Minggu, 03 Desember 2023

Pawiyatan Among Beksa

Pada hari Minggu pukul 12 siang diselenggarakan gladen among beksa. Bertempat di bale smarakata. Peserta terdiri dari guru, remaja, praktisi dan pelestari seni. 

Gladhen kali dilakukan pada hari Minggu,3 Desember 2023. Pelatihnya langsung diasuh oleh wayah dalem Raden Ajeng Nufarida Rahmalina. Sanggar tari ini dibina oleh GKR Wandansari. Pengageng Sasana Wilapa membawahi lembaga mandra budaya. Kraton Surakarta berkepentingan mengajari pakem gerak beksan dalam rangka ritual kerajaan. 

Misalnya tingalan jumenengan raja pasti disertai dengan Bedaya ketawang. Tari sakral ini melambangkan kemakmuran negeri. Tanaman tumbuh subur. Hama akan pergi menjauh. Panen berlimpah ruah. Petani gembira ria. 

Tari Bedaya Ketawang merupakan beksan sakral. Ditarikan tiga belas penari yang suci lahir batin. Dalam keadaan masih gadis dan tidak sedang nggarapsari atau menstruasi. Ritual kerajaan ini berlangsung turun temurun. Untuk perlu dipingit selama tujuh hari. 

Sesaji lengkap tersedia. Dupa, sekar dan wewangian menyertai. Saat kirab Bedaya Ketawang mesti hadir penguasa pantai selatan. Kanjeng Ratu Kidul turut menyertai. Ratu Kidul ikut menari. Segala penghormatan dilakukan demi harmoni di Tanah Jawa. 

Ahli tari Kraton bernama Bendara Raden Mas Radyo Lintang Sasongko. Sehari hari dipanggil Drs Bambang Irawan M.si. Dosen fakultas ekonomi UNS ini cakap dalam bidang tari, tembang dan karawitan. 

Gamelan Kyai Sukasih dan Kyai Pamedharsih menghiasi bangsal smarakata. Bangunan yang berdiri pada tahun 1745 ini merupakan tempat untuk penganugerahan. Aktivitas bersifat suka gembira. Contohnya saat mendapat ganjaran pangkat bupati, wedana, panewu, mantri dan jajar. 

Bale smarakata tampak megah indah gagah mewah. Ruang tengah disangga 16 tiyang. Kanan kiri depan terdapat emperan. Disangga tangga yang lebih pendek. Langit langit terdiri dari kayu yang membujur. Lampu hias klasik tertata rapi. 

Pojok timur utara terpampang lonceng. Dipukul tiap pergantian jam. Berlangsung 24 jam berturut-turut. Bangsal smarakata boleh dibilang terus ada aktivitas sepanjang masa. 

Berhadapan dengan bale smarakata adalah bale marcukundha. Digunakan untuk gladhen pambiwara. Meliputi tata wicara dan pengetahuan tata praja. Bersebelahan dengan panggung sangga buwana. Berjajar jajar kori kamandungan dan sri Manganti. Suasana kerajaan Jawa penuh dengan pengertian simbolik. Jawa jiwa kang kajawi. 

Kiprahan merupakan jenis tari sigrak gumyak. Iringan gamelan terdengan lincah. Bonang, saron, peking, demung, slenthem, gender dan gambang berbunyi saling mengisi. Kempul gong, kethuk kenong mengiringi. Kendang memimpin irama. Kelir pewayangan menjadi warana penyekat sekaligus penghias. Praktek seni edi peni. Dasar negara Pancasila diamalkan lewat jalur budaya. 

Nilai filosofis kenegaraan lebih mudah untuk dipahami. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Kesadaran tentang arti penting Pancasila perlu dilakukan oleh segenap warga bangsa. 

Sanggar Pustaka laras melakukan inovasi estetis. Lewat lagu lancaran nilai Pancasila dilatih buat peserta kursus. Jiwa kebangsaan dibina. 

Notasi dan syair

Lagu Pancasila Dasar Negara, 

dengan laras pelog pathet nem. 


Lagu Pancasila


Buka 2121 55

Umpak

6561 3265

7646 2365


Lagu

A. 2123 2156

B. 2121 2165

C. 3231 2165

D. 3231 3653

E. 3236 3532

F. 3232 3232

G. 2165 3235


Syair lagu Prasetya Pancasila


Sinebut eka prasetya, 

Iku tekat kang nyawiji, 

Pentingna keperluan bebrayan, 

Aja mung keperluan

pribadi, 

Panca karsa dadi 

panjurung sedya, 

Tansah anindakke kelima Pancasila, 

Pancasila nyata dadi dhasare negara.


Dhandhanggula Pancasila. 


Pambukaning sekar dhandhanggendhis, 

Nedya mbabar werdining P empat, 

P kang kapisan mangkene, 

Dadi pedoman tuhu, 

Werdining P ping pindho iki, 

Penghayatan kang nyata, 

P kaping telu, 

Tumindake pengamalan, 

P kaping pat mengku surasa yekti, 

Aglar kang Pancasila. 


Pancasila anugrah Hyang Widi, 

Kanugrahan tumraping negara, 

Bangsa Indonesia  kabeh, 

Tumraping jiwanipun, 

Miwah dadi dasaring nagri, 

Falsafah ingkang nyata, 

Kang sanyata luhur, 

Kondhang saindhenging jagat, 

Wus sanyata Pancasila anjiwani, 

Indonesia merdeka.

Pembinaan nilai kebangsaan melalui jalur seni budaya. Agar nasionalisme bersemi di lubuk sanubari.

Generasi muda mengkaji pemahaman atas Pancasila untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seni budaya sarana untuk menghayati nilai filosofis dasar Negara Pancasila.

Penerapan seni untuk kebajikan. 

Prabu Yudistira memiliki pusaka Kalimasada Jati. Atas saran Prabu Kresna dan Prabu Baladewa, supaya  datang Kraton Demak. Raden Patah bisa menjelaskan makna pusaka milik Ummat Negeri Amarta. 

Tujuan mulia untuk Ummat Amarta itu dihalangi oleh Kurawa. Patih Sengkuni menghasut peguron ilmu hitam di Nusakambangan. Penguasa makhluk halus dikerahkan untuk mengganggu babaran Kalimasada di Masjid Agung Demak. 

Sunan Kalijaga memberi wejangan keummatan serta ilmu makrifat kepada para Pandawa. Agar proses pengajaran Kalimasada berjalan lancar. 

Bertempat di Masjid Agung Demak, makna Kalimasada dilakukan oleh Raden Patah Jimbun Sirullah Syah Alam Akbar. Kalimasada adalah dua kalimat Syahadat. 

Kesempurnaan amal sholeh Prabu Yudistira, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Makna dihayati dengan sepenuh hati. Pendawa berubah menjadi insan kamil yang siap berdarma bakti buat kemashlahatan ummat bangsa dan negara. Urutan Cerita. 

1. Jejer Neger Amarta.

Wayang Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, Sadewa. Kresna, Baladewa. 

Gending ayak, talu, kabor. 

2. Kedhatonan Dwarawati

Setyaboma, Jembawati, Rukmini, Cantik, Limbuk. 

Gending ayun ayun

3. Paseban Jawi Kurawa. 

Wayang Sengkuni, Dursasana, Durmagati, Citraksa, Citraksi, Kartamarma, Jayadrata, Aswatama. 

Gending srepeg nem. 

4. Budhalan 

Kereta, rampogan, kuda. 

Gending tropong bang. 

5. Adegan Nusakambangan. 

Wayang : Mahadiyu, Padasgempal, Rambutgeni, Galiyuk, Buta Terong, Dhemit. 

Gending jamong, singa nebak. 

6. Pesantren Kadilangu. 

Sunan Kalijaga, Abimanyu, Semarang, Gareng, Petruk, Bagong, cantrik. 

Gendhing bondhet. 

7. Perang Kembang 

Cakil, Togog, Bilung, Abimanyu. 

Gending kumuda.

8. Kayangan Junggring Salaka. 

Bathara Guru, Narada, Bayu, Yamadipati, Wisnu. 

Gendhing Pangkur barang. 

9. Masjid Kraton Demak. 

Raden Patah, Yudistira, Kresna, Baladewa. 

Gending singa singa. 

10. Babaran Kalimasada dan makna dua kalimat Syahadat. 

Gending ayak pamungkas.


Oleh: Purwadi. 

Ketua LOKANTARA, Lembaga Olah Kajian Nusantara. Hp 087864404347






Tidak ada komentar:

Posting Komentar