Kamis, 07 Januari 2021

SEJARAH KABUPATEN PAMEKASAN

A.Makna Luhur Kabupaten Pamekasan. 

Pamekasan Berarti Tempat Pamulangan dan Mekas Nasihat Wekasan. Makna filosofis Pamekasan amat luhur. Pamekasan berasal dari kata dasar wekas, yang berarti nasihat. Pa - wekas - an menjadi Pamekasan. 

Pendiri Pamekasan adalah Adipati Arya Wiraraja. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Kerajaan Singosari sejak tanggal 13 Oktober 1269. Rajanya bernama Prabu Kertanegara.

Arya Wiraraja masih keturunan raja Kraton Jenggala. Pada tahun 1293 Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Tangan kanan dan kepercayaan Raden Wijaya yang paling utama adalah Arya  Wiraraja. Wira berarti gagah berani, raja berarti manusia pilihan yang menjadi pemimpin sesuai dengan namanya Arya Wiraraja adalah teladan bangsawan yang menjunjung tinggi semangat kebangsaan. Beliau rela berkorban demi bangsa dan negara. Jasanya terlalu banyak untuk kejayaan kerajaan Majapahit.

Keturunan Arya Wiraraja yang cemerlang bernama Adipati Ronggo Sukowati. Pada tahun 1530 beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Labangan Daya ke Mandilaras. Adipati Ronggo Sukowati bersahabat erat dengan Pangeran Hadirin, seorang pengusaha kaya raya. Usaha Pangeran Hadirin meliputi bidang pelayaran, pelabuhan, ukir-ukiran, kayu jati, tambang minyak di pesisir utara pulau Jawa.

Pangeran Hadirin ini bangsawan Samudra Pasai Aceh yang menikah dengan putri Sultan Trenggana raja Demak Bintara. Namanya Kanjeng Ratu Kalinyamat. Adipati Ronggo Sukowati dilibatkan dalam bisnis ekspor impor. Berkat usaha ulet ini Adipati Ronggo Sukowati bisa mendirikan pabrik garam Kalianget. Hasil usaha sukses ini digunakan untuk membangun istana di Puri Mandilaras.

Pada tahun 1549 Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, raja Pajang datang ke Pamekasan Madura. Koneksi kerja ini berkat hubungan dengan Pangeran Hadirin. Produk garam Kalianget milik adipati Ronggo Sukowati dibantu pemasaran. Warga Pamekasan semakin maju.

Baik Pamekasan maupun Sumenep sama-sama binaan Arya Wiraraja. Para pembesarnya juga masih kerabat. Perkawinan antar keluarga kerap dilakukan. Bangsawan Sumenep dan Pamekasan sangat peduli pada bibit, bebet, bobot.

Masjid Jamik Pamekasan didirikan pada tahun 1557. Sultan Pajang mengirimkan kayu jati dari Cepu. Ratu Kalinyamat mengirim juru ukir dari Jepara. Bupati Madiun, Pangeran Timur mengirim batu marmer Tulungagung. Madiun, Jepara dan Pajang menjalin kekerabatan dengan para bangsawan Pamekasan. Lewat tali pernikahan dan perusahaan mereka memperkokoh paseduluran. 

Setiap bulan Ruwah Adipati Ronggo Sukowati nyekar di makam Aryo Menak Sunoyo. Leluhur rakyat Pamekasan ini telah membuka hutan demi kesejahteraan anak cucu. Beliau berjuang di daerah Proppo atau Parupuk. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghormati jasa para pahlawan. Pada tahun 1559 makam Aryo Menak Sunoyo dibangun sebagai bentuk penghormatan pada leluhur.

Adipati Ronggo Sukowati menjalin kekerabatan dengan Peguron Pengging. beliau pernah belajar kepada Ki Ageng Butuh pada tahun 1539. Saat itu sedang gencar merebaknya paham wahdatul wujud atau manunggaling kawula Gusti. Ki Ageng Butuh sendiri murid Syekh Siti Jenar yang terkenal sebagai guru sejati di kalangan para penganut kejawen.

B.Darah Pamekasan Menurunkan Para Raja Surakarta. 

Pangeran Adipati Magetsari menjabat Bupati Pamekasan sejak tahun 1608. Beliau menikah dengan Dyah Kirana Mas, putri Adipati Yudonegoro Bupati Surabaya. Pernikahan ini melahirkan Pangeran Pekik. Kelak Pangeran Pekik menikah dengan Ratu Pandansari. Pernikahan ini menurunkan Kanjeng Ratu Kulon, permaisuri Sri Susuhunan Amangkurat Tegal Arum.

Kanjeng Ratu Kulon yang menikah dengan Sri Susuhunan Amangkurat Tegal Arum ini melahirkan Raden Rahmat. Kelak Raden Rahmat dinobatkan menjadi raja Mataram pada tahun 1677, dengan gelar Sri Susuhunan Amangkurat Amral. Secara langsung raja Mataram keturunan Pamekasan.

Permaisuri Sri Susuhunan Amangkurat Amral adalah Raden Ajeng Kirana Inten, putri Adipati Cokronagoro Bupati Sumenep. Putri Sumenep dan Pamekasan memang hebat. Para raja Jawa percaya bahwa putri Madura punya gen yang sangat kuat. Perkawinan Jawa Madura diyakini akan melahirkan pemimpin yang tangguh, ampuh, sepuh, wutuh dan berpengaruh.

Raja Mataram berturut-turut adalah darah Madura. Sinuwun Amangkurat Amral berdarah Pamekasan. Sinuwun Amangkurat Mas juga berdarah Pamekasan. Putri Madura selalu menempati posisi paling terhormat, yakni menduduki permaisuri raja. dari rahimnyalah akan lahir Pangeran Pati atau Putra Mahkota.

Keunggulan putri Pamekasan ditunjukkan oleh Raden Ajeng  Sukaptinah. Beliau putri Bupati Pamekasan, Adipati Cakraningrat. Kelak Raden Ajeng Sukaptinah menjadi permaisuri Kanjeng Sinuwun Paku Buwana IV. Beliau memerintah tahun 1788 – 1820. Raden Ajeng Sukaptinah bergelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu atau Ratu Handoyowati. Karaton Surakarta Hadiningrat menghormati putri Pamekasan Madura ini dengan menyajikan tari yang sakral yaitu Bedaya Ludiro Madu.

Jasa-jasa Raden Ajeng Sukaptinah, permaisuri raja karaton Surakarta ini terlalu banyak. Beliau tokoh yang cerdas, cermat, tangkas, trengginas, berbudi luhur, kaya raya, pengusaha, murah hati, dermawan, ramah tamah, dan punya jaringan luas. Ada beberapa jasa besar yang patut dicatat dengan tinta emas.

1. Tokoh Pemekaran Kabupaten

Beberapa kabupaten yang diberi biaya saat dimekarkan yaitu Klaten, Situbondo dan Bondowoso. Melalui Patih Sasradiningrat, kabupaten pemekaran ini ditanggung pembiayaan meliputi biaya pengadaan tanah, gedung, gaji pegawai, anggaran belanja rutin. Berdirinya kabupaten setelah tahun 1800-an, banyak disumbang oleh Kanjeng Ratu Sukaptinah atau  Ratu Handoyowati.

2. Perusahaan Pelabuhan

Raden Ajeng Sukaptinah sangat berpengalaman dalam manajemen pelabuhan. Beliau lama menjadi komisaris utama pelabuhan Tanjung Emas, Tanjung Perak, Tanjung Kodok. Secara otomatis Raden Ajeng Sukaptinah menguasai seluk beluk niaga pelayaran, perikanan.

3. Penggerak Roda Ekonomi

Perusahaan trasi di Lasem Rembang, industri kecap di Purwodadi dan ukir-ukiran Jepara tak lepas dari uluran tangan Raden Ajeng Sukaptinah. Wajar sekali jika putri Pamekasan ini menjadi konglomerat multi usaha. Dari keberhasilan perusahaan ini Raden Ajeng Sukaptinah turut menggerakkan roda perekonomian rakyat. Singkat kata Raden Ajeng Sukaptinah menjadi kebanggaan Rakyat Pamekasan.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama harum. Raden Ajeng Sukaptinah atau Kanjeng Ratu Kencono Wungu tampil sebagai Srikandi Pamekasan di Kraton Surakarta. Dua putranya dididik dengan sangat ketat yaitu Raden Sugandi dan Raden Malikis Sholihin. Kedua-duanya menjadi raja kraton Surakarta Hadiningrat.

Raden Sugandi adalah putra sulung Raden Ajeng Sukaptinah. Pada tahun 1820 Raden Sugandi dinobatkan menjadi raja Surakarta, dengan gelar Sinuwun Paku Buwana V.

Sedangkan Raden Malikis Sholihin dinobatkan menjadi raja Surakarta pada tahun 1830, dengan gelar Sinuwun Paku Buwana VII. Selama memimpin kraton Surakarta, Sinuwun Paku Buwana kerap mengutus pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita untuk datang ke Pamekasan. Di sana Ranggawarsita memberi kursus jurnalistik dan sastra budaya.

Pada tahunh 1867 Bupati Pamekasan, Adipati Moh Hasan mendapat kunjunga kehormatan dari Sinuwun Paku Buwana IX. 

Sepulang dari Pamekasan, ibu-ibu Pamekasan diundang ke Laweyan untuk belajar batik. Tahun 1897 Sinuwun Paku Buwana X meresmikan stasiun Pamekasan dengan upacara yang megah.

C. Para Bupati Pamekasan

1. Adipati Ronggo Sukowati I  1530 – 1547

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, raja kraton Demak  Bintara.

2. Adipati Ronggo Sukowati II  1547 – 1568

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, raja kraton Pajang.

3. Adipati Ronggo Sukowati III  1568 – 1579

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, raja kraton Pajang.

4. Adipati Ronggo Sukowati IV 1579 – 1594

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, raja kraton Pajang.

5. Adipati Ronggo Sukowati V  1594 – 1607

Dilantik pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, raja kraton Mataram.

6. Adipati Purboyo  1607 - 1614

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Hanyakrawati, raja kraton Mataram.

7. Adipati Megatsari I    1614 – 1624

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja kraton Mataram.

8. Adipati Megatsari II    1624 – 1647

Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja kraton Mataram.

9. Adipati Megatsari III    1647 – 1663

Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.

10. Adipati Wirosari    1663 – 1685

Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.

11. Adipati Adikoro I 1685 – 1708

Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Amral, raja kraton Mataram.

12. Adipati Joyonegoro    1708 – 1708

Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Emas, raja kraton Mataram.

13. Adipati Adikoro II   1708 – 1737

Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Emas, raja kraton Mataram.

14. Adipati Adikoro III  1737 – 1743

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana II, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

15. Adipati Adikoro IV  1743 – 1750

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana II, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

16. Adipati Adiningrat   1750 – 1752

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

17. Adipati Cokroningrat I  1752 – 1780

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

18. Adipati Cokroningrat II  1780 – 1804

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

19. Adipati Mangkuningrat   1804 – 1842

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

20. Adipati Suryo Kusumo 1842 – 1854

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

21. Adipati Moh Hasan   1854 – 1891

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

22. Adipati Abdul Aziz Manguningrat 1891 – 1922

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

23. Adipati Kertoatmoprojo 1922 – 1934

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

24. Adipati Aryo Mangkudiningrat 1934 – 1942

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

25. Adipati Notoadikusumo  1942 – 1950

Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana XI, raja kraton Surakarta Hadiningrat.

26. Harjokusumo 1950 – 1959

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

27. Moh Hanafia  1959 – 1960

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

28. Abdul Rahem  1960 – 1969

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

29. Haliudin 1969 -1974

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

30. Moh Tamyis 1974 – 1976

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

31. Moh Toha 1976 – 1983

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

32. Hadiatullah  1983 – 1983

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

33. Drs. Subagyo 1983 – 1998

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

34. Dwiatmo Hadiyanto 1998 – 2003

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

35. Ahmad Syafii Yasin  2003 – 2008

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati.

36. Kholilurahman  2008 – 2013

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

37. Kholil Asyan 2013 – 2023

Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kabupaten Pamekasan memiliki sejarah yang agung dan anggun. Pamekasan betul-betul tampil sebagai tempat untuk mekas pada generasi muda. Yaitu mekas kebaikan yang wekasan total final dan harum wangi. 

Pada masa depan masyarakat kabupaten Pamekasan semakin jaya sejahtera lahir batin. Pamekasan selalu makmur luhur, kuat drajat semat pangkat, wibawa utama di jagat raya.

Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, hp 087864404347. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar