuat acara sarasehan seni budaya. Demi nguri uri budaya Jawi, agar tetap rahayu lestari.
Berangkat dari rumah Pak Sidik dan Bu Yusi Surakarta. Lantas berjalan melintasi Sragen, Karanganyar, Boyolali, Grobogan, Kudus dan Jepara. Sepanjang jalan diskusi tentang peradaban raja dan pujangga Jawa. Sampai di lokasi Joglo Hadipuran pukul 23:00, Jumat 28 Januari 2022. Wadya bala Paguyuban Loka Budaya yang dipimpin KRT Bambang Hadipuro sudah siap sedia.
Tembang macapat yang merekam dialog tingkat tinggi dibahas. Wejangan Sunan Bonang berisi tentang kawruh satataning panembahan jati. Disampaikan kepada Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Murid Sunan Bonang ini mewarnai pemikiran Kejawen. Diikuti oleh penghayat dari perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Sekar dhandhanggula memuat ajaran lengkap.
Dhandhanggula
Sunan Kalijaga manabda ris,
heh Sitibang sun ringkes kewala,
keh padudon tanpa gawe,
mung roro wasitengsun,
lah rasakna salah sawiji,
urip lawan palastra,
ywa angro karepmu,
tangap Pangeran Sitibang,
pindo gawe sun tan arsa pinrih mati,
ngekehken duka cipta.
Ingsun pilih urip kang tan mati,
dadi langgeng nora iki ika,
nging sakarsa ningsun dewe,
tan susah wali ratu,
kang ngulihken mring alam urip,
kaya dudu uliya,
ndadak njaluk tulung,
mring samaning manungsa,
yen Sitibang tan suwe amamrih urip,
lah mara waspadakna.
Ingsun mulih pribadi ing urip,
Sunan Bonang sumambung wacana,
Jenar paran pratingkahe,
denyarsa murweng idhup,
caritakna patrape kaki,
mesem sang Siti Jenar,
apa sira tan wruh,
layak karasan neng dunya,
yen Sitibang tan kewran murweng kajatin,
sun lantih saben dina.
Piyarsakna kabeh para wali,
sun wartani trapeng murweng gesang,
saking maul khayat wite,
ya tirta kamandanu,
ya we marta ya banyu urip,
jejere mung sajuga,
gya pinara telu,
telu nulya pinra sanga,
nging kang dhingin kudu wruh purbaning urip,
dwi wruh kodrating gesang.
Dyan awiwit nutup banyu urip,
kang tri warna bareng pinepetan,
pandulu lan pamyarsane,
katelune pangambu,
awit iku purbaning budi,
budaya panca driya,
wus kerut karacut,
kukut mring telenging nala,
duk wus golong gumeleng dadya sawiji,
jumeneng Suksma Mulya.
Patitise rasakna pribadi,
lamun sira kabeh nora tampa,
wali mentah tanpa gawe,
yen sira yun sumurup,
kawasane kang banyu urip,
yeku jantuning angga,
marmanta ragamu,
adarbe rasa pangrasa,
lan maninge daging mentah nora bacin,
wit saking maul khayat.
Ngaweruhi jatine yen apti,
mepet ponang kang tirta nirmala,
andadak mangsa arane,
gampang angel puniku,
gampangira lamun wus uning,
patrap traping pangangkah,
angracut myang ngukut,
kumpuling kang sangkan paran,
iya aran lakuning tanajul tarki,
kenaning kene kana.
B. Putri Sultan Demak Bintara.
Ajaran Syekh Siti Jenar diteruskan oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat. Bupati pertama Jepara ini terkenal karena rajin bertapa.
Pangkur
Nimas Ratu Kalinyamat,
Tilar wisma sumengka angganing wukir,
Tapa wuda sinjang rambut,
Neng gunung Danaraja,
Apratignya tan arsa tapihan ingsun,
Yen tan antuk adiling Hyang,
Patine sedulur mami.
Putri Sultan Trenggana, Kanjeng Ratu Kalinyamat berguru pada Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Bersama dengan Pangeran Hadlirin berjuang untuk menegakkan nilai kebenaran dan keadilan.
Sunan Kalijaga bersabda manis,
heh Sitibang aku singkat saja,
banyak berselisih tidak ada guna,
hanya dua hal kata-kata dariku,
pilihlah salah satu,
hidup atau mati,
jangan bimbang hatimu,
mengertilah Pangeran Sitibang,
sia-sia saya tidak mau disuruh mati,
hanya memunculkan duka cita.
Saya pilih hidup yang tidak mati,
jadi abadi tidak mau ini dan itu,
tetapi menurut keinginan saya sendiri,
tidak perlu menjadi wali atau raja,
yang memberi kehidupan,
seperti bukan pemimpin,
harus mencari pertolongan,
kepada sesama manusia,
jika Sitibang tidak lama mencari hidup,
lihatlah saat ini.
Saya kembali sendiri ke alam hidup,
Sunan Bonang menjawab,
Jenar bagaimana caranya,
kamu hendak mulai hidup,
kisahkan caranya,
tersenyum Sitijenar,
apakah engkau tidak tahu,
wajar engkau senang di dunia,
kalau Sitibang tidak sukar kembali ke alam nyata,
setiap hari saya berlatih.
Dengarkanlah hai para wali,
saya kisahkan cara memulai hidup,
asalnya dari maul khayat, air penghidupan,
yaitu air kamandanu,
atau air penghidupan,
hakekatnya hanya satu,
kemudian dibagi tiga,
tiga kemudian dibagi sembilan,
tetapi yang terpenting harus mengetahui hakekat hidup,
kedua tahu kodrat kehidupan.
Sehingga harus menutup air penghidupan,
yang tiga warna harus ditutup bersamaan,
penglihatan dan pendengaran,
ketiga penciuman,
karena itulah hakekat budi,
budaya panca indria,
telah ikut terpikat terbebaskan,
terbawa sampai ke pusat hati,
sewaktu terkumpul membulat jadi satu,
jadilah Suksma mulia.
Tepatnya rasakan sendiri,
kalau semua tidak kau ketahui,
wali mentah tanpa arti,
kalau engkau hendak mengetahui,
kekuasaan air penghidupan,
yaitu kelengkapan badan,
terhadap badanmu,
karena itu punya rasa perasaan,
dan lagi daging mentah tidak busuk,
karena maul khayat.
Jika ingin tahu hakekat kenyataan
tutuplah air bening tersebut,
tidak terlalu sulit,
mudah dan sulit itu,
mudah jika sudah tahu,
pentrapan tujuan,
membongkar dan mengumpulkan,
bersatunya asal dan tujuan
yang bernama turun naiknya kehidupan, tanajul tarki, cokro manggilingan hidup manusia,
yang dapat diterapkan di segala tempat.
Hari Sabtu Kliwon tgl 29 Januari 2022 menjadi sejarah peradaban. Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara tempat pelestarian ilmu kasampurnan. Sesuai dengan falsafah ilmu iku kelakone kanthi laku.
Kanjeng Ratu Kalinyamat putri Sultan Trenggana adalah pewaris ajaran Syekh Siti Jenar. Bersama dengan Pangeran Hadlirin berdarma bakti buat ibu pertiwi. Penguasa dan Pengusaha Kasultanan Demak Bintara membantu Joko Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang tanggal 24 Juli 1546.
Syekh Siti Jenar guru yang berpengaruh di Tanah Jawa. Ratu Kalinyamat penyebar ajaran ilmu kasampurnan di kawasan pesisir.
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar