Rabu, 13 Januari 2021

SEJARAH RANGGAWARSITA PUJANGGA KRATON SURAKARTA

A. Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita

Pujangga Ranggawarsita dilahirkan pada hari Senin Legi, tanggal 10 Dulkaidah, tahun Be 1728, pukul 12.00, wuku Sungsang, atau 15 Maret 1802 di Kampung Yasadipuran Surakarta. Setelah lahir diberi nama Bagus Burhan. Ketika masih kecil, ia dipelihara oleh R.T. Sastranegara sesuai dengan anjuran kakek piutnya, R.T. Yasadipura I yang meramalkan bahwa Bagus Burhan akan menjadi pujangga besar. Setelah berusia empat tahun, Bagus Burhan diserahkan oleh R.T. Sastranegara kepada Ki Tanujaya, seorang abdi kepercayaan R.T. Sastranegara. 

Sifat atau pribadi Ki Tanujaya itu ramah, pandai bergaul, lucu dan banyak ilmunya. Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya hingga berusia kurang lebih 12 tahun. Jadi, kurang lebih selama delapan tahun. Usia 12 tahun itu adalah masa seorang anak yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, tetapi pendidikan formal pada waktu itu belum ada. Pendidikan yang ada ialah pendidikan nonformal di lingkungan keluarga atau semacam pondok pesantren. 

Bagus Burhan menempuh pendidikan di pondok pesantren Gebang Tinatar. Pendidikan ini meliputi: Ngelmu Jaya kawijayan, Ngelmu Pangawikan, Ngelmu Kasantikan, Ngelmu Kanuragan. Pendidikan Bagus Burhan semasa kecilnya berada di tangan Ki Tanujaya. Bagi Bagus Burhan, Ki Tanujaya adalah seorang abdi dan sekaligus seorang guru sejati. 

Sistem pendidikan itu hanya diperoleh putra-putri raja atau kawula dalem yang mampu, para keluarga sentana dalem dan abdi dalem. Pondok-pondok pesantren yang terkenal pada waktu itu antara lain, Pondok Tegalsari Ponorogo, Pondok Banjarsari Madiun, Pondok Kebonsari Madiun, dan Pondok Pesantren Darat Semarang. Sebagai anggota golongan priyayi, Ranggawarsita memiliki hak atas kesempatan menurut ilmu pengetahuan dan ngelmu kejawen. 

Pada waktu berusia 12 tahun, yaitu pada tahun 1813, Bagus Burhan berguru dan belajar mengaji kepada Kanjeng Kyai Imam Besari, di Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo. Kanjeng Kyai Imam Besari itu adalah putra menantu Paku Buwana IV, dan teman seperguruan R.T. Sastranegara. Dalam bidang tulis-menulis, dia banyak mencrima ajaran dari kakeknya ialah R.T. Sastranegara atau R. Ng. Yasadipura 11 Yang ahli dalam tulis-menulis dan ahli kepujanggaan sehingga akhirnya Bagus Burhan menjadi seorang  yang cerdas, kritis, sastrawan, dan sekaligus pujangga.

Bagus Burhan dan Ki Tanujaya meninggalkan Ponorogo menuju Kediri dan singgah di rumah Kasan Ngali di Mara. Atas anjuran Kasan Ngali maksud mereka untuk mengembara di Jawa Timur dapat diurungkan. Mereka menanti Pangeran Cakraningrat di rumah Kasan Ngali, di Madiun. Ketika di Madiun, Bagus Burhan bertemu dan menikah dengan Raden Ajeng Gombak, putri Adipati Cakraningrat.

Ia sering melakukan puasa, bertapa, bersemadi, atau bertirakat dengan berbagai cara. Perubahan tingkah-laku ini membuat Kyai Imam Besari menjadi senang. Kepandaian Bagus Burhan pun mulai tampak bahkan  sangat menonjol dan melebihi siswa-siswa yang lain. Setelah dikhitan pada tanggal 21 Mei l8l5 Masehi, Bagus Burhan diserahkan kepada Panembahan Buminata, untuk mempelajari ilmu jaya kawijayan, dan olah fisik. Setelah tamat berguru, Bagus Burhan dipanggil oleh Sri Paduka Paku Buwana IV dan diangkat sebagai pegawai istana. Raden Ngabehi Ranggawarsita diangkat menjadi pujangga kraton Surakarta Hadiningrat. 

Untuk menggali ajaran luhur Ranggawarsita maka diadakan sarasehan, workshop dan pelatihan  seni budaya. Kegiatan ini berlangsung pada hari Minggu, 22 Juli 2018. Dengan diikuti kerabat kraton, abdi dalem dan aktivis seni budaya. Bertujuan untuk menggali kearifan lokal demi memperkokoh jatidiri bangsa.

B. Pelopor Kesusastraan Adi Luhung

Untuk memudahkan pemahaman terhadap karya-karya Ranggawarsita, maka disusun sebagai berikut.

1) Karya Ranggawarsita yang ditulis sendiri, misalnya, Serat Pustaka Raja dan Serat Wirid Hidayat Jati.

2) Karya Ranggawarsita yang disalin oleh orang lain, misalnya, Serat Aji Pamasa dan Serat Cemporet.

3) Karya Ranggawarsita bersama orang lain, misalnya Serat Saridin dan Serat Sidin.

4) Karya Ranggawarsita yang diubah bentuknya oleh orang lain, misalnya Serat Jaman Cacad.

5) Karya Ranggawarsita yang digubah lagi oleh orang lain, misalnya Pustaka Raja Purwa.

6) Karya orang lain yang pernah disalin oleh Ranggawarsita, misalnya, Serat Bratayudha dan Serat Jayabaya.

7) Karya orang lain yang dilakukan sebagai karya Rangga-warsita, ialah Kalatidha Piningit, Wirid Hidayat Jati.

Pujangga Ranggawarsita mempunyai banyak karya yang bermutu tinggi. Beliau adalah pujangga agung Kraton Surakarta Hadiningrat. Karya-karya Ranggawarsita banyak tersimpan dalam perpustakaan Reksa Pustaka Kraton Surakarta. Perhatian terhadap Ranggawarsita datang dari seluruh tanah air, khususnya para pecinta kepustakaan Jawa. Perhatian ini demikian besar se¬hingga Ranggawarsita dipandang sebagai pujangga penutup. Sejarah Ranggawarsita merupakan kisah biografi intelektual yang melukiskan, menganalisa, dan mengevaluasi situasi kondisi rakyat Jawa pada masanya. Karya-karya Ranggawarsita terkenal mempunyai nilai yang dapat digunakan sebagai sumber kebijaksanaan hidup. 

Semenjak masa hidupnya, pujangga Ranggawarsita dipandang sebagai pujangga penutup. Dan kata penutup ini mempunyai konotasi yang sama dengan nabi penutup. Hal ini berarti bahwa sesudah wafatnya Ranggawarsita, tidak ada atau tidak diperlukan lagi tugas kepujanggaan. Tugas kepujang¬gaan telah dikerjakan oleh para pujangga sebelumnya dan kemudian telah diselesaikan seluruhnya oleh Ranggawarsita. Sebenarnya tugas pengembangan kesusastraan serta ke¬pustakaan Jawa tidak akan berakhir sepanjang masa. Generasi muda perlu mengenang dan memahami karya sang pujangga. 

Buku Karya Ranggawarsita: Babad Itih, Babon Serat Pustaka Raja Purwa, Serat Hidayat Jati, Serat Mardawa Lagu, Se-rat Paramasastra, Purwakane Serat Pawukon, Rerepen Sekar Tengahan, Sejarah Pari Sawuli, Serat Iber-Iber, Uran-Uran Sekar Gambuh, Widyapradana, Serat Aji Darma, Serat Aji Darma Aji Nirmala, Serat Aji Pamasa, SeratBudayana, Serat Cakrawarti, Serat Cemporet, Serat Darmasarana, Serat Joko Lodhang, Seral Jayengbaya, Serat Kalatidha, Serat Nyatnyanaparta, Serat Pambeganing Nata Binathara. 

Serat Panji Jayengtilam, Serat Pamoring Kawula Gusti, Serat Paramayoga, Serat Partakareja, Serat Pawarsakan, Serat Purrusangkara, Serat Purwagnyana, Serat Sari Wahana, Serat Sidawakya, Serat Wahanyasampatra, Serai Wedharaga, Serat Wedhasatya, Serat Wedhatama Piningit, Serat Wedyatmaka, Serat Wirid Sopanalaya, Serat Wiraradya, Serat Yudhayana, Kawi-Javaansche Woordenboek, Serat Saloka aka-liyan Paribasan, Serat Saridin, Serat Sidin, Pakem Pustaka raja Purwa, Pakem Pustaka raja Madya, Pakem Pustaka raja Antara, Pakem Pustaka raja Wasana, Jaman Cacad, Serat Paramayoga, Serat Bratayuda, Serat Jayabaya, Setrat Panitisastra, Serat Kalatidha Piningit, Serat Wirid Hidayat Jati.

Ajaran Karya Ranggawarsita

1. Serat Pustaka Raja

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk gancaran. Berjenis nonfiksi, berupa filsafat dan ilmu pengetahuan. Berisi tentang silsilah raja-raja dari Nabi Adam sampai berdiri Kerajaan Majapahit, baik dengan melalui dongeng maupun dengan melalui cerita wayang.

2. Wirid Hidayat Jati

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis nonfiksi, berupa moral dan ajaran agama, berisi memuat tentang delapan syarat untuk menjadi guru ilmu jaya kawijayan dan pujangga.

3. Sejarah Pari Sawuli

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk gancaran yang ditulis sendiri.  Berjenis nonfiksi, memuat tentang pemberian pangkat kepada Ranggawarsita.

4. Serat Aji Darma

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa biografi Dewi Satati, berisi Dewi Satati berdukacita atas meninggalnya Pangeran  Jayawijaya dan seterusnya.

5. Serat Aji Darma – Aji Nirmala

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk fiksi, berupa kepercayaan dan ajaran agama, berisi tentang musyawarah para dewa di pertapaan mereka.

6. Serat Aji Pamasa

Serat Aji Pamasa ini masih berupa naskah tulisan tangan. Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi.

7. Serat Budayana

Serat Budayana ini masih berupa naskah tulisan tangan. Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa sejarah. Isinya menceritakan Pangeran Endrayana pindah ke Widarba.

8. Serat Cemporet

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi yang ditulis oleh orang lain. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya menceritakan Raden Mas Jaka Pramana, seorang putra Pagelen, menikah dengan Rara Kumenyar, seorang anak angkat Ki Buyut Kumenyar.

9. Serat Darmasarana

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya cerita tentang Parikesit hingga mendapatkan ajaran ilmu kesempurnaan hidup.

10. Serat Jaka Lodhang

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi tembang macapat. Jenis termasuk fiksi, berupa jangka atau lambang,  isinya tentang ramalan jaman yang akan datang.

11. Serat Jayengbaya

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral. Isinya tentang hakikat seseorang yang mencari kesempurnaan  hidup.

12. Serat Kalatidha

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa pendidikan moral. Isinya  menggambarkan keadaan jaman edan.

13. Serat Natnyanaparta

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa cerita sejarah. Isinya  Prabu Angling Darma turun tahta dan digantikan oleh cucunya yang bernama Gandakusuma.

14. Serat Panji Jayengtilam

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk fiksi, berupa biografi. Isinya tentang Panji Jayengtilam dengan segala seluk-beluknya.

15. Serat Paramayoga

Buku ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi dan fiksi, berupa cerita sejarah dan biografi, isinya menceritakan tentang asal-usul Tanah Jawa beserta tahun  surya.

16. Serat Purwawasana

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa filsafat. Isinya tentang orang Yang mencari nilai-nilai luhur dilihat dari sudut  filsafat.

17. Serat Sari Wahana

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa cerita sejarah. Isinya cerita Pangeran Sari Wahana dinobatkan menjadi raja sampai akhir hayatnya.

18. Serat Wedharaga

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa pendidikan. Isinya uraian tentang nilai kependidikan dalam kehidupan sehari-hari.

19. Serat Wedhasatya

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita, dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa filsafat. Isinya uraian tentang rilsafat, khususnya mengenal fidsarat perjodohan.

20. Serat Wirid Supanalaya

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi. Isinya uraian tentang filsafat kehidupan sehari-hari

21. Serat Witaradya

Naskah ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa sejarah. Isinya riwayat Pangeran Aji Pamasa  yang pindah ke Pengging.

22. Serat Yudayana

Naskah ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa cerita sejarah. Isinya Pangeran Yudayana digantikan oleh Pangeran Hendrayana.

23. Kawi Javaansche Woordenboek

Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.  Isinya  Kamus Kawi-Jawa.

24. Serat Saloka Akalian Paribasan

Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi, berupa filsafat dan ilmu pengetahuan. Isinya kumpulan saloka berjumlah 436 buah yang disusun menurut abjad dan kumpulan paribasan sebanyak 144 buah, yang disusun sesuai dengan abjad.

25. Serat Saridin

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.

26. Serat Sidin

Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Jenis termasuk nonfiksi, berupa ilmu pengetahuan.

27. Pakem Pustaka Raja Purwa

Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan. Isinya tentang pakem pedalangan untuk Wayang Purwa.

28. Pakem Pustaka Raja Madya

Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan, isinya tentang pakem pedalangan untuk Wayang Madya.

29. Pakem Pustaka Raja Antara

Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis temasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan. Isinya tentang Pakem Pedhalangan untuk Wayang Gedhog.

30. Pakem Pustaka Raja Wasana

Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa seni dan ilmu pengetahuan.  Isinya  tentang pakem pedalangan untuk Wayang Klithik.

31. Serat Jaman Cacad

Buku ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi dan fiksi, di dalamnya terdapat pula pendidikan moral. Isinya tentang lukisan keadaan jaman yang tidak menentu.

32. Serat Paramayoga

Naskah ini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi, berupa sejarah dan biografi. Isinya menceritakan riwayat hidup Nabi Adam dan Hawa sampai anak-cucunya.

33. Serat Bratayuda

Buku ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral.  Isinya menceritakan peperangan antara keluarga Barata, yaitu   antara Pandawa dan Korawa.

34. Serat Jayabaya

Buku ini merupakan karya Yasadipura I dalam bentuk puisi yang disalin oleh R. Ng. Ranggawarsita.  Termasuk fiksi berupa jangka atau lambang.  Isinya uraian tentang ramalan jaman yang akan datang dengan segala sesuatunya yang akan terjadi.

35. Serat Kalatidha Piningit

Naskah ini merupakan karya orang lain yang diatas-namakan sebagai karya Ranggawarsita yang ditulis dalam bentuk puisi. Jenis temasuk fiksi, berupa jangka atau lambang. Isinya uraian tentang ramalan bahwa Gunung Merapi akan meletus.

C. Ramalan Sakti Pujangga Ranggawarsita

Ramalan Ranggawarsita disebut juga dengan Jangka Ranggawarsita. Adapun kegiatan seni budaya yang diselenggarakan oleh Paguyuban Putri Berkarya ini memiliki tujuan: Menggali ajaran luhur warisan pujangga Ranggawarsita. Menjadikan ajaran Ranggawarsita sebagai panduan untuk membaca tanda-tanda zaman, yang sesuai dengan kepribadian luhur bangsa. Mencari butir-butir pemikiran dari pujangga masa lalu untuk memahami situasi terakhir, yang bersumber dari seni budaya tradisional. Melestarikan pokok-pokok pikiran yang tersimpan dalam pustaka klasik, guna memperkaya kebudayaan nasional. Menyadarkan generasi muda untuk menghargai pemikiran masa silam, demi menyongsong masa depan yang lebih gemilang.


Sinom Serat Kalatidha


Mangkya darajating praja, 

kawuryan wus sunyaruri, 

rurah pangrehing ukara,

karana tanpa palupi, 

atilar silastuti, 

sujana sarjana kelu, 

kalulun kalatidha, 

tidhem tandhaning dumadi, 

ardayengrat dene karoban rubeda


Ratune ratu utama, 

Patihe patih linuwih, 

pra nayaka tyas raharja, 

panekare becik-becik, 

parandene tan dadi, 

paliyasing kala bendu, 

mandar mangkin andadra, 

rubeda angreribedi, 

beda-beda ardaning wong saknegara


Tafsir makna ajarannya:

Serat Kalatidha ini merupakan karya Ranggawarsita da-lam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi, berupa pendidikan moral. Isinya menggambarkan keadaan jaman edan. Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot, keadaan negara telah rusak, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi, sudah banyak yang meninggalkan aturan-aturan lama, orang cerdik cendekiawan terbawa arus kalatidha, suasananya mencekam, karena dunia penuh dengan kerepotan.

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik, Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik, tapi segalanya itu tidak menciptakan kebaikan, oleh karena daya jaman kala bendu, bahkan kerepotan-kerepot-an makin menjadi-jadi, lain orang lain pikiran dan maksudnya.


Gambuh Serat Jaka Lodhang Lancaran


Jaka Lodhang gumandhul, 

Praptaning pang  ngethengkrang sru muwus, 

eling-eling pasthi karsaning Hyang Widi, 

gunung mendhak jurang mbrenjul, 

ingusir praja prang kasor


Nanging awya kliru, 

sumurupa kandha kang tinamtu, 

nadyan mendhak mendaking gunung wis pasthi, 

maksih katon tabetipun, 

beda lawan jurang gesong


Tafsir makna ajarannya: 

Serat Jaka Lodhang ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi tembang macapat. Jenis termasuk fiksi, berupa jangka atau lambang,  isinya tentang ramalan jaman yang akan datang. Jaka Lodhang berayunan, kemudian duduk merentang kaki dan berkata dengan keras, ingat-ingatlah sudah menjadi kehendak Tuhan, bahwa gunung-gunung yang tinggi itu akan merendah, sedangkan jurang yang curam akan tampil ke permukaan, karena kalah perang maka diusir dari negerinya. Tapi jangan salah terima menguraikan kata-kata ini, sebab bagaimanapun juga meskipun merendah kalau gunung, akan tetap masih terlihat bekasnya. Lain sekali dengan jurang yang curam.


Gambuh Serat Sabda Tama


Rasaning tyas kayungyun, 

angayomi lukitaning kalbu, 

gambir wana kalawan enenging  ati, 

katenta kudu pitutur, 

sumingkir ing reh tyas mirong


Den samya amituhu, 

ing sajroning jaman kala bendu,

yogya samya nyenyuda hardaning ati, 

kang anuntun mring pakewuh, 

uwohing panggawe awon


Tafsir makna ajarannya:

Serat Sabda Tama merupakan karya Ranggawarsita yang berisi tentang keutamaan hidup, nilai kebenaran dan keadilan diulas dalam bentuk tembang gambuh yang bernuansa riang gembira. Pujangga Ranggawarsita memberi nasehat selalu disesuaikan dengan kondisi dan situasi. 

Timbul suatu keinginan, melahirkan perasaan dengan hati yang jernih, disebabkan ingin memberikan petuah-petuah, agar dapat menyingkirkan hal-hal yang salah. Diharap semuanya maklum, bahwa di jaman kalabendu sebaiknya mengurangi nafsu pribadi, yang akan membenturkan kepada kerepotan, karena hasilnya hanyalah perbuatan yang buruk.


Megatruh Serat Sabda Jati


Aja pegat ngudiya ronging budyayu, 

margane suka basuki, 

dimen luwar kang kinayun, 

kalising panggawe sisip, 

ingkang taberi prihatos


Ulatna kang nganti bisane kepangguh, 

galedhehan kang sayekti, 

talitinen awya kleru, 

larasen sajroning ati, 

tumanggap dimen tumanggon 


Tafsir makna ajarannya:

Serat sabda jati ini merupakan karya pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita yang berisi tentang pendidikan budi pe-kerti luhur. Di dalamnya meliputi ajaran mental moral spiritual yang dipadukan dengan keyakinan orang Jawa. Sebagian masyarakat membacanya sebagai karya yang bernuansa magis, karena terdapat ungkapan yang bisa digunakan untuk membaca tanda-tanda jaman.

Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan, agar mendapat kegembiraan, serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin. Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama, intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan di dalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu.


Dhandhanggula Pamoring Kawula Gusti


Yen wruh pamoring Kawula Gusti, 

sarta Suksma kang sinedya ana, 

de warna neng sira nggone, 

lir wayang sarireku, 

saking dhalang solahing ringgit, 

mangka panggung kang jagad, 

lire badan iku, 

asolah lamun pinolah, 

sasolahe kumedhep myarsa ningali, 

tumindak lan pangucap.


Kawisesa amisesa sami, 

datan antara pamoring karsa, 

jer tanpa rupa rupane, 

wus aneng ing sireku, 

upamane paesan jati, 

ingkang ngilo Hyang Suksma, 

wayangan puniku, 

kang ana sajroning kaca, 

iya sira jenening manusa iki, 

rupa sajroning kaca.


Tafsir makna ajarannya:

Serat Pamoring Kawula Gusti merupakan karya Rangga-warsita yang bernuansa mistis, yakni jalan untuk memperoleh kesempurnaan. Kalau tahu Pamoring Kawula Gusti, serta Suksma yang dituju ada, oleh warna pada kamu tempatnya, seperti wayang kamu itu, dari dalang gerak wayang, padahal panggung itu jagat, seperti badan itu, bergerak jika digerakkan, pergerakannya tertatap mendengar melihat, bertindak dan berkata. Sama menguasai dikuasai, tak antara pamoring karsa, memang tanpa rupa, sudah ada pada dirimu, umpama paesan jati, yang berkaca Hyang Suksma, wayangan adalah, yang ada dalam kaca, yaitu kamu nama manusia, rupa dalam kaca.


Mijil Serat Candrarini


Rekma memak ngendrawila wilis

rerompyoh kang sinom

jangga lumung welar kang prajane

maya maya lir cengkir piningit

anggendhewa gadhing

wijang baunipun


Tafsir makna ajarannya:

Serat Candrarini merupakan karya pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita yang memuat ajaran kewanitaan. Piwulang luhur tentang etika kewanitaan diperlukan agar masyarakat aman sejahtera dan damai. Pendidikan generasi muda tergan-tung pada kemampuan wanita dalam mengarahkan anak-anaknya. 

Tembang di atas memberi ajaran tentang etika kewanitaan. Digambarkan seorang putri yang pintar berdandan agar tampak cantik jelita. Wanita mesti pintar merawat kecantikan. Keselarasan jagad raya ini banyak dipengaruhi oleh kemampuan wanita dalam mengelola keluarga.


Gambuh Serat Wedharaga Waosan


Ki Gambuh karya pemut, 

limuting tyas rare kang kalimput, 

lacut maring reh sumirang murang niti, 

datan tuman amamatuh, 

temah lumaku ginuron.


Terkadhang amardhukun, 

dhokohan tyas asring ngumbar sanggup, 

iku aja kongsi mangkono yen keni, 

kinira-kira kang patut, 

apa kalumrahaning wong.


Tafsir makna ajarannya:

Serat Wedharaga ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Termasuk nonfiksi berupa pendidikan. Isinya uraian tentang nilai kependidikan dalam kehidupan sehari-hari. Ki Pujangga memberi peringatan, tentang anak muda yang kegelapan hatinya karena tertutup, terlanjur menempuh dan melanggar kesopanan, tetap demikian karena terbiasa, akhirnya bahkan bertindak menjadi guru.

Kadang-kadang berdukun, hatinya bernafsu sering menyatakan serba sanggup, janganlah demikian kalau boleh dinasehati, berbuatlah yang kira-kira patut, seperti apa yang biasanya dilakukan orang.


Dhandhanggula Serat Cemporet


Songsong gora candraning hartati, 

lwir winidyan saro¬seng parasdya, 

ringa-ringa pangriptane, 

tan darbe labdeng kawruh, 

angruruhi wenganing budi, 

kang mirong ruhareng tyas, 

jaga angkara nung, 

minta luwaring dhuhkita, 

aywa kongsi kewran lukiteng kinteki, 

kang kata ginupita.

    

Pangapusing pustaka sayekti, 

saking karsa Dalem Sri Narendra, 

kang kaping sanga mandhireng, 

Surakarta praja gung, 

sumbageng rat dibyadi murti, 

martotama susanta, 

santosa mbek sadu, 

sadargeng galih legawa, 

sih ing wadya gung alit samya memuji, 

raharjeng praja nata.


Tafsir makna ajarannya:

Serat Cemporet ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk fiksi, berupa pendidikan moral, isinya menceritakan Raden Mas Jaka Pramana, seorang putra Pagelen, menikah dengan Rara Kumenyar, seorang anak angkat Ki Buyut Kumenyar. Songsonggora sebagai lambang keselamatan, bagaikan winidyan  yang sesuai benar dengan apa yang diidam-idamkan, namun tetap ringa-ringa sewaktu menggubah, karena tidak memiliki kemampuan yang tinggi, sehingga terlebih dahulu harus mencari kerisauan batin, dan menjaga angkara murka, semoga terbebas dari kesedihan, agar jangan bingung dalam menyusun jalannya cerita ini, dan demikianlah cerita ini ginupita.

Sesungguhnya buku cerita ini disusun atas kehendak Sri Baginda IX, yang bertahta di kerajaan besar Surakarta. Sri Baginda termasyhur di dunia karena kesaktiannya dan sebagai perujudan utama akan sifat-sifat utama, suci, berhati sabar, sentosa, pemurah serta tulus cintanya kepada rakyat, sehingga besar maupun kecil mereka semua mendoakan kesejahteraan kerajaan Sri Baginda.


Dhandhanggula Serat Supanalaya


Rarasing tyas sinawung artati

denira amedhar sarkara

ngayawara sapolahe

biwaraning madhangkung 

inukara ri Sukra-kasih 

Rong¬ puluh wulan Rajab 

gati kanenipun 

warsa Jimakir Sancaya 

si¬nengkalan nembah muluk ngesthi aji 

tata wedharing kata.


Tafsir makna ajarannya:

Serat Supanalaya ini merupakan karya R.Ng. Ranggawarsita dalam bentuk puisi. Jenis termasuk nonfiksi. Isinya uraian tentang filsafat kehidupan sehari-hari. Karya ini cocok digunakan untuk mencari nilai kebenaran dan keutamaan. Kitab ini sebenarnya adalah sama dengan risalah ketiga dari Suluk Supanalaya tersebut di atas. Hanya dalam penerbitan Wiryapanitra ini, setiap bait diberi uraian tentang maksud ajar¬annya. 


Pangkur Serat Sukma Lelana


Punapa yen wus hakekat

estu lajeng sarengatnya kawuri

yen saking pamanggih ulun

tan wonten kang tinilar

jer muktamar ing kadis ing karebut

kang tanpa sarengat batal

sarak tanpa hak tan dadi.


Paran Gusti kang kapisah

temah mangka kekalihira sisip

kang lempung taksih ing kawruh

sekawanira tunggal

ngelmune Hyang sarengat myang tarekate

hakikat miwah makripat

punika kamil apdoli.


Tafsir makna ajarannya:

Serat Sukma Lelana berarti pengembaraan jiwa untuk memperoleh kesempurnaan. Jalan kesempurnaan ini diperoleh dengan melakukan lara lapa tapa brata. Dengan disertai ilmu pengetahuan maka seseorang akan mencapai tingkatan rasa jati. 

Kutipan tembang pangkur dalam suluk Sukma Lelana di atas memberi ajaran tentang syariat tarekat hakikat makrifat. Keempat ajaran itu harus dipahami sebagai satu kesatuan. Tak boleh dipisah-pisahkan agar kehidupan menjadi sempurna.


Asmarandana Serat Jayengbaya pelog barang


Kidung kadresaning ati

yayah nglamong tanpa mangsa

hingan silarja jatine

satata samaptatinya

raket rakiting rahsa

tahan tumanening siku

karasuk sakeh kasrakat


Tafsir makna ajarannya:

Serat Jayengbaya merupakan karya Ranggawarsita yang terkait dengan ragam pekerjaan. Dalam memilih profesi hendaknya dilakukan dengan cara mantap dan sungguh-sungguh. Dijauhkan dari sifat bimbang dan ragu. Segala pekerjaan ada kurang dan  lebihnya.  Tembang dalam Serat Jayengbaya ini mengajarkan agar seseorang mau mantab saat bekerja. Tak usah silau dengan kerja pihak lain. Orang hidup itu sawang-sinawang. Lebih baik tekun dalam pekerjaan. Biar dapat hasil maksimal.

Kegiatan budaya di pelataran Joglo Makam Ranggawarsita dilaksanakan pada 22 Juli 2018. Berkenan hadir pengageng Sasana Karaton Surakarta Hadiningrat, GKR Dra Koes Mutiyah Wandansari, M.Pd. Hadir pula pengageng keputren GKR Galuh Kencono. Para sentana mengikuti acara ini demi menggali ajaran luhur. Adapun para abdi dalem memberi pasugatan seni yang diambil dari ajaran pujangga Ranggawarsita. Penyajiannya dalam bentuk tembang, tari dan wayang.

Oleh: Purwadi, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, Hp: 0878 6440 4347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar