Pada tahun 1251 Arya Wiraraja belajar di Universitas Damaskus Suriah. Di sana Arya Wiraraja belajar tentang ilmu hukum, sejarah dan pemerintahan. Otaknya cerdas, hatinya lemah lembut, perilaku sopan santun, suka menolong, tekun belajar, jujur, terbuka, bisa kerja sama, ramah tamah, berasal dari keluarga kaya raya. Kepribadian Arya Wiraraja boleh dikatakan paripurna, bibit, bebet dan bobotnya.
Universitas Damaskus Suriah didirikan oleh Sultan Mamluk yang hidup tahun 1206 – 1290. Sultan Mamluk merupakan pembesar dinasti Bani Umayah. Kejayaan Bani Umayah karena didukung oleh kekayaan yang bersumber dari minyak bumi dan penguasaan ilmu pengetahuan. Mahasiswa dan pelajar dari Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara diundang untuk belajar di Universitas Damaskus. Raja Mamluk memberi beasiswa yang cukup. Beasiswa itu meliputi biaya perjalanan, biaya hidup, biaya pustaka, biaya riset, biaya wisata dan biaya kunjungan keluarga.
Wakil dari Asia Tenggara ditunjuk Arya Wiraraja. Uang beasiswa dibelanjakan dengan sangat hemat. Sebagian besar ditabung. Gemi nastiti ngati-ati, begitulah prinsip yang diajarkan oleh orang tuanya. Leluhur Arya Wiraraja berasal dari bangsawan kraton Jenggala, Kahuripan dan Klungkung Bali. Daerah biru Arya Wiraraja memang lengkap. Wajarlah Arya Wiraraja mewarisi watak keutamaan, keteladanan, kebajikan.
Selama lima tahun Arya Wiraraja belajar di Damaskus berkesempatan bertemu dengan raja Mamluk 5 kali. Tiap tahun Sultan Mamluk melakukan monitoring dan pengawasan proses belajar mengajar. Lantas dilakukan evaluasi. Sultan Mamluk tertarik pada kecerdasan Arya Wiraraja. Setelah dirasa cukup meyakinkan, Sultan Mamluk berkirim surat pada Prabu Kertanegara, raja Singosari. Intinya Arya Wiraraja cukup cakap untuk mengabdi kepada kerajaan Singosari.
Rekomendasi Raja Mamluk ini tentu membuat besar hati, bangga pada diri Prabu Kertanegara. Setamat dari belajar, Arya Wiraraja menjadi staf ahli utama. Kans Arya Wiraraja semakin menanjak. Beliau menguasai birokrasi dengan utuh. Pegawai istana Singosari merasa terbantu oleh kerja Arya Wiraraja. Loyalitas, dedikasi dan prestasi Arya Wiraraja amat cemerlang.
Pada tanggal 31 Oktober 1269 Arya Wiraraja dilantik menjadi Menteri Luar Negeri kerajaan Singosari. Prabu Kertanegara percaya penuh bahwa Arya Wiraraja dapat mengangkat harkat dan martabat kerajaan besar. Hubungan dengan Damaskus Suriah bertambah erat. Kunjungan pertama ke luar negeri, yaitu sowan kepada Sultan Mamluk. Alangkah bahagia Sri Baginda Sultan Damaskus Suriah, Arya Wiraraja diberi hadiah batangan emas sebanyak satu karung gandum. Dengan kekayaan yang berlimpah ruah itu, Sri Baginda Sultan Mamluk berharap Arya Wiraraja tidak nyambi-nyambi lagi selama menjabat sebagai menteri.
Hadiah kain sutra yang mahal megah mewah berasal dari Wali Negeri Samudra Pasai, yaitu Syekh Hubailah Junaidi Alhabsyi. Beliau teman Arya Wiraraja ketika sama-sama belajar di Universitas Damaskus. Asalnya dari pulau Weh Sabang. Kunjungan Syekh Hubailah Junaidi. Alhabsyi di kerajaan Singosari pada tahun 1271. Wali negeri Samudra Pasai ini sangat kaya. Beliau punya usaha minyak di Arun Aceh. Berbahagialah Arya Wiraraja dikelilingi oleh orang mulia dan pemurah.
Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit tahun 1293. Perencanaan, pengkajian, pelaksanaan pembangunan kerajaan Majapahit sepenuhnya diserahkan kepada Arya Wiraraja. Kerajaan Majapahit berhasil tampil sebagai negeri yang makmur, hebat, sejahtera, besar, wibawa dan disegani di seluruh kawasan Asia Tenggara. Arya Wiraraja selalu ingat pesan Sultan Mamluk Damaskus Suriah, agar dirinya membantu kerajaan dengan sukarela.
Lengser keprabon madeg pandita. Setelah Majapahit berdiri kokoh, Arya Wiraraja dengan rendah hati mengundurkan diri dari tugas kenegaraan. Masa tuanya dihabiskan untuk membuka lahan baru di Sumenep. Dengan modal tekad kuat semangat, wilayah Sumenep berhasil menjadi daerah yang terpandang dan unggul. Rakyat Sumenep menghormati Arya Wiraraja yang berjuang tanpa pamrih. Daerah Sumenep berarti keindahan yang benar-benar menep. Su berarti indah. Menep berarti mengendap mapan. Sumenep menjadi cikal bakal berseminya peradaban agung.
B. Para Pembesar Sumenep yang Berbudi Luhur
Pembesar Sumenep yang berbudi luhur bernama Raden Bugan. Beliau melanjutkan perjuangan kakeknya, Arya Wiraraja. Menjabat sebagai pimpinan Sumenep dengan gelar Kanjeng Pangeran Arya Yudonegoro. Memimpin Sumenep tahun 1648 – 1670. Adiknya bernama Pangeran Pekik, Bupati Surabaya. Pangeran Pekik menikah dengan Ratu Pandansari, adik Sultan Agung yang raja Mataram.
Pernikahan Pangeran Pekik dengan Ratu Pandansari melahirkan Ratu Kulon. Kelak Ratu Kulon diambil permaisuri oleh Susuhunan Amangkurat Tegal Arum tahun 1646 – 1677. Pernikahan Amangkurat Tegal Arum dengan Ratu Kulon melahirkan Raden Rahmat. Kelak Raden Rahmat menjadi raja Mataram tahun 1677 – 1705, dengan gelar Sri Susuhunan Amangkurat Amral.Jelas sekali raja Mataram adalah keturunan langsung Bupati Sumenep Madura. Permaisuri Amangkurat Amral juga berasal dari keturunan Bupati Sumenep. Namanya Raden Ajeng Kirana Inten. Setelah menjadi permaisuri raja, bergelar Kanjeng Ratu Kencono Inten. Lahirlah Sri Susuhunan Amangkurat Mas. Darah Sumenep Madura menurunkan raja-raja di Kraton Mataram.
Pada tanggal 5 Oktober 1705 Sumenep dipimpin oleh Kanjeng Pangeran Adipati Cokronagoro. Beliau dilantik oleh Sri Susuhunan Amangkurat Mas. Pada masa ini banyak warga Sumenep bekerja di Lasem Rembang. Mereka mendapat kesempatan untuk mendirikan industri trasi. Pendatang dari Sumenep ini sukses ekonomi di Lasem Rembang. Nama Adipati Cokronagoro sangat harum dan pantas untuk dikenang.
Bupati Cokronagoro IV membantu kepemimpinan Sumenep tahun 1744 -1749. Selama ini Adipati Sumenep menjadi penasihat utama Sinuwun Paku Buwono I di kraton Surakarta Hadiningrat. Kakak Adipati Cokronagoro IV ini bernama Adipati Cakraningrat yang menjabat bupati Pamekasan. Putri Adipati Cakraningrat Pamekasan bernama Raden Ajeng Sukaptinah, kelak beliau menjadi permaisuri raja Surakarta Hadiningrat. Raden Ajeng Sukaptinah bergelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu atau Ratu Handoyowati.
Dengan demikian hubungan kraton Surakarta Hadiningrat dengan Kabupaten Sumenep memang dekat. Dua anak Raden Ajeng Sukaptinah menjadi raja Surakarta, yaitu Raden Sugandi dan Raden Malikis Sholikin. Raden Sugandi menjadi Sinuwun Paku Buwono V. Raden Malikis Sholikin bergelar Sinuwun Paku Buwono VII. Dua-duanya raja Surakarta keturunan Madura.
Sumenep termasuk kawasan kaya raya di nusantara. Daerah ini membawahi 126 pulau. Pelabuhan Kalianget dipegang oleh Bupati Tirtonagoro yang memerintah Sumenep tahun 1750 – 1762. Sedangkan Bupati Notokusumo membuat pabrik garam Kalianget pada tahun 1805. Kanjeng Pangeran Adipati Kusumadiningrat memimpin Sumenep tahun 1811 – 1812 lantas ditugaskan untuk membina wilayah Bang Wetan Jawa. Kanjeng Adipati Aryo Abdurrahman Tirtodiningrat pada tahun 1815 diundang oleh Raden Ajeng Sukaptinah untuk belajar industri logam di Bekonang Sukoharjo.Masa pemerintahan Bupati Reksodiningrat diresmikan rel dan stasiun kereta api pada tahun 1897. Berkenan hadir sinuwun Paku Buwono X, raja Surakarta Hadiningrat. Kabupaten Sumenep semakin maju dan makmur. Pada tahun 1929 Sinuwun Paku Buwono membangun birokrasi Sumenep secara lengkap. Sebagai pejabat bupati diserahkan kepada Adipati Samadikun. Bupati Sumenep ini menjabat tahun 1929 – 1947.
C. Para Bupati Sumenep
1. Adipati Yudonagoro I 1648 – 1657
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.
2. Adipati Yudonagoro II 1657 – 1672
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.
3. Adipati Cokronagoro I 1672 – 1679
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.
4. Adipati Cokronagoro II 1679 – 1693
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Amral, raja kraton Mataram.
5. Adipati Cokronagoro III 1693 – 1705
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Amral, raja kraton Mataram.
6. Adipati Cokronagoro IV 1705 – 1730
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Amangkurat Emas, raja kraton Mataram.
7. Adipati Cokronagoro V 1730 – 1749
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono II, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
8. Adipati Cokronagoro VI 1749 – 1768
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
9. Adipati Tirtonagoro I 1768 -1789
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
10. Adipati Tirtonagoro II 1789 – 1794
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
11. Adipati Notokusumo 1794 – 1811
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
12. Adipati Kusumodiningrat I 1811 – 1830
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
13. Adipati Kusumodiningrat II 1830 – 1852
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono V, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
14. Adipati Kusumodiningrat III 1852 – 1870
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
15. Adipati Rekutodiningrat I 1870 – 1894
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
16. Adipati Rekutodiningrat II 1894 – 1912
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
17. Adipati Abdurrahman Tirtodiningrat 1912 – 1929
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
18. Adipati Samadikun 1929 – 1947
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
19. RP Amijoyo 1947 – 1949
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
20. Pratiming Kusumo 1949 – 1954
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
21. Ruslan Wongsokusumo 1954 – 1956
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
22. Ruslan Cakraningrat 1956 – 1958
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
23. Surahmad Prawiro 1958 – 1960
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
24. Achyak Sosrosugondo 1960 – 1961
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
25. Abdullah Mangunsiswo 1961 – 1963
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
26. Drs. Abdurrahman 1963 – 1974
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
27. RP Machmud S 1974 – 1975
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
28. R Semaroem 1975 – 1985
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
29. R Sugondo 1985 – 1995
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
30. Sukarno Marsaid 1995 – 2005
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
31. Moh Ramdhan Siradj 2005 – 2010
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
32. Busyro Karim 2010 - 2020
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Tanduk Majeng
Ngapote waklajere etangale,
Reng majeng tantonala pade mole,
Mateguk deri ombak pajelena,
Omon ajeling odik nao reng majengan
Abental ombak sapo angin salanjengan
Ole olang paraona alajere
Ole olang alajere ka Madura
Masyarakat kabupaten Sumenep memiliki etos kerja yang tinggi. Sejak dulu menguasai perniagaan dan pelayaran. Lagu Tanduk Majeng di atas menggambarkan tentang kehidupan para nelayan di Madura. Mereka gigih berjuang di laut dengan segala tantangannya. Mereka pelaut ulung. Dunia maritim berakar kuat di dada orang Madura.
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA. Hp 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar