Selasa, 12 Januari 2021

SEJARAH KABUPATEN KLATEN

A. Kanjeng Ratu Kencono Wungu Permaisuri Raja Surakarta Hadiningrat Mengusulkan Berdirinya Kabupaten Klaten

Kabupaten Klaten berdiri atas usul Gusti Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Beliau adalah garwa prameswari Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat tahun 1788-1820. Rapat pengusulan itu terjadi pada hari Sabtu Kliwon, 12 Rabiul Akhir 1731 atau tanggal 28 Juli 1804. Kejadian penting itu ditandai dengan tahun candra sengkala : Rupa Mantri Swaraning Jalak.

Panitia pembentukan Kabupaten Klaten dipimpin lang-sung oleh Gusti Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Rapat panitia dilaksanakan di pendapa Kademangan Cakradipuran. Duduk dalam kepanitiaan itu adalah tokoh kraton. Tokoh keagamaan, pemuka masyarakat, pembesar Umbul Pengging, pemuka Umbul Cakra, Demang Prambanan, utusan keluarga Sunan Pandanaran Tembayat, Juru Pengairan Kartasura dan Juru Kunci Gunung Merapi, Pengawas Kaliworo, Pengawas Kali Dengkeng, Dewan Kerajaan Bentangan, kelompok industri payung Juwiring dan pengusaha kuliner Jogonalan. Kawasan Karangnongko terdiri dari pengrawit Sumokaton. Untuk daerah Ngawen diikuti pengrajin kain. Untuk wilayah Manisrenggo hadir para seniman tari.

Dewan eksekutif panitia harian diserahkan kepada Kanjeng Raden Arya Mangkupraja II. Beliau adalah Patih Karaton Surakarta Hadiningrat yang bertugas tahun 1796-1804. Hasil kerja dewan eksekutif panitia harian ini bertanggung jawab kepada GKR Kencono Wungu. Permaisuri Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV ini memiliki kemampuan di atas rata-rata. Beliau cerdas, cekatan, kaya-raya, ramah tamah, pemurah, bermartabat, berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan dan diterima oleh semua kalangan.

Siapakah Gusti Kanjeng Ratu Kencono? Dari manakah asal usul permaisuri Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV ini? GKR Kencono Wungu adalah putri Bupati Pamekasan Madura, Kanjeng Raden Adipati Cakraningrat. Penguasa Madura terkenal sebagai bupati maju pikiran dan tindakan. Beliau punya jaringan luas pada penguasa Bang Wetan, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara. Istrinya adalah Rara Prihatmini, putri Pangeran Pekik, Bupati Surabaya.

Asal usul Kanjeng Ratu Kencono Wungu boleh dikatakan sangat terpandang. Dari silsilah bapaknya adalah penguasa Madura. Dari pihak ibunya merupakan pembesar Jawa Timur. Dari masa kecil sampai menjadi The First Lady karaton Surakar-ta Hadiningrat, GKR Kencono Wungu adalah Presiden Komisaris Pelabuhan Tanjung Perak. Sebelumnya beliau memegang jabatan Direktur Utama. Ketika masih belum menjadi istri raja, nama beliau yaitu Kanjeng Raden Ajeng Sukaptinah. Di lingkungan Kadipaten Pamekasan KRAj Sukaptinah diberi gelar Ratu Handoyowati.

Usaha pokok KRAj Sukaptinah yaitu pemilik industri garam. Beliau menguasai pemasaran di Maluku, Tamasek Singa-pura, India, Tiongkok, Afrika dan Tanah Arab. Usaha ekspor impor garam ini sudah barang tentu mendatangkan untung berlipat ganda. Selama menjadi permaisuri raja, Kanjeng Ratu Kencono Wungu tidak mau menggunakan fasilitas negara untuk urusan pribadi. Soal keuangan, Ratu Kencono Wungu boleh dibilang berlimpah turah-turah. 

Trahing kusuma rembese madu. Dengan latar belakang yang serba berkecukupan itulah GKR KenconoWungu percaya diri ikut serta menata berdirinya Kabupaten Klaten. Selaku Dewan penasihat panitia pembentukan Kabupaten Klaten yakni Raden Ngabehi Ranggasutrasno, Kanjeng Raden Tumenggung Sastronagoro dan KRT Sastrodipuro. Mereka terkenal sebagai pakar ulung dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Raden Ngabehi Rangga Sutrasno ahli tata wilayah KRT Sastronagoro pakar tata pemerintahan. KRT Sastrodipura terkenal sebagai pengelola bendungan dan pengairan yang tangguh.

Adapun ketua dewan pengawas panitia pemerintahan Kabupaten Klaten dipegang oleh GRM Sugandi. Kelak beliau menjadi raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1820-1823. Gelarnya adalah Kanjeng Sinuwun Paku Buwana V. Pada masa pemerintahan Paku Buwana V rakyat Klaten banyak dilibatkan dalam penyusunan Surat Centhini. Kitab Mahakarya ini bisa dikatakan ensiklopedi budaya Jawa.

Rapat pleno kepanitiaan menetapkan pula Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonagoro sebagai Bupati Klaten. Terhitung tanggal 28 Juli 1804 KRT Kusumonagoro bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan di Kabupaten Klaten. Upacara pelantikan dilaksanakan di Sitihinggil Kraton Surakarta Hadiningrat. Langsung dilantik oleh Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV. Gagasan GKR Kencono Wungu menjadi kenyataan yang gemilang. Untuk menghormati penggagas kabupaten Klaten dipersembahkan tari Bedaya Ludira Madu. Artinya putri bangsawan Madura yang memberi darma bakti kepada nusa dan bangsa. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila masyarakat Klaten menghormati perjuangan dan jasa besar. Pada malam pahargyan dilantunkan tembang dhandhanggula dengan mengutip serat Wulangreh.

Dhandhanggula Wasitaning Ati 


Pamedhare wasitane ati 

Cumanthaka aniru pujangga 

Dahat mudha ing batine

Nanging kedah ginunggung

Datan wruh yen keh kang ngesemi

Ameksa angrumpaka

Basa kang kalantur

tutur kang katula-katula

tinalaten rinuruh kalawan ririh

mrih padhanging sasmita


Sasmitaning ngurip puniki, 

mapan ewuh yen tan weruha, 

tan jumeneng ing uripe, 

akeh kang ngaku-aku, 

pangrasane sampun utami, 

tur durung wruh ing rasa, 

rasa kang satuhu, 

rasaning rasa punika, 

upayanen darapon sampurneng diri, 

ing kauripan nira.


Lamun sira anggeguru kaki, 

amiliha manungsa kang nyata, 

ingkang becik martabate, 

sarta kang wruh ing hukum, 

kang ngibadah lan kang wirangi, 

sukur oleh wong tapa, 

ingkang sampun mungkur, 

tan mikir pawehing liyan, 

iku pantes sira guronana kaki, 

sartane kawruhana.

Bagi masyarakat Jawa serat Wulangreh menjadi bacaan wajib. Di sana tersedia pitutur luhur. Kehidupan semakin berbobot. Itulah ajaran Sinuwun Paku Buwana IV yang terkenal. Nasihat tembang ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami ilmu sangkan paraning dumadi atau makna hakekat kehidupan. Wejangan raja Surakarta ini sungguh mengandung nilai rendah hati. Meskipun pintar tetap tidak sombong. Ajaran itu juga menganjurkan seseorang untuk tekun berguru. Dengan menuntut ilmu pengetahuan, maka hidup menjadi lebih terang benderang.

KRT Kusumonagoro adalah putra Bupati Pengging, KRT Padmonagoro. Beliau lama menjadi sekretaris pribadi Sinuwun Paku Buwana IV. Dulu juga menjadi kepala kantor Kabupaten Pengging dan Kabupaten Pekalongan. Sewaktu belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo, beliau aktif sebagai ketua paguyuban santri. Namanya masih Zainal Abidin Notokusumo. Dengan demikian bekal menduduki jabatan bupati Klaten boleh dikata cukup mumpung. Kebak ngelmu sipating kawruh. 

Keluarga Bupati Kusumonagoro amat populer di Klaten. Saudara sepupunya yaitu Bagus Burham. Kelak menjadi pujang-ga Karaton Surakarta Hadiningrat. Bila ditarik ke atas, nyatalah Bupati Kusumonagoro masih berhubungan erat dengan garis keluarga Pujangga Yasadipura. Rata-rata keluarga trah Pengging memiliki bakat seni, kesusastraan, ilmu tata negara. Sepanjang masa mereka menjadi tokoh masyarakat. Misalnya Raden Mas Ngabehi Pajangswara. Beliau adalah ayahanda Raden Ngabehi Ranggawarsita yang menjadi penasihat Kanjeng Sinuwun Paku Buwana VII yang memerintah tahun 1830-1858. Narendra gung binathara mbahu dhendha nyakrawati, hambeg adil paramarta. 

B. Kabupaten Klaten Menjadi Wilayah Pengembangan Kebudayaan Tingkat Tinggi

Pencanangan Kabupaten Klaten sebagai pusat pengem-bangan budaya adi luhung terjadi pada hari Senin Legi, 23 Jumadil Akhir 1775. Bertepatan dengan tanggal 5 Juni 1847. Saat itu Klaten di bawah pembinaan Kanjeng Sinuwun Paku Buwana VII. Beliau didampingi garwa prameswari GKR Paku Buwana dan GKR Retno Hadiluwih. Raja Surakarta Hadiningrat ini berpikiran maju, terutama dalam bidang sastra budaya. Beliau memberi instruksi kepada Bupati Klaten KRT Mangunkusuma. Wilayah Klaten punya peluang sebagai daerah literasi unggulan. Sejak tahun 1845 beliau telah menetapkan Bagus Burham sebagai pujangga kraton Surakarta Hadiningrat, dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.

KRT Mangunkusumo sebagai Bupati Klaten tentu mene-rima tugas berat ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Pro-gram pertama Bupati Mangunkusumo yaitu membuat Taman Bacaan Jawa di daerah Palar Trucuk. Pendirian ruang baca di perpustakaan ini sebagai sarana untuk menyusun, mengarang, menggubah karya sastra Jawa klasik. Di tempat inilah Raden Ngabehi Ranggawarsita menyusun Serat Pustaka Raja Purwa, Serat Witaradya, Serat Candrarini, Serat Jaka Lodhang, Serat Wedharaga, Serat Cemporet. Semua sastra piwulang ini memiliki nilai etis filosofis yang tinggi.

Pengembangan bidang kultural spiritual dilakukan Bupa-ti Mangunkusumo di Jatinom. Setiap tahun beliau hadir dalam upacara Ya Qawiyyu, warisan Ki Ageng Gribig. Penyelenggaraan upacara Ya Qawiyyu memerlukan biaya yang besar. Maka bianya langsung dicukupi dari kantor kabupaten. Petilasan Ki Ageng Pandanaran di Gunung Jabalkat Tembayat juga mendapat biaya pembinaan. Kesejahteraan juru kunci dimasukkan dalam angga-ran kabupaten. Para peziarah mendapat jaminan keamanan dan kenyamanan. Kompleks candi Prambanan dan Plaosan mendapat biaya perawatan rutin yang memadai. Program ini dilakukan pada tahun 1849. 

Batik Tulis yang diproduksi oleh warga Bayat selalu di-beri kesempatan untuk proses marketing. Beberapa kios di pasar Klewer disediakan buat pengusaha Batik Bayat. Perusahaan gerabah di desa Bentangan Wonosari menjadi langganan untuk upacara Kraton Surakarta. Peran Bupati Mangunkusumo begitu besar. Jasa dan pengabdiannya sepantasnya dikenang oleh masyarakat Klaten.

Seni pedalangan dan kerawitan menjadi unggulan karya orang Klaten. Bupati Mangunkusumo berjuang maksimal demi kesejahteraan para seniman. Dana dan fasilitas disediakan, agar semangat berkesenian tetap menyala. Tiap bulan diadakan pentas rutin di pendapa kabupaten Klaten. Seniman berprestasi diberi kesempatan pentas saat karaton Surakarta punya hajad. Misalnya dalam pasar malam Sekaten, sudah pasti seniman Klaten dikirim untuk unjuk kebolehan. Tim dari Karangnongko dan Sumokaton kerap dikirim untuk pentas wayang purwa pada tahun 1851.

Industri payung dari desa Tanjung Juwiring merupakan produk unggulan yang selalu dipesan istana. Bahkan payung Tanjung Juwiring banyak yang dikirim ke luar negeri. Perkalian Bupati Mangunkusumo semata-mata demi kesejahteraan warga Klaten. Beliau adalah Bupati Klaten yang suka tirakat, laku lara lapa tapa brata. Setiap malam Slasa Kliwon tirakatan di makam Ki Ageng Pandanaran. Bulan Purnama ritual di Pantai Parang-kusumo. Bupati Mangunkusumo betah melek, suka cegah dhahar lawan guling. Mahas ing ngasepi, bertapa di tengah alas gung liwang liwung. Misalnya pada tahun 1853 beliau tapa kungkum di Umbul Pasiraman Pengging.

Perekonomian Klaten begitu makmur terjadi pada tahun 1860. Pabrik gula Gondang Winangun dibangun mendatangkan kemakmuran. Bangunan pabrik gula berdiri kokoh. Pemuda pemudi bekerja dengan imbalan lumayan tinggi. Petani tebu sejahtera lahir batin. Pengusaha angkutan grobag, cikar dokar laku laris. Kereta api pun mulai dikenal luas. Juga seniman sering ditanggap oleh pabrik gula Gondang Winangun setiap bulan. Sebuah masa yang sangat indah. 

Kebun tembakau Tegalgondo dipelopori oleh Sinuwun Paku Buwono IX yang memerintah tahun 1861-1893. Tembakau dari Klaten dikenal di dunia. Pada tahun 1872 panen besar-besaran. Rakyat Klaten makin makmur kaya raya. Kabupaten Klaten semakin arum kuncara. Begitulah Kabupaten Klaten saat dibina oleh karaton Surakarta Hadiningrat. Hubungan ini kini tetap berlanjut lewat Paguyuban Kawulan Karaton Surakarta Hadiningrat yang berdiri sejak tahun 1931.

Klaten tetap wilayah yang asri edi peni. Pada masa Sinuwun Paku Buwana IX dibangun stasiun dan jalur kereta api. Raja Surakarta mengusulkan supaya dibangun Stasiun Cepu. Stasiun Srowot dan Stasiun Prambanan pada tahun 1867. Beliau terjun langsung dalam pembangunan stasiun di Klaten. Pembangunan tanggul di Kaliworo dan Kali Dengkeng juga atas prakarsa Sinuwun Paku Buwana IX. Pada tahun 1869 beliau mengunjungi daerah Ngawen khusus untuk membina industri perkakas rumah tangga seperti sulak, kesed dan sapu. Hati rak-yat pun menjadi ayem tentrem.

Pada masa pemerintahan Kanjeng Sinuwun Paku Buwa-na X yang memerintah tahun 1893-1839 Klaten mendapat perhatian prima. Pasanggrahan Balerante Manisrenggo diberi hadiah seperangkat gamelan laras pelog slendro jangkep. Sampai sekarang gamelan Kyai Manisrenggo itu dipelihara warga de-ngan sangat. Mereka percaya bahwa gamelan Kyai Manisrenggo itu barang pusaka yang mberkahi. Gamelan Kyai Manisrenggo bisa digunakan untuk tolak balak. Pageblug, hama dan penyakit bisa sumingkir saat Kyai Manisrenggo berkumandang.

Pesanggrahan Hargopeni dibangun oleh Sinuwun Paku Buwana X pada tahun 1931 bertempat di Deles Kemalang. Tempat peristirahatan ini dibangun dengan areal yang cukup luas. Kanan kiri ditanami teh, kopi, duren, pepaya, pisang dan manggis. Tiap malam Jumat Legi banyak warga yang melakukan tirakatan. Para pembesar karaton Surakarta kerap mengadakan rapat kenegaraan di Pesanggrahan Deles. Hawanya segar, sejuk, nyaman. Pemandangan di sekitar gunung Merapi begitu indah asri anglam lami.

Pesanggrahan Tegal Gondo dibangun oleh Sinuwun Paku Buwana X pada tahun 1906. Bersamaan dengan peresmian patirtan di Umbul Cokro Tulung Polanharjo. Pada saat itu pula Kanjeng Sinuwun Paku Buwana X mendukung daerah Delanggu sebagai kawasan lumbung pangan. Buktinya sampai sekarang lantas dikenal beras Delanggu yang enak dan unggul. Semua itu mendapat perhatian dari karaton Surakarta Hadiningrat.

Kanjeng Sinuwun Paku Buwana XI pada tahun 1940 mengundang seniman Klaten untuk tampil dalam acara pengetan jumenengan. Bupati Klaten Joyonegoro mengirim tim pengrawit, penari terpilih. Prestasi seni warga Klaten sampai sekarang mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 1993 Kanjeng Sinuwun Paku Buwana XII memberi kesempatan pada warga Karangdowo untuk serta menjadi abdi dalem karaton Surakarta Hadiningrat. Sampai sekarang banyak warga Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Bayat, Prambanan, Manisrenggo, Trucuk, Gantiwarno, Wedhi, Delanggu, Kemalang, Karangnongko, Karanganom yang mengabdikan diri pada karaton Surakarta Hadiningrat. Mereka tetap menjaga nama baik kabupaten Klaten.

Sepanjang masa rakyat Klaten terus bersatu padu, guyub rukun, gotong royong untuk meningkatkan mutu kehidupan. Produktivitas dan kreativitas rakyat Klaten diakui dalam sekup lokal nasional dan internasional. Semoga selalu basuki lestari.

C. Para Bupati Meneruskan Kepemimpinan Klaten demi Menjaga Kualitas Peradaban

1. Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonagoro I 1804-1822

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IV, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

2. Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonagoro II 1822-1837

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana V, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

3. Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonagoro III 1837-1847. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

4. Kanjeng Raden Tumenggung Mangunkusumo I 1847-1864

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

5. Kanjeng Raden Tumenggung Mangunkusumo II 1864-1889. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

6. Kanjeng Raden Tumenggung Mangunkusumo III 1889-1913. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

7. KRT Mangunkusumo IV 1913-1925. Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

8. Kanjeng Raden Tumenggung Tirtonagoro 1925-1931

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

9. Kanjeng Raden Tumenggung Purbonagoro 1931-1942

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

10. Kanjeng Raden Tumenggung Joyonagoro 1942-1948

Dilantik pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwana XI, raja Kraton Surakarta Hadiningrat.

11. Drg Soedomo 1948-1950

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

12. Kasiran Brotoatmojo 1950-1952

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

13. Mochtar 1952-1957

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

14. R Koesworo 1957-1957

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

15. Dr RM Tjokronagoro 1957-1959

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

16. R Ng Brotopranoto 1959-1960

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

17. M. Pratikno 1960-1966

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

18. R Ng Harjosantoko 1966-1967

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

19. Kol Sutiyoso 1967-1972

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

20. Kol Saibani 1972-1974

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

21. Sutono Marto Suwito 1974-1975

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

22. Kol Sumanto 1975-1985

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

23. Kol Suhardjono 1985-1995

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

24. Kol Kasdi 1995-2000

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

25. H Haryanto Wibowo 2000-2005. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

26. Sunarno SE, M.Hum 2005-2015. Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

27. Drs. Jaka Sawaldi 2015-2016

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

28. H Sri Hartini, SE 2016-2017

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

29. Hj Sri Mulyani 2017-2021

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

D. Ki Nartosabdo Seniman Agung dari Kabupaten Klaten yang mewariskan Keutamaan 

Seniman terkenal dari Kabupaten Klaten perlu diketahui oleh generasi penerus. Ki Nartosabdo adalah dalang populer yang lahir tanggal 25 Agustus 1925 di Krangkungan, Pandes, Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Nama kecilnya adalah Soenarto. Soe-narto pernah mengenyam pendidikan lima tahun di SD Muham-madiyah. Setelah itu beliau melanjutkan studi di Akademi Seni Kerawitan Indonesia Surakarta. Karier Beliau dimulai dengan bergabung pada kelompok wayang orang Ngesti Pandawa, pimpinan Ki Sastrosabdo. Ki Sastrosabdo sangat sayang pada Soenarto karena kemahirannya dalam karawitan dan lawakan. Nama Soenarto dirubah menjadi Nartosabdo atas hadiah Ki Sastrosabdo pada tahun 1948.

Klaten menjadi pusat pembelajaran seni pedalangan. Pada tahun 1958, Ki Nartosabdo untuk pertama kalinya menda-lang dengan Lakon Kresna Duta, suatu lakon yang penuh dengan sanggit dan sangat estetis. Pentas pakeliran Ki Nartosabdo terkenal dengan gendhing-gendhingnya, antawacana, greget, sanggit, komposisi alur dan dhagelannya. Beberapa lakon yang telah dipentaskan: Arjuna Cinoba, Gathutkaca Wisuda, Begawan Sendhang Garba, Pandawa Dhadhu, Kangsa Adu Jago, Pandhu Krama, Bima Bungkus, Dewa Ruci, Bima Suci, Bisma Gugur, Karna Tandhing, Drona Gugur, Abimanyu gugur, Duryudana Gugur, Dursasana Gugur, Sumantri Ngenger, Bomanaraka Sura Gugur, Dasamuka Gugur, Kumbakarna Gugur, Subali Gugur, Kresna Gugah, Kresna Duta, Alap-alapan Setyaboma, Parta Krama, Begawan Ciptowening, Wisanggeni Lahir, Mayangkara, Destarastra Tundhung, Babad Wanamarta, Alap-alapan Dropadi, Salya Gugur, Parikesit Lahir, Dewi Sukesi Krama, Prabu Baka Gugur, Semar Mantu.

Dari daerah Wedhi Klaten seniman besar ini mendapat inspirasi. Ki Nartosabdo juga terkenal dalam musik gamelan dan produktif dalam menciptakan gendhing dan lagu-lagu dolanan yaitu: Swara Suling, Lumbung Desa, Ayo Praon, Gropa Grape, Ngundha Layangan, Sapa Ngira, ABRI Masuk Desa, Aja Ngebut, Mbok ya Mesem, Caping, Sapu Tanganmu, Mari Kangen, Gudheg Yogya, Cep Menenga, Suka Asih, Ibu Pertiwi, Gambuh Kayungyun, Mijil Panglilih, Subakastawa, Lesung Jumengglung, Meh Rahina, Aja Dipleroki, Jamu Jawa, Ngagem Lurik, Santi Mulya, Identitas Jawa Tengah, Slendhang Biru, Goyang Semarang, Sarung Jagung, Ela-ela Gandrung, Pariwisata, Kagok Semarangan, Megal Megol, Kaduk Manis, Cucur Biru, Dumadi, Rondha Kampung, Dhempo, Tedhak Saking, Aja Kisruh, Atiku Lega, Balen, Ngimpi, Piweling-ku, Pleca-Plecu, Sadarma, Janjine Piye, Aja Lamis, Cengkir Wu-ngu, Gagat Enjang, Tanpa Tujuan, Aja Ngono, Ora Nglindur, Mela-thi Rinonce, Setya Tuhu, Aja Ngece, Panyawangku, Hanalangsa, Rujak Jeruk, Randha Nunut.

Kesadaran rakyat Klaten mengenai potensi yang dikan-dung oleh laut diekspresikan secara estetis oleh Ki Nartosabdo dalam lagunya Ayo Praon demikian:

Yo kanca neng gisik gembira

alerab-lerab banyuning segara 

anggliyak numpak prau layar 

ing dina Minggu keh pariwisata 

alon praune wis nengah 

byah byuh byah banyu binelah 

ora jemu jemu karo mesem ngguyu 

ngilangake rasa lungkrah lesu 

adhik njawil mas jebul wis sore 

witing kelapa katon ngawe-awe 

prayogane becik bali wae 

dene sesuk esuk tumandang nyambut gawe

Rasa nasionalisme Rakyat Klaten tinggi sekali. Syair tem-bang dolanan di atas mengandung nilai rekreasi dan produksi, berwisata dan berkarya secara serasi, selaras dan seimbang. Secara simbolik mengandung makna bahwa sesuatu harus dikerjakan dengan tidak berlebihan. Karena sikap yang berlebihan pada akhirnya hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Bumi kelahiran, tanah tumpah darah, dan rasa kebangsaan mendapat apresiasi positif di mata rakyat Jawa. Ki Nartosabdo mengungkapkan rasa cinta tanah air itu dalam bentuk lagu Ketawang Ibu Pertiwi demikian:

Ibu pertiwi 

paring boga lan sandhang kang murakabi 

paring rejeki manungsa kang bekti 

ibu pertiwi, ibu pertiwi 

sih sutresna mring sesami 

ibu pertiwi kang adil luhuring budi 

ayo sungkem mring ibu pertiwi

Lagu Ibu Pertiwi sering digunakan untuk mengiringi la-ngen tayub, sebagai lagu kehormatan, karena sifatnya yang khidmat, tenang, berwibawa, dan kontemplatif. Ibu Pertiwi atau tanah air harus dijunjung, dihargai dan dicintai agar jiwa nasionalisme kita tetap lekat. Rasa nasionalisme itu perlu dipupuk supaya kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara selama ini tetap terjamin dan lestari. Rakyat Jawa sangat menyadari arti penting pangan, sebagai kebutuhan hidup yang paling mendasar. Pangan harus selalu ada dan mencukupi. Kon-flik sosial yang cepat bergolak salah satunya karena persediaan pangan di suatu daerah yang bersangkutan mengalami keha-bisan. Untuk itu Ki Nartosabdo menganjurkan adanya lumbung desa.

Lumbung desa pra tani padha makarya 

ayo dhi njupuk pari nata lesung nyandhak alu 

ayo yu padha nutu yen wis rampung nuli adang 

ayo kang dha tumandang nosoh pari nata lumpang

Pitutur luhur diwejang oleh sesepuh Klaten. Syair tem-bang sederhana di atas mengandung makna kebersamaan, kete-kunan, kemandirian, kesejajaran, kemitraan, dan kegiatan yang tulus. Kondisi begini akan mengantarkan masyarakat itu mempunyai percaya dan harga diri. Ketahanan pangan penting supaya rakyat tentram hidupnya. Meskipun nguri-uri budaya Jawa, sikap keindonesiaan rakyat Jawa tidak perlu diragukan lagi. Aksi disintegrasi tidak pernah bersemi dalam dada rakyat Jawa Tengah. Lagu Santi Mulya karya Ki Nartosabdo menegaskan hal demikian:

Santi mulya, santi mulya 

luhur mulyaning negara Indonesia mesthi jaya 

tarlen saking golonging sedya tama 

manunggal mrih santosa cipta rasa budi karsa 

gumelare memayu hayuning bangsa 

basuki yuwana sirna papa sangsaya 

sampurnaning bebrayan gung Pancasila 

mangambar gandanya rum 

Indonesia langgeng mardika

Kelestarian, kejayaan dan kemakmuran Indonesia seba-gai bangsa mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari rakyat Jawa. Meskipun demikian orang Jawa tidak begitu ekstrim memegang sifat kedaerahan. Terbukti bahasa Indonesaia bisa diterima oleh orang Jawa sebagai bahasa nasional kenegaraan. Kepribadian bangsa timur adalah salah satu kearifan timur. Ma-syarakat yang berkepribadian adalah masyarakat yang mempu-nyai jatidiri sebagaimana pesan Ki Nartosabdo dalam tembang Aja Dipleroki:

Mas mas mas aja dipleroki 

mas mas mas aja dipoyoki 

karepku njaluk diesemi 

solah lakumu kudu ngerti cara 

aja ditinggal kapribaden katimuran 

mengko gek keri ing zaman 

mbokya sing eling 

eling bab apa 

iku budaya pancene bener kandhamu

Secara berjenjang disebutkan adanya upacara-tata cara-cara kerja, yang merupakan kualitas berkarya yang produktif, kreatif dan inovatif. Pribadi ketimuran akan melengkapi kearifan dunia. Di sini berarti kearifan yang berasal dari timur mempunyai andil yang besar etrhadap usaha bersama dalam percaturan dan pergaulan internasional. Daerah Pedan Klaten mempunyai produk unggulan lurik. Produksi dalam negeri boleh dikatakan terlantar, karena pasar terlampau silau dengan barang impor. Harus diakui bahwa produksi lokal itu prasaja dalam kemasan sederhana. Namun Ki Nartosabdo dengan halus menyindir perilaku itu dengan lagunya Ngagem Lurik :

Lurik-lurik lurike weton Pedan 

tur lumayan sing ngagem sajak kepranan 

lurik-lurik lurike weton Trasa 

nadyan prasaja sing ngagem katon gembira 

Pedan Trasa lurike pancen kaloka 

tuwa mudha ngagem lurik 

katon endah tur ya murah 

kuwi mas ndheke dhewe 

mulane ja nglalekke 

nengsemake nganggo weton nggone dhewe

Orang Klaten sadar arti penting kemandirian. Kalau ber-pihak pada produk sendiri, ekonomi akan cepat berkembang. Hal ini disebabkan karena ekonomi akan berputar kembali pada sebagian besar penghuni komunitas yang bersangkutan. Keuntungan ekonomi tidak sampai pergi ke luar yang hanya akan dinikmati oleh orang asing. Dengan produksi mandiri itu berarti akan menegakkan harga diri bangsa. Ketentraman masyarakat tercapai apabila kampung halamannya terasa aman. Ki Nartosabdo membuat lagu dengan judul 

Rondha Kampung :

Kenthongan iku tandha rondha kampung 

aja wegah yo ayo kanca 

mbok aja padha lembon 

sing tanggon kampunge aman 

nyata adoh durjana 

saiki wancine nglilir 

sing padha turu wancine nglilir 

Sadar keamanan lingkungan dengan rondha kampung itu biasanya dilakukan secara bergilir. Di situ akan tercipta solidaritas di antara pendukungnya. Kebersamaan yang dijiwai rasa sepenanggungan akan menggugah untuk menyelesaikan problem bersama. Masalah berat akan terasa ringan, apabila ditangani dengan gotong royong. Kabupaten Klaten telah memberi pisungsung agung bagi ketentraman ibu pertiwi.

Oleh Dr Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp. 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar