Pada hari Minggu Pahing, 20 Pebruari 2022 jam 10 pagi Karaton Surakarta tedhak ing pendopo Kabupaten Jepara. Acara ini dalam rangka srah tinampen serat Kekancingan yang berupa ganjaran pangkat lan sesebatan. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya.
Titi laksana dipimpin oleh KRT Bambang Hadipuro, Ketua Pakasa atau Paguyuban Kawula Karaton Surakarta Hadiningrat cabang Jepara. Dengan didampingi oleh KMT Susanti Purwaningrum, Ketua Lokantara cabang Kabupaten Jepara. Pemuda, mahasiswa, LSM dan aktivis seni budaya turut menyemarakkan pahargyan.
Nguri uri budaya Jawi yang edi peni, adi luhung. Kraton Majapahit Demak Pajang Mataram Pendekar berhubungan dengan sejarah Kabupaten Jepara. Pelajaran keutamaan yang berwujud butir butir kearifan lokal. Warisan luhur buat generasi penerus demi memperkokoh jatidiri bangsa.
Kabupaten Jepara memiliki teladan utama dalam bidang kepemimpinan kekuasaan dan pemerintahan. Salah seorang raja yang memerintah Kerajaan Kalingga dengan adil adalah seorang wanita yaitu Dewi Sima.
Dalam lintasan sejarah Ratu Sima merupakan raja kraton Kalingga yang selalu menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan. Ratu Sima memang hambeg adil paramarta.Saat memerintah kerajaan Kalingga Ratu Sima dapat berlaku adil kepada siapa saja, tanpa pandang bulu. Kerajaan Kalingga terletak di daerah Keling Jepara. Secara geografis daerah ini termasuk kawasan pesisir. Keling adalah keluarga sing eling.
Raja Kalingga menjadi teladan bagi sekalian perjuangan gerakan kaum wanita. Peranan wanita sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Sejarah telah membuktikan arti penting kedudukan wanita baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara.
Putri sejati nan mulia. Di bawah ini disebutkan tokoh tokoh wanita yang mendukung adanya eksistensi dan legitimasi kekuasaan. Di dalam negara wanita mempunyai kedudukan sederajat dengan pria. Wanita wani ditata. Tapa tapak telapak. Pada hakekatnya kaum wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria dalam ikut serta melaksanakan tugas tugas negara.
Oleh karena dalam masa pemerintahan negara mengalami kemakmuran dan kebesaran atau dengan kata lain mengalami jaman keemasan. Pencuri dan penjahat dihukum mati atau dihukum berat. Oleh karena itu masyarakat merasa tenteram tidak ada gangguan suatu apapun.
Tokoh lain yang meniru perjuangan ratu Sima adalah Roro Jonggrang. Di dalam pemerintahan raja Baka di Mataram Kuna ada peristiwa yang kemudian lalu bernama ceritera Roro Jonggrang. Ia adalah puteri raja yang dipinang oleh seorang satria yaitu Bandung Bandawasa. Meskipun raja mempunyai kekuasaan yang sangat besar namun Roro Jonggrang tidak dipaksa menerima lamaran tersebut, akan tetapi diberi kebebasan untuk menjawab dan menentukan sikap sendiri.
Kebijakan Ratu Sima jadi inspirasi. Setelah raja Erlangga mengundurkan diri sebagai raja, sebenarnya yang berhak menggantikannya sebagai raja adalah Dewi Kilisuci. Akan tetapi ia tidak bersedia menjadi raja dan lebih suka menjadi pertapa di gunung Penanggungan. Ia dapat menentukan sikap dan menjalankan perbuatan sesuai dengan kehendak hati nuraninya sendiri. Ini berarti bahwa ia juga memberi kesempatan kepada kedua saudaranya untuk menggantikan ayahnya sebagai raja Daha dan Jenggala.
Ada samubarang gawe yang perlu perhatian. Meskipun Calon Arang melakukan perbuatan melawan negara, namun ia saya kemukakan sebagai contoh karena dengan segala ketekunannya ia menjadi orang yang sakti. Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu itu wanita juga mendapat kesempatan mengembangkan kepandaiannya sesuai dengan kemampuannya.
Kecakapan dan kepandaian bukan menjadi monopoli kaum pria saja.Ratu Sima tetap jadi suri tauladan. Sejarah Jenggala dan Daha penuh dibiasi dengan ceritera romantik antara Panji dengan Dewi Sekartaji. Dalam hal ini nampak sekali bahwa wanita dalam hal ini Dewi Sekartaji mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri demi kebahagiaannya.Kehebatan Ratu Sima tetap berlanjut. Ceritera ceritera roman tersebut misalnya berbentuk ceritera Dewi Kleting Ku-ning dan ceritera tentang Cinde Laras. Dari ceritera ini nampak bahwa ketenteraman negara sebagian juga tergantung kepada ketenteraman keluarga raja.
Pada masa pemerintahan Majapahit tercatat adanya beberapa wanita yang menduduki jabatan tertinggi yaitu raja Tribuwana Tungga Dewi Jayawisnu wardhani sebagai raja puteri yang sangat terkenal karena memerintah dengan baik dan merintis kebesaran kerajaan Majapahit
Di samping itu ada lagi raja puteri yaitu Dewi Suhita yang semasa tampuk pemerintahannya diwarnai oleh terjadinya Perang saudara yaitu perang Paregreg. Setelah perang ini dapat diatasi oleh ayahnya yang bertahta kembali, akhirnya Dewi Suhita menjadi raja lagi untuk kedua kalinya mengganti ayahnya. Majapahit makin jaya makmur.
Pendiri Kabupaten Jepara sesungguhnya mewarisi semangat perjuangan Kraton Majapahit Demak Pajang Mataram. Kali ini Karaton Surakarta Hadiningrat berusaha untuk nlesih leluhur yang sumare di kabupaten Jepara.
Masyarakat Jepara memang sadar sejarah. Setelah Sultan Trenggana wafat, terjadi pelanggaran terhadap Sunan Kalinyamat dan Sunan Prawata. Pelanggaran hak ini dilakukan oleh Ariya Penangsang yang menjadi Adipati Jipang. Ia adalah putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen adalah putera Sultan Demak dan kakak Sultan Trenggana.
Pangeran Sekar Seda Lepen wafat di sungai karena itu namanya terkenal dengan Pangeran Sekar Seda Lepen artinya yang meninggal di sungai. Karena ia wafat maka yang menggantikan menjadi raja ialah Sultan Trenggana. Karena itu sewafat Sultan Trenggana, Arya Penangsang merasa bahwa sebenarnya yang berhak menjadi raja adalah dia.Untuk mencapai maksudnya itu karena merasa bahwa ayahnya dahulu redup oleh Sunan Prawata, maka ia lalu membalas tidak hanya Sunan Prawata tetapi juga Sunan Kalinyamat. Iapun mencoba kontra dengan Adipati Pengging akan tetapi tidak berhasil. Untuk membalas hak suaminya, maka Nyai Kalinyamat pergi bertapa tanpa berpakaian, sampai merasa mendapat petunjuk bahwa pelanggar tersebut akan mendapat balasan setimpal.
Dalam hal ini sedikit banyak ia ikut serta menentukan harah dan nasib kerajaan selanjutnya. Walaupun perbuatannya hanyalah suatu protes terhadap ketidakadilan dan perbuatan sewenang wenang terhadap suaminya. Akan tetapi hal ini mengundang simpati dan rasa kasihan masyarakat untuk membantu menghancurkan sumber kejahatan itu. Keadilan harus ditegakkan.
Pada waktu Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senapati menghadapi gerakan melawan Ki Ageng Mangir. Salah satu cara untuk mengalahkan musuh tersebut adalah menjadikan putera puterinya sendiri sebagai istri Ki Ageng Mangir. Diceriterakan bahwa Ki Ageng Mangir orang yang sakti dan mempunyai senjata tombak bernama Kyai Baruklinting.
Dengan kekuatan senjata Mataram tidak berhasil mengalahkan musuhnya. Karena itu lalu dicari jalan yang sebaik baiknya untuk mengalahkan Ki Ageng Mangir. Puteri raja Dewi Sekar Pembayun dijadikan pemain teledek bersama sama dengan rombongan penabuh gamelan yang telah diatur.
Ki Ageng Mangir berkenan menanggap dan setelah melihat kecantikan pemain puteri tersebut ia jatuh cinta. Kemudian teledek tersebut dijadikan istrinya. Sejarah sebagai kaca benggala. Setelah selang beberapa lama tahulah Ki Ageng Mangir bahwa istrinya adalah putera musuhnya yaitu raja Mataram. Nasi telah menjadi bubur. Ia bersama istrinya menghadap raja dengan maksud menunjukkan kesetiaannya kepada raja. Sesampainya di istana, ia menghadap dan menyembah raja.
Ratu Sima bisa dijadikan sebagai suri tauladan. Akan tetapi, masih ada juga kerajaan kerajaan yang meneruskan corak kehinduan Majapahit misalnya, Pajajaran yang akhirnya lenyap setelah ditundukkan oleh Sultan Yusuf dari Banten di tahun 1579. Sejarah Balambangan yang di tahun 1639 baru bisa ditundukkan oleh Sultan Agung dari Mataram.
Untuk masyarakat di Pegunungan Tengger yang sampai saat ini masih mempertahankan corak Hindunya dengan memuja Brahma. Masyarakat Bali masih tetap dapat terus mempertahankan kebudayaan lama.
Penerus Majapahit yang tetap di Majapahit, selain Purbawisesa yang berkeraton di Kahuripan adalah Kertabumi atau Brawijaya, yang memerintah di tahun 1453-1478. Lantas diketahui mengenai perjalanan kerajaan nya yang makin moncer.Jaman berjalan owah gingsir. Namun ia mempunyai salah satu putra yang bernama raden Patah atau Jin Bun, yang diberi kedudukan sebagi Bupati Demak. Hanya saja yang menarik, ia mengundurkan diri dan pindah ke gunung Lawu, lalu masuk agama Islam. Pada tahun 1437 terjadi peristiwa unik Bre Daha diangkat menjadi ratu Majapahit.
Keadaan ini menunjukkan adanya ketegangan yang memuncak. Untuk sementara Dewi Suhita tidak berdaya mengatasi kekacauan tersebut. Tokoh wanita yang menjadi inspirasi adalah Ratu Mas Balitar. Kanjeng Ratu Mas Balitar adalah garwa dalem sinuwun Paku Buwana I. Gelar Ratu Balitar lainnya adalah Kanjeng Ratu Ibu atau Sang Aprabu Nini.
Pelaku sejarah Jepara hebat sekali. Berhubung nyata kepribadiannya yang luhur dan agung, Ratu Balitar dihormati sebagai Putri amardika jimate wong nusa Jawa. Sikap Ratu Balitar yang bijak bestari ini mampu meredakan krisis politik yang selalu bergolak pada masa awal kerajaan Kartasura dan Surakarta. Hal ini bukan suatu kebetulan, karena beliau adalah seorang tokoh putri yang gemar akan ilmu pengetahuan.
Ratu Balitar terlibat dalam pembuatan karya sastra yang berjudul Serat Iskandar, Serat Menak, dan Serat Yusuf. Serat Iskandar masih berkaitan dengan Hikayat Iskandar Zulkarnain berbahasa Melayu. Serat Menak dan Serat Jusuf ini dibuat oleh Ratu Balitar di samping untuk syiar Islam juga demi kemajuan pendidikan masyarakat saat itu yang selalu menghadapi pergolakan politik.
Bagi kebanyakan para putri sekarang, kiranya patut apabila mau meniru kebijaksanaan dan kepandaian Kanjeng Ratu Mas Balitar dalam menyikapi perubahan dan pergolakan di pentas kenegaraan. Keberadaan Ratu Sima menjadi inspirasi bagi Raden Ajeng Kartini dalam memajukan emansipasi wanita. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879.
Untuk mengetahui kehidupan Raden Ajeng Kartini, bisa ditelusuri lewat museum Kartini. Museum RA Kartini berada dilingkungan rumah dinas Bupati Rembang di Jl. Gatot Subroto 8 Rembang, merupakan bangunan asli yang dulu dihuni RA Kartini beserta suaminya Djojodiningrat, Bupati Rembang (1889-1912). Sampai sekarang bangunan tersebut masih dipergunakan sebagai rumah dinas Bupati Rembang.
Museum RA Kartini menempati salah satu kamar yang dulu di tempati RA Kartini untuk melakukan aktivitas, menulis buah pikiran dan ide ide beliau, juga sebagai tempat beliau melahirkan putera satu satunya yang bernama RM Susalit, dan sebagai kamar pribadi sampai beliau wafat.
Musium ini pengunjung dapat melihat beberapa perabot yang dulu dipergunakan RA Kartini. Misalnya seperti bak mandi, bothekan tempat jamu, kotak jahitan, meja makan, meja merawat bayi, lukisan karya RA Kartini berupa tiga ekor angsa. Naskah tulisan tangan, sepasang rono penyekat ruangan dari kayu berukir hadiah dari ayahandanya. Foto foto kenangan semasa hidupnya di sekitar museum, disebelah timur gapura komplek Rumah Dinas Bupati, masih berdiri dengan kokoh, bangunan kuno yang dahulu digunakan RA Kartini untuk mengajar anak anak bumi putera.Beliau dimakamkan di desa Bulu, 17,5 Km dari kota Rembang ke arah selatan jurusan Blora. Di tempat ini pada tanggal 17 September 1904 dimakamkan pahlawan Pergerakan Wanita Indonesia. Areal makam tersebut merupakan makam keluarga Bupati Rembang RMAA Djojodiningrat dan putera RA Kartini, RM Soesalit.
Pada bulan April tepatnya tanggal 21 April untuk memperingati hari kelahiran RA Kartini, puluhan ribu pengunjung berziarah ke makam tersebut. Pendekar kaum wanita sejati. Hubungan Jepara dan Rembang menjadi semakin erat.
Untuk itulah bersamaan dengan hari jadi kota Surakarta tanggal 20 Pebruari 2022 ada acara di kabupaten Jepara. Sekaligus untuk maca owah gingsiring lelakon kang wus kawuri.
B. Basis Kraton Surakarta di Pesisir
Pesisir utara pulau Jawa berada di Kabupaten Jepara. Pahargyan ing Joglo Hadipuran. Pagi itu cuaca cerah sekali. Minggu Pahing, 20 Pebruari 2022 panitia wisudan bekerja keras. Upacara srah tinampen serat Kekancingan dari Karaton Surakarta Hadiningrat disiapkan dengan matang. Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara menjadi markas acara di pendopo kabupaten Jepara.
Sekilas keterangan tentang joglo Hadipuran pernah diulas panjang lebar.
Nguri uri budaya Jawi murih basuki lestari. Lembaga Olah Kajian Nusantara utawa LOKANTARA ngadani gelar seni budaya. Mapan aneng Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara. Pinuju dina Setu Kliwon 16 November 2019. Titi laksana adicara dipandhegani dening Bambang Setiawan kang kawentar sinebut KRT Bambang Hadipuro.
Wiwit sedina sakdurunge pahargyan lumaku, para warga desa Sukodono kepyek kerja bakti. Tuwa mudha kakung putri sengkut gumregut nyamektakake acara kang karantam.
Panggung, tratag, rontek, umbul umbul dipasang kanthi rerenggan sing asri. Tandha yen warga Sukodono padha gembleng nyangkuyung pahargyan. Apa maneh kalebu acara sing langka. Kula semangate dadi makantar kantar. Dusun Sukodono Tahunan Jepara rumangsa bombong atine, amarga pikantuk kehormatan sing gedhe. Saiyek saeka praya njunjung drajading praja.
Serat ulem kang sumebar nganti sakjabane rangkah kabupaten Jepara. Kadang mitra rawuh saka Yogyakarta, Klaten, Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Salatiga, Banjarnegara, Jakarta, Semarang, Kudus. Kena diarani iki acara gedhen gedhenan. Rombongan Karaton Surakarta Hadiningrat. Ing pangajab budaya sanggup ngrembaka arum kuncara.
Abdi dalem putri disuhi dening Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Santi Purwaningrum. Ibu ibu lan remaja gumregah anggone cecawis unjukan lan dhaharan sing edi mirasa. Suguhan mbanyu mili, tanpa ana pedhote.
Jumbuh karo kutha Jepara sing misuwur papan ukir ukiran, mila kabeh perangan gawe sarwa tumata. Joglo Hadipuran rinengga asri, winangun ukir ukiran. Pahargyan edi peni sanyata gawe cingak, sengsem, gumun, ngungune kang sami mirsani.
Tamu sinedhahan yaiku Bupati Jepara kang diwakili dening Dian Kristiandi mimbuhi regenging pahargyan. Kepala Dinas Pariwisata lan Budaya paring panyengkuyung. Dene para pejabat kang rawuh saka kecamatan Tahunan, Polsek, Koramil, Pejabat Muspika katon padha karenan ing penggalih.
Seni budaya Jawa kang adi luhung pancen perlu lestari. Nganti tekan tlatah manca negara, seni budaya Jawa padha gandrung kayungyung, kanthi mengkono program wisata ing Jepara uga bisa tambah tumangkar.
Gelar seni wujud kerawitan, tembang, tari lan pedhalangan.
Urutaning acara kairing gangsa. Gendhing gendhing pinilih kanthi pengrawit peng pengan. Waranggana uga swara kung. Penari dumadi mahasiswi pengalaman. Megah, indah lan mewahi. Yekti bebadan Lokantara sembada ing samubarang gawe. Siji mbaka siji urutan acara katliti. Tegese nyukupi ing sakabehane. Diangkah bisa kecandhak lan becik.
Joglo Hadipuran dijangkepi gapura regol sakembaran. Sairip karo wewangunan ing Pulo Bali. Yen dinulu saka cerak meh padha karo candi gagrag Jawa Timuran. Bahan dhasar bata rinumpaka, katumpuk tumpuk. Katonton saka pinggir dalan pancen ngresepake. Kiwa tengen patamanan. Kembang kembangan mimbuhi swasana sing asri.
Mlebu palataran, ing kono bale rata kang tinata sarwa nengsemake. Sisih lor pojok gardhu joglo. Kena kanggo leyeh-leyeh nyuda sayah. Pager sing ngupengi pekarangan mirip beteng kraton. Joglo kaperang dadi telung perangan. Perangan sepisan wujud bale, bisa kanggo papan rembugan.
Katon kenthongan kang gumandhul. Cagak 8 saka kayu jati. Kori rinengga reca lan payung. Tanpa beda karo rerenggan ing Pulo Bali. Perangan tengah Joglo kanggo nyimpen pusaka. Tombak, keris, wedung, cundrik. Warisan kuno dipepetri supaya bisa mberkahi.
Dene perangan wingking dumadi kamar mirunggan.
Tamu kang rawuh bisa sare. Upama ditandhing genah luwih gumebyar timbang wewangunan hotel bintang sanga. Tenan, lumrah wae. Jepara pusat ukir ukiran. Wiwit jaman Majapahit, Demak, Pajang, Mataram lan Surakarta tlatah Jepara wus kondhang kaloka. Isen isene pura kang magepokan karo rerenggan kayu, mesthi sing nandangi para tukang saka Jepara.
Malah nganti dina iki tetep unggul, yen Jepara kuwi papane juru ukir sing mitayani. Kondhang nganti tekan manca negari. Pendherek saking Gumelem Susukan Banjarnegara sampun dugi rikala Sabtu Kliwon, 16 November 2019 jam 6 enjing. Dipun pangarsani dening Mbah Mino, abdi dalem Karaton Surakarta ingkang ngesuhi Kabupaten Banjarnegara.
Mawi tumpakan bus cacah sekawan, lajeng dhahar sarapan sesarengan. Gamelan ugi dipun tata ing panggung. Sedaya kemput nyambut damel.
Juru paes ugi sengkut ndandani mbak-mbak lan mas mas kang kapatah ngayahi wajib. Saperangan nata meja kursi, sound system, tenda, klasa, lan piranti upacara wisuda. Pak Hansip nindakake jejibahan.
Nata parkir, arus lalulintas, lan keamanan. FPKM uga mbantu nglancarake gawe. Wondene seragam petugas nambahi perbawa tumrap pahargyan.
Angin sumilir, langit biru, cahya srengenge sumunar. Swasana pahargyan ing dina iki katon mubyar nyenengake.
Kanca wira pradangga wiwit ngayahi kewajiban. Kabantu waranggana pengalaman. Sakwuse lingsir bedhug, swara kerawitan ngumandhang ing awang awang. Pengrawit mudha tua dadi siji. Mong kinemong. Tegese sing isih meguru marang sing tuwa. Sing tuwa gelem nyinau tumrap kang isih mudha.
Pasinaon seni kerawitan bisa ditularke kanthi gampang lan premati. Ing kene pelestarian seni lumaku kanthi becik. Tegese pamulangan langsung ditularake marang wiranom.
Gendhing santi mulya, suba kastawa, eling eling, ladrang slamet menehi padhanging swasana. Nalika GKR Wandansari rawuh, gendhinge Raja Manggala. Gagah mrebawani. Rawuhe GKR Wandansari lan GKR Retno Dumilah sinarta abdi dalem lan bregada prajurit. Regeng, nggayeng lan seneng. Abdi dalem busana kejawen jangkep. Kakung ngagem beskap, jarik, blangkon, samir, sabuk timang, sabuk wala, radya laksana. Sing putri jarik, kebaya, sanggulan. Kabeh abdi dalem luwes, dhemes, kewes lan pantes. Sarwa edi peni.
Tata cara srah tinampen diwiwiti. Cacah ana 54 jiwa kang nampa serat kekancingan saka Kraton Surakarta Hadiningrat.
Watara jam 16.00 sore paripurna acara. Diterusake ziarah marang pasareyan Kanjeng Ratu Kalinyamat.
GKR Wandansari lan GKR Retno Dumilah didherekake abdi dalem nyekar. Minangka tahlil tahmid dipandhegani KH Saefudin Banjarnegara. Kukuse dupa kumelun. GKR Wandansari caos donga konjuk Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sekaliyan karo garwane. Kanjeng Ratu Kalinyamat sumare ing Mantingan Tahunan Jepara. Kang garwa asma Kanjeng Pangeran Hadirin. Asal saka Samudra Pasai Aceh. Pangeran Hadirin saudagar sugih kang karem dana weweh.
Suka sukur ing joglo Hadipuran, kanthi nggelar pentas wayang purwa. Lakon Gathutkaca winisuda. Dalang cacah 6 jiwa sing enom lan bagas waras. Amrih penonton tetep sigrak, pewayangan kapurwakan jam 20.00 WIB. Dhalang muda sing prigel ing olah sabet nyata gawe sengsem kang mirsani. Gonta-ganti lakon satemah seneng bebarengan. Wektu adegan Limbuk, penonton sinugata tari gambyong Pare Anom. Banjur njoged bendrong. Sing njoged cacah 16 jiwa. Kalung sampur, nyeblakake slendhang, pacak gulu, trisik, ugel ugel, katon gumyak. Atine padha suka parisuka. Kepyakan seni budaya ing dusun Sukodono Tahunan Jepara mau sanyata dadi sarana murih kuncarane jati diri bangsa.
C. Kanjeng Ratu Kalinyamat
Keteladanan Para Pemimpin Jepara perlu dihayati.
Trah kusuma dari Kasultanan Demak Bintara bernama Kanjeng Ratu Kalinyamat. Putri Sultan Trenggana, raja Demak Bintara ini memang wasis ing samukawis. Punya bakat kepemilikan handal. Bersama dengan Pangeran Hadlirin, suami tercinta membangun Kabupaten Jepara. Pemimpin Japara mewariskan nilai agung anggun unggul.
1. Ratu Kalinyamat tahun 1536-1569,
Bupati pertama Kadipaten Jepara adalah Retna Kencana atau Nimas Ratu Kalinyamat. Beliau menikah dengan Datuk Thoyib atau Datuk Pangeran Tengku Thoyib. Sultan Trenggana memberi gelar Tengku Thoyib dengan sebutan Pangeran Hadlirin.
2. Pangeran Timur (1569-1590)
Pangeran Timur adalah anak Sultan Trenggana, raja Demak. Adik Ratu Kalinyamat ini memimpin Kabupaten Jepara pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang.
3. Pangeran Radin (1590-1610)
Pangeran Radin adalah cucu Sultan Hadiwijaya. Masih cucu kemenakan Ratu Kalinyamat. Ayah Pangeran Radin adalah Raden Benowo. Pangeran Radin berdarah Pajang dan Demak.
4. KRT Wirosetyo (1610-1624)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati, raja Mataram.
5. KRT Potro Manggolo (1624-1646)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.
6. KRT Wirodiko (1646-1678)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram oleh Sri Susuhunan Amangkurat Agung.
7. KRT Wongsodipo (1678-1704)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunn Amangkurat Amral.
8. KRT Wiroatmoko (1704-1712)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Amangkurat Mas, raja Mataram Kartasura.
9. KRT Martopuro (1712-1721)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono I.
10. KRT Sujonopuro (1721-1730)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Amangkurat Jawi.
11. KRT Citrosoma I (1730-1745)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Mataram Kartasura oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II.
12. KRT Citrosoma II (1745-1756)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono II.
13. KRT Citrosoma III (1756-1785)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta oleh Sinuwun Paku Buwono III.
14. KRT Citrosoma IV (1785-1809)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.
15. KRT Citrosoma V (1809-1821)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IV.
16. KRT Citrosoma VI (1821-1829)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono V.
17. KRT Cendhol (1829-1836)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VI.
18. KRT Citrosoma VII (1836-1858)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VII.
19. KRT Citro Wikromo (1858-1870)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono VIII.
20. KRMAA Sosroningrat (1870-1905)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono IX.
21. RMAA Koesoemo Oetoyo (1905-1927)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Sura-karta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.
22. RAAA Soekahar (1927-1942)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Sura-karta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono X.
23. RMAA Soemitro Oetoyo (1942-1949)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa kerajaan Surakarta Hadiningrat oleh Sinuwun Paku Buwono XI.
24. H Sahlan Ridwan (1949-1961)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
25. R Sunarto (1961-1965)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
26. H Zubaidi Ali (1965-1967)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
27. Moehadi SH (1967-1973)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
28. Soewarno Djojo Mardowo SH (1973-1976)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
29. Soedikno SH (1976-1981)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
30. Hisom Prasetyo SH (1981-1991)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
31. Drs. Bambang Poerwadi (1991-1996)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
32. Drs. H Soenarto (1997-2002)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
33. Drs. Hendro Martojo (2002-2012)
Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Megawati.
34. KH Ahmad Marsuqi (2012-2017). Diangkat sebagai bupati Jepara pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
35. Dian Kristiandi menjabat tahun 2018. Dengan semangat pengabdian, Bupati Dian Kristiandi membangun Kabupaten Jepara. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Beliau dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Alangkah baiknya, para pemimpin Jepara selalu membaca sejarah leluhur. Pendiri Kadipaten Jepara adalah Kanjeng Ratu Kalinyamat. Beliau adalah putri Sultan Trenggana raja Demak Bintara. Suaminya bernama Pangeran Hadlirin dari Samudra Pasai Aceh.
Nama lainnya yaitu Datuk Thoyib yang bermurah hati dalam perjuangan kebudayaan. Kabupaten Jepara semakin misuwur arum kuncara. Penduduknya rajin, cermat, makmur, sejahtera.
Pangkur.
Nimas Ratu Kalinyamat.
Tilar wisma amartapa neng wukir.
Tapa wuda sinjang rambut.
Ing Gunung Danaraja.
Apratignya tan arsa tapihan ingsun.
Yen tan antuk adiling Hyang.
Patine sedulur mami
Bait tembang di atas melukiskan tekad Kanjeng Ratu Kalinyamat yang kehilangan suami, Pangeran Hadirin. Sebelumnya juga sudah meninggal kakak tercinta Sunan Prawoto. Pembunuhnya Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan. Krisis politik di Demak bisa diatasi oleh Sultan Hadiwijaya. Jasanya yang besar itulah sebagai legitimasi beliau berkuasa di Kraton Pajang.
Jepara kawasan penting dalam sejarah kerajaan Demak, Pajang dan Mataram. Peran masyarakat Jepara sepanjang jaman selalu membawa kejayaan kedamaian dan keluhuran.
D. Pertapan Gunung Danaraja
Lara lapa tapa brata dilakukan oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat. Bertempat di Gunung Danaraja Bangsri Jepara. Nalika nira ing dalu, wong agung mangsah semedi.
Kanan kiri gunung Danaraja merupakan wana gung liwang liwung, kang gawat kaliwat liwat, angker kepati pati. Bebasan jalma mara jalma mati, sato mara keplayu. Memang cocok untuk melakukan pendadaran diri.
Utara gunung Danaraja adalah pulau Mandalika, daerah Keling Jepara. Tempat bertapa Ratu Sima. Keling, keluarga yang selalu eling. Ratu Sima memerintah Keling dengan sikap eling waspada. Keling atau Kalingga, kabeh eling murih slamete jiwa raga.
Pulau Mandalika ini memancarkan daya kecantikan. Para bidadari kerap bersolek, dandan, ngadi salira, ngadi busana. Karang kawidodaren berpindah di pulau Mandalika yang menawarkan aura ayu hayu rahayu.
Ratu Kalinyamat bertapa di Gunung Danaraja. Dalam Babad tanah Jawi disebutkan cakepan tembang pangkur yang misuwur.
Tapa wuda berarti semedi nglegena tanpa busana. Seluruh pakaian lepas, sebagai tanda ikhlas. Biar segala panuwunan terkabul jelas. Dengan tujuan semua masalah jadi tuntas.
Sinjang rambut berarti hanya ditutupi dengan rambut yang ngore memanjang. Selama bertapa tak pernah memotong rambut. Cukup untuk menutup sejujur tubuh. Malah tampak lebih magis, mistis dan wingit berkharisma.
Tekad Ratu Kalinyamat mesu budi demi ibu pertiwi. Labuh labet marang praja. Musuh negara harus sirna. Kehormatan leluhur mesti dipertahankan. Nyata sebagai Srikandhi wanita.
Untuk itulah Ratu Kalinyamat berguru kepada Syekh Siti Jenar di Balong Bangsri Jepara. Bersama dengan Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Pringapus, Ki Ageng Karanglo, Joko Tingkir. Mereka adalah penghayat Kejawen.
Hari Sabtu, 29 Mei 2021 KRT Bambang Hadipuro memberi pakaryan pada tim peneliti. Bertugas untuk melakukan dokumentasi sejarah Ratu Kalinyamat yang berguru kepada Syekh Siti Jenar. Seorang guru kebatinan yang terkenal di seluruh Tanah Jawa. Agama ageming aji.
Siaga ing gati, sawega ing dhiri. Tim peneliti terdiri dari Purwadi, Puji Ari Wibowo, Susanti Purwaningrun. Lokasi penelitian di Mantingan Tahunan Jepara dan gunung Danaraja. Dari kota Jepara sejauh 40 KM menuju arah Tayu Pati. Anelasak wana wasa, tumuruning jurang terbis.
Kerajaan Demak Bintara lahir pada tahun 1478. Pada masa inilah berkembang ajaran ngelmu kasampurnan yang disebarkan oleh Syekh Siti Jenar. Berguru pada Sunan Bonang bersama dengan Raden Mas Sahid putra Bupati Wilwatikta Tuban.
Kelak Raden Sahid dinobatkan menjadi anggota Wali Sanga. Bergelar Sunan Kalijaga. Adapun Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran Islam Kejawen. Pengaruh Syekh Siti Jenar sampai kawasan pedesaan. Ilir Ilir tandure wis sumilir.
Kanjeng Ratu Kalinyamat merupakan pengikut Syekh Siti Jenar. Pemimpin Jepara ini menyebut ngelmu kasampurnan. Siswa lain menamakan sangkan paraning dumadi, kawruh sepuh, seserepan tuwa. Puncaknya untuk mewujudkan manunggaling kawula gusti.
Wedharan ilmu kebatinan disebutkan dalam kitab Babad Tanah Jawi. Ini inti sari kutipan wulangan guru kebatinan. Sebagai sarana Ratu Kalinyamat untuk melakukan pengabdian pada Kabupaten Jepara.
Ajaran Syekh Siti Jenar dihayati benar oleh Ratu Kalinyamat dan masyarakat Jepara. Dalam bentuk tembang sangat menyentuh hati, karena menggunakan estetika macapat. Murih padhanging sasmita.
Dhandhanggula
Sadat salat puwasa kawuri,
Apa dene jakat lawan pitrah,
Iku kawruhana kabeh,
Murih kena ginugu,
Islam tetep pandoming budi,
Nelahi kyehning titah,
Sinung swarga besuke,
Wong Jawa kanut sarjana,
Tur nyatane padha bae pengin uning,
Siswa Syekh Siti Jenar.
Kang mituhu salat lawan dikir
Anglakoni neng masjid ting krembyah,
Pancen nana ganjarane,
Yen wus ngapal mantramu,
Jatine kena pinanggih.
Neng dunya bae padha,
susah amemikul,
Lara sangsaya tan beda,
Marma Siti Jenar mung madhep Hyang Widhi
Gusti Dat roning kamal.
Pengajaran kawruh sejati di Balong Bangsri Jepara. Dari sini lantas ilmu itu menyebar ke segala penjuru. Tafsir dan makna ajarannya ajaran Syekh Siti Jenar perlu dipahami dengan hati hati.
Proses pembelajaran mesti urut dan tertib. Tidak boleh salah tafsir, agar tidak membuat gaduh. Dipahami dengan hati hati.
Kesadaran historis Ratu Kalinyamat sangat tinggi. Kanjeng Sunan Kalijaga memberi sejarah berdirinya kerajaan Demak Bintara.
Dhandhanggula
Myang suratira Sri Narapati,
Majalengka kang dhawuh mring sira,
nulya tinampen sirage,
mring Harya Damar sampun,
ponang surat binuka aglis,
sinuksma ing wardaya,
penget layang ingsun,
Brawijaya majalengka,
Heh ta sira Harya Damar,
Sira sun paringi,
Garweng ngong putri cina.
Nanging aja kokrewang saresmi,
lah hentenen ing titipaning wang,
yen wus mijil wawratane,
sakarsanira iku,
marang putri Cina wus dadi,
pan iku garwanira,
ywa ta hamaringsun,
sahesthining sriraning wang,
pan wus kamot aneng patra kang sun tulis,
rampung tata titinya.
Penulisan surat di astana sastra wulan Mojokerto. Tafsir dan makna ajarannya dipahami Ratu Kalinyamat.
Sejarah perlu dipelajari untuk merancang kehidupan pada masa mendatang.
Banyak pelajaran pada masa silam yang dapat digunakan untuk referensi hari ini dan hari esok. Babad Tanah Jawi mencatat peristiwa kerajaan.
Sejarah kerajaan Majapahit pernah mengalami masa kejayaan, keemasan dan kemakmuran. Pemerintahan kuat, bersih dan berwibawa. Rakyat hidup makmur rukun dan bahagia. Kerajaan Majapahit menjadi sumber tenaga untuk mengembangkan jiwa kebangsaan.
Jepara turut berkontribusi atas berdirinya Kraton Demak Pajang dan Mataram. Wajar bila KRT Bambang Hadipuro memimpin Paguyuban Abdi Dalem Karaton Surakarta Hadiningrat. Peresmian tanggal 16 Nopember 2019 di Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara.
Serat Syekh Siti Jenar diulas dalam berbagai sudut pandang. Ngelmu kasampurnan ini menyebar di seluruh kawasan tanah Jawa.
Ilmu kasampurnan mengantarkan pada ketentraman lahir batin. Syekh Siti Jenar mewariskan ajaran luhur yang berpusat di Balong Bangsri Jepara.
Joglo Hadipuran meneliti Sejarah Ratu Kalinyamat yang dihubungkan dengan berdirinya Kraton Pajang. Agar diperoleh pemahaman yang utuh.
Kraton Pajang berdiri pada tanggal 24 Juli 1546. Rajanya bernama Joko Tingkir atau Mas Karebet. Bergelar Sultan Hadiwijaya Abdul Hamid Panetep Panatagama.
Jasa besar Joko Tingkir adalah menjaga kehormatan Kerajaan Demak. Maka Ratu Kalinyamat memberi dukungan penuh. Joko Tingkir penyelamat kerajaan dari bahaya krisis politik. Trah kusuma rembesing madu.
Kapindhone kakung ingwang,
Hiya dene si Jipang kang mateni,
Yen ora kelakon lampus,
Si bethut Arya Jipang,
Eningena gantiya ingkang winuwus,
Pangeran Harya Penangsang,
Pajineman kang den ulig.
Kelangkung Cgprawiranira,
Agal alus tan ana den wegahi,
Cinatur jineman wau,
Dhasar wong tau tatal,
Asring kinen akarya randhaning Ratu,
Kekes Bupati bang wetan,
Dene wong papat sinekti.
Pangeran Jipang ngendika,
Mring wong papat kang sarya den kasihi,
Kabeh sun jaluk gawemu,
Padha lakuwa dhustha,
Lan cidranen Sultan Pajang amrih lampus,
Yen kelakon gawenira,
Papat suk karya Bupati.
Si Setan Kober tamakna,
Pamit nembah dhuwung dipun tampeni,
Winanti wanti dhustha wus,
Mesat sekawan pisan,
Tan kawarna, lampahe sekawan rawuh,
Kabeh kudu kawruhana,
Amomor duk kala menjing.
Wus prapta sajroning pura,
Kawarnaa lakune dhustha nenggih,
Murih dalan ribet ribut,
Malumpat pager bata,
Panjingira aneng sajroning Kadhatun,
Maling sekti papat pisan,
Wus prapta pra sami ndingkik.
Mataram memang kelanjutan Pajang. Sambung menyambung demi anyaman peradaban. Tafsir dan makna ajaran mengandung nilai sejarah. Panembahan Senapati adalah putra Sultan Hadiwijaya yang diasuh Ki Ageng Pemanahan.
Ratu Kalinyamat adalah putri Sultan Trenggana, raja Demak. Beliau bertapa di gunung Danaraja. Tempat bertapanya bernama Sonder.
Suami Ratu Kalinyamat bernama Pangeran Hadirin. Seorang pengusaha kaya raya yang berasal dari kerajaan Samudra Pasai. Ratu Kalinyamat merupakan pendiri kabupaten Jepara. Jasanya amat besar atas berdirinya kerajaan Pajang yang merupakan leluhur Sinuwun Prabu Hanyakrawati. Dari Pajang inilah lantas kerajaan mataram berdiri.
Atas perjuangan Ki Ageng Pemahanan, Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Jurumartani. Pajang berdiri kokoh. Mengingatkan Joko Tingkir berguru pada Ki Ageng Banyubiru.
Kali Serang yang berhulu dari Gunung Merbabu berhubungan dengan kota Salatiga. Asal KRT Bambang Hadipuro yang sekarang tinggal di Sukodono Tahunan Jepara. Makam Ratu Kalinyamat di Mantingan berjarak 2 km dari joglo Hadipuran.
Untuk memberi dukungan tim peneliti, KRT Bambang Hadipuro mengajak seniman ISI Surakarta. Pentas pedalangan dengan lakon wayang yang dilakukan oleh muda mudi. Biar seni edi peni tetap lestari.
KRT Bambang Hadipuro merupakan pewaris ajaran Syekh Siti Jenar. Yakni kelarasan sosial berbasis toleransi dan keberagaman. Jepara sumber ajaran kasepuhan Kejawen.
E. Tetepan Abdi Dalem Pesisir
GKR Wandansari, Pangageng Sasana Wilapa Karaton Surakarta Hadiningrat tedhak di bumi pesisir. Ketua Lembaga Dewan Adat memberi ganjaran pangkat lan sesebatan. Abdi dalem Pesisir Jepara sudah siap sedia dengan busana Kejawen jangkep.
Minggu Pahing, 20 Pebruari 2022 saat yang berbahagia. Bupati Jepara, Bapak H Dian Kristiandi S.Sos merasa mendapat kehormatan tinggi. Atas nama masyarakat Jepara, kunjungan Karaton Surakarta Hadiningrat ini bentuk sambungan silaturahmi sejarah. Kesadaran historis dianyam agar peradaban makin kokoh.
Pendopo Kabupaten Jepara boleh dibilang megah mewah gagah. Maklum kota Jepara pusat ukir ukiran dunia. Jepara merupakan perhatian internasional. Layak untuk mendapat sertifikat dari UNISCO lembaga PBB yang mengurusi bidang kebudayaan.
Menurut KMT Susanti Purwaningrum, Ketua Lokantara cabang Jepara, ruang tengah pendopo dulu pernah digunakan oleh RA Kartini. Tokoh emansipasi wanita ini putri Bupati Jepara RMAA Sosrodiningrat. RA Kartini hidup tahun 1879 - 1904. Kelak menikah dengan Bupati Rembang RMAA Djojodiningrat. Pahlawan nasional ini menjadi pelopor pendidikan buat kaum wanita.
Kaum wanita diajari oleh RA Kartini dengan berbagai ketrampilan di kompleks pendopo Kabupaten Jepara. Ketrampilan memasak, menjahit, menyulam yang dapat digunakan untuk berwiraswasta. Perempuan mesti mandiri. Nama harum RA Kartini sebagai putri sejati. Tokoh wanita Jepara ini pantas dikenang sepanjang jaman.
Suasana seneng nggayeng mirip sarasehan kultural historis. Dr KPH Wirobhumi SH, selaku ketua Pakasa Punjer didampingi tokoh mebel, KRT Noor Wahjudi Hadinagoro. Tampak pula putri Sinuwun Paku Buwana XIII, GKR Timur. Terlebih dahulu informal bincang di ruang pringgitan. Sarana membahas kejayaan historis sosiologis dan estetis Jawa.
Laporan tentang acara dilaksanakan oleh KRT Bambang Hadipuro, Ketua Pakasa Cabang Jepara. Kali ini abdi dalem pesisir yang mendapat ganjaran pangkat lan sesebatan maneka warni. Ulama, cendekiawan, praktisi, juru ukir, guru, pemuda, seniman, budayawan lan pelajar mahasiswa sama bersedia untuk melakukan pasuwitan. Nguri uri budaya Jawi, agar tetap basuki lestari.
Tari gambyong mengawali pahargyan. Dua putri cantik jelita ini binaan sanggar Loka Budaya yang beralamat di Joglo Hadipuran Sukodono Tahunan Jepara. Dengan lemah gemulai penari memberi suasana khusuk, agar Jepara tampil sebagai wilayah yang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.Gendhing ketawang wigaringtyas berkumandang mengiringi pranata adicara. Lampu pendopo temaram disertai gerimis rintik rintik. Hawa cles adhem ayem. Wisudawan duduk rapi dengan busana Jawa. Putri pakai kebaya sanggulan. Putra blangkonan nyampingan. Beginilah adat istiadat ketimuran. Lantas berdiri serempak. Dengan khidmat menyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Bupati Jepara, Bapak H Dian Kristiandi S.Sos paring pangandikan. Dukungan pemimpin Jepara cukup memberi rasa bangga. Jumbuh kang ginayuh, sembada ingkang sinedya.
Rumangsa melu handarbeni.
Rumangsa wajib hangrungkebi.
Mulat sarira hangrasa wani.
Sesanti ini dihayati oleh abdi dalem pesisir. Partisara atau sertifikat serat Kekancingan segera diberikan. Logo Pakasa tertulis kata suwita saraya rumeksa. Radya laksana merupakan lambang Karaton Surakarta Hadiningrat yang penuh dengan makna etis filosofis. Lambang yang bisa digunakan sebagai sarana tontonan tuntunan tatanan.
Bagi zhapran Yudistira ajaran ini mulia sekali. Alumni ITB yang ahli gending dan matematika tradisi hendaknya selalu dilestarikan. Abdi dalem pesisir Jepara bertekad untuk memajukan kebudayaan. Pak Bupati H Dian Kristiandi S. Sos menekankan arti penting pahargyan budaya yang dilakukan abdi dalem Pakasa.
Kembul bujana andrawina setelah acara paripurna. Dilanjutkan nyekar sowan ing Pajimatan Kanjeng Ratu Kalinyamat di Mantingan Tahunan Jepara. Minggu Pahing, 20 Pebruari 2022 jam 15 tata cara jangkep genep genah. Karaton Surakarta Hadiningrat menyambung sejarah Jepara. Guna menatap masa depan yang cemerlang. Marbabak bang sumirat.
Oleh: Dr Purwadi, M.Hum.
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar