Para pemimpin kabupaten Bangkalan selalu bersungguh-sungguh dalam membangun, mengembangkan, dan memajukan daerah. Dengan harapan kehidupan rakyat semakin berjalan lancar, makmur sejahtera, aman damai, tentram lahir batin. Adipati Arya Wiraraja pada tahun 1250 sudah memberi teladan tentang bentuk pengabdian yang dilakukan secara sukarela.
Prabu Hayamwuruk raja Majapahit pada tahun 1352 berkunjung ke Bangkalan. Beliau terpikat dengan pertunjukan kerapan sapi. Pembesar kerajaan Majapahit lantas memberi bantuan pembuatan kandang. Prabu Hayamwuruk menyumbang kayu jati Cepu. Kandang sapi dibuat sangat bagus. Kerapan sapi menjadi andalan utama wisata kerajaan Majapahit.
Pelabuhan Kamal lantas dibangun demi kelancaran lalu lintas Madura Jawa pada tahun 1354. Prabu Hayamwuruk sangat bahagia saat beristirahat di wilayah Bangkalan. Beliau menikmati pemandangan indah di Bukit Jaddih, gunung Geger. Lalu melakukan siram jamas di Pemandian Sumber Bening. Sebagian rombongan kraton Majapahit mengunjungi tempat wisata di Langkap dan Modung. Sajian makanan khas Madura, yaitu sate, soto, nasi bebek. Masakan Bangkalan menjadi pendukung utama kepariwisataan sejak dulu.
Pada tahun 1468 Raden Bondan Kejawan atau Pangeran Lembu Peteng melakukan pengabdian sosial di daerah Bangkalan. Beliau adalah putra Prabu Brawijaya V. Isterinya bernama Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub. Saat bertapa di Bukit Jaddih, Pangeran Lembu Peteng mendapat wangsit. Kelak keturunannya menjadi raja besar. Pangeran Lembu Peteng dan Dewi Nawangsih sering melakukan semedi di Gunung Bromo, supaya harapannya terkabul.
Pangeran Lembu Peteng menurunkan Raden Getas Pendowo. Lalu Raden Getas Pendowo berputra Ki Ageng Selo. Sedangkan Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Enis. Lantas Ki Ageng Enis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya Pemanahan berputra Panembahan Senopati yang menjadi raja Mataram sejak tahun 1582. Wangsit dari Bangkalan itulah yang menjadikan kekuasaan raja Mataram berdiri kokoh.
Penguasa Pajang yaitu Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya adalah sahabat karib Panembahan Lemah Duwur. Pada tahun 1549 Joko Tingkir bertemu dengan Panembahan Lemah Duwur. Sekedar reuni untuk melepas kangen. Maklum dua orang sahabat ini sama-sama murid Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak Bintara. Panembahan Lemah Duwur termasuk konsultan spiritual Sultan Trenggana, raja Demak. Hubungan Bangkalan dengan kerajaan Demak dan kerajaan Pajang sangat harmonis. Sebagian dari mereka meyakini koneksi perdagangan. Malah juga melalui jalur pernikahan.
Sultan Agung raja Mataram pada tahun 1617 mengunjungi Pangeran Koro Tengah di Bangkalan. Beliau berdua membicarakan usaha peternakan sapi. Pasar sapi di Karto, Semarang dan Tegal banyak dipasok dari Bangkalan. Hubungan ekonomi perdagangan dilanjutkan oleh Pangeran Mas tahun 1623. Peternakan sapi Bangkalan semakin terkenal kualitasnya. Perdagangan ini membuat rakyat Bangkalan hidup makmur.
Pemerintahan Amangkurat Agung sejak tahun 1645. Beliau membantu masyarakat Bangkalan berupa benda-benda perhiasan perak. Lewat Raden Praseno atau Adipati Cakraningrat, Sri Amangkurat Agung turut membangun pemugaran pelabuhan Kamal. Budi pekerti Amangkurat Agung betul-betul agung. Beliau ramah tamah, tekun belajar, giat bekerja dan dekat dengan ulama. Selama tinggal di kediaman Raden Praseno, raja Mataram ini melakukan wilujengan. Sebelum pulang terlebih dulu sowan di makam Panembahan Lemah Duwur.
B. Kebanggaan Warga Bangkalan dalam Lintasan SejarahPutra Amangkurat Agung bernama Raden Rahmat. Sejak kecil ikut Pangeran Pekik Bupati Surabaya. Keluarganya banyak tinggal di Bangkalan. Pada tahun 1677 Raden Rahmat dinobatkan sebagai raja Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Amangkurat Amral. Beliau memindahkan ibukota Mataram dari Pleret ke Kartasura. Raden tedhakan dari Bangkalan diberi tugas untuk membangun ibukota Mataram. Warga Bangkalan banyak yang menjadi pegawai di lingkungan kerajaan Mataram Kartasura.
Kebanggaan rakyat Bangkalan memang terjadi pada tahun 1677 – 1708. Masa pemerintahan Amangkurat Amral dan Amangkurat Mas, kerajaan Mataram banyak dipengaruhi oleh Madura. Pekerja banyak diisi oleh warga Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan. Malah Raden Tumenggung Surodiningrat pada tahun 1707 datang ke Bekonang Sukoharjo untuk belajar industri metalurgi.
Tahun 1723 Pangeran Sindikap diantar oleh Sinuwun Amangkurat Jawi datang ke daerah Lasem Rembang. Di sana warga Bangkalan diajak untuk belajar budidaya udang. Kunjungan ini sekaligus melihat pembuatan industri trasi. Studi banding ini demi meningkatkan ketrampilan di kalangan kaum muda Bangkalan.
Kepemimpinan Tumenggung Mangkudiningrat membuat Bangkalan semakin maju dinamis. Tahun 1772 bersama dengan ibu-ibu Bangkalan berkunjung ke industri batik Laweyan. Beliau diundang oleh Sinuwun Paku Buwana III. Hubungan yang akrab ini menjadi hubungan keluarga. Putri Madura yang bernama Raden Ajeng Sukaptinah menikah dengan Raden Subadyo, putra Paku Buwana II. Kelak Raden Subadyo menjadi raja kraton Surakarta Hadiningrat, dengan gelar Sinuwun Paku Buwana IV tahun 1788 – 1820.
Raden Ajeng Sukaptinah sebagai permaisuri raja Surakarta bergelar Kanjeng Ratu Kencono Wungu atau Ratu Handoyowati. Beliau kerap datang ke Bangkalan untuk bersilaturahmi dengan Pangeran Abdu Bangkalan pada tahun 1802. Dua putra Raden Ajeng Sukaptinah yaitu Raden Sugandi dan Raden Malikis Sholihin. Raden Sugandi menjadi Sinuwun Paku Buwana V. Raden Malikis Sholihin menjadi Sinuwun Paku Buwana VII. Dua raja Surakarta ini jelas berdarah Madura.Pangeran Yusuf adalah pemimpin yang amat dekat dengan Paku Buwana VII. Pada tahun 1852 beliau diajak untuk mengembangkan ternak sapi di daerah Tingkir Salatiga. Kedekatan ini dilanjutkan oleh Raden Ismail yang selalu berhubungan dengan kraton Surakarta Hadiningrat. Pada tahun 1897 Sinuwun Paku Buwana X berkunjung ke Bangkalan untuk meresmikan pembangunan rel dan stasiun kereta api. Daerah Bangkalan makin jaya dan sejahtera.
C. Para Bupati Bangkalan
1. Adipati Pratanu Cokronagoro 1531 – 1592
Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, raja kraton Demak Bintara.
2. Adipati Koro Tengah Cokronagoro 1592 – 1620
Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, raja kraton Pajang.
3. Adipati Pangeran Mas Cokronagoro 1620 – 1624
Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja kraton Mataram.
4. Adipati Praseno Cakraningrat I 1624 – 1648
Dilantik pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja kraton Mataram.
5. Adipati Undakan Cakraningrat II 1648 – 1707
Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Agung, raja kraton Mataram.
6. Adipati Surodiningrat Cakraningrat III 1707 – 1718
Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Amral, raja kraton Mataram.
7. Adipati Sidingkap Cakraningrat IV 1718 – 1745
Dilantik pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Amangkurat Emas, raja kraton Mataram.
8. Adipati Sidomukti Cakraningrat V 1745 – 1770
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana II, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
9. Adipati Mangkudiningrat Cakraningrat VI 1770 – 1780
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
10. Adipati Abdu Cakraningrat VII 1780 – 1815
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana III, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
11. Adipati Yusuf Cakraningrat VIII 1815 – 1847
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IV, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
12. Adipati Ismail Cakraningrat IX 1847 – 1862
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
13. Adipati Kadirun Cakraningrat X 1862 – 1882
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
14. Adipati Mahmud Cakraningrat XI 1882 – 1905
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana VII, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
15. Adipati Suryonegoro 1905 – 1918
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
16. Adipati Suryowinoto 1918 – 1948
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
17. Moh Ruslan 1948 – 1957
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
18. Abdul Karim 1957 – 1959
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
19. Moh Noor 1959 – 1965
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
20. Abdul Manan 1965 – 1969
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
21. Mahmud Surodiputro 1969 – 1971
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
22. Jacky Sujaki 1971 – 1982
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
23. Drs. Sumarwoto 1982 – 1988
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
24. Abdul Kadir 1988 – 1991
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
25. Drs. Ernomo 1991 – 1993
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
26. Jakfar Syafei 1993 – 1998
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
27. Ir. Moh. Falah 1998 – 2003
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
28. Fuad Amin Imron 2003 – 2013
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati.
29. Makmun Haru Fuad Momon 2013 – 2018
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
30. Abdul Latif Amin Imron 2018 – 2023
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Masyarakat Bangkalan selalu bahagia membangun kesejahteraan kabupaten supaya tetap berjalan lancar. Bangkalan dari singkatan bangun, kabupaten, jalan lancar. Makna filosofis luhur ini membuat masyarakat Bangkalan semakin maju, makmur, sejahtera, aman, damai, ayem, tentrem dan arum kuncara.
Oleh : Dr. Purwadi, M.Hum; Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA. Hp 087864404347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar