Minggu, 11 Desember 2022

Kolaborasi Seni Tradisi dan Apresiasi Antologi Karya Sastra

Kegiatan budaya berlangsung pada hari Sabtu, 10 Desember 2022. Bertempat di Sanggar Seni Pustaka Laras, Jl Kakap Raya 36 minomartani Yogyakarta. Peserta dari beragam tempat dan profesi. Kedatangan mereka dengan semangat gumreget gumregut gumregah. 

Rasa penasaran untuk hadir begitu gemuruh. Guru, dosen, siswa TK SD SMP SMA dan mahasiswa berdialog tentang proses kreatif kepengarangan. Apresiasi terhadap antologi cerpen karya Chesta Aqeela Nurrayan kali ini disertai dengan pentas seni karawitan. Gending gugur gunung, tropong bang dan jamu berkumandang sejak pukul 0.9.00 WIB. kebetulan sekali cuaca cerah, matahari terang benderang dan angin berhembus sumilir. Suasana pun jadi nggayeng regeng seneng. 

Selaku pembahas yakni Dr Sumaryadi M.Pd. Ahli filsafat budaya ini punya pengalaman yang beraneka rupa. Kerap berperan sebagai penulis naskah ketoprak sekaligus sutradara. Dosen jurusan tari Fakultas Bahasa dan Seni UNY ini ahli dalam publikasi ilmiah. Maka pernah dipercaya untuk mengelola kehumasan universitas. Tulisan yang dipublikasikan begitu indah dan renyah. 

Aktivitas ilmiah dipertajam dengan menempuh pendidikan program doktor di Fakultas Filsafat UGM. Terjalin hubungan antara pemikiran seni dengan unsur kefilsafatan. Disertasi yang ditulis memang tentang ketoprak yang mengambil naskah Bondan Nusantara. Seluk beluk ketoprak diulas secara jelas tuntas gamblang terang cetha wela wela. 

Peran pada masyarakat dilakukan dengan menjabat ketua dewan kebudayaan Sleman. Jurnal Sembada diterbitkan berkala. Gagasan besar tumbuh dan berkembang dengan menampung aneka pemikiran cemerlang. Jurnal Sembada benar benar kedung kawruh yang mengalirkan ilmu pengetahuan. 

Tanya jawab atas karya Chesta Aqeela Nurrayan berjalan lancar gancar. Peserta mengajukan usulan dan pertanyaan. Tak mengherankan acara ilmiah populer yang dibalut dengan seni budaya menarik perhatian media massa. Wartawan media cetak dan elektronik berduyun duyun hadir. Mereka melakukan wawancara dengan penulis. Sambil diiringi gending Jawa, terasa sekali acara apresiasi karya sastra ini tampak ayem tentrem. 

Buku kumpulan cerpen ini ditulis oleh Chesta Aqeela Nurrayan, seorang anak yang masih menempuh pendidikan di tingkat SMP. Proses kreatif dalam bidang penulisan ini tentu selalu disambut dengan gembira dan bangga. Kesadaran literasi tumbuh sejak usia dini. Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Artinya kesempatan untuk berprestasi masih terbuka lebar. 

Wawasan dalam Cerpen ini memuat unsur teologis, anthropologis dan ekologis. Unsur teologis berhubungan dengan nilai Ketuhanan. Unsur anthropolis berhubungan dengan nilai kemanusiaan. Unsur ekologis berhubungan dengan alam semesta. Mas Chesta Aqeela Nurrayan memberi ulasan yang cukup logis etis dan estetis.

Semangat untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan merupakan sarana untuk menganyam peradaban. MENUJU PUNCAK MISTERI dipilih sebagai judul kumpulan cerpen. Dunia memang penuh dengan misteri. Maka suasana misterius itu dapat berubah menjadi terbuka, sebagaimana ungkapan terang terus dan terus terang. Semboyan ini layak direnungkan. 

Kita berharap Mas Chesta Aqeela Nurrayan menulis serial Cerpen berikutnya. Sambung menyambung menjadi satu. Itulah Indonesia. Negeri yang punya harapan masa depan cemerlang. Karena diisi pemuda yang aktif, kreatif dan produktif. Kawan kawan sebayanya bisa meniru dalam bidang kepengarangan. 

Aplikasi teori dan praktek hadir pada apresiasi antologi buku karya Chesta Aqeela Nurrayan pagi ini. Sanggar Seni Pustaka Laras bekerja sama dengan ICMI Sleman memberi penghargaan setinggi tingginya. Pesat buat Mas Chesta Aqeela Nurrayan : TIADA HARI TANPA KARYA. 

Pucung 

 Ilmu iku kelakone kanthi laku,

Lekase lawan kas,

Tegese kas nyantosani, 

Setya budya pangekese dur angkara

 ( Serat Wedhatama) 

Perpaduan antara tradisi dengan kreasi membentuk apresiasi. Iman ilmu amal, cipta rasa karsa, logika etika estetika berjalan secara selaras serasi dan seimbang. Inilah cita cita untuk mewujudkan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. 

Oleh : Dr Purwadi SS M.Hum, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY

Yogyakarta, 10 Desember 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar