Sabtu, 20 Maret 2021

SEJARAH SASTRA JAWA UGM

A. Berdirinya Jurusan Sastra Jawa.

Bibit kawit berdirinya jurusan Sastra Jawa UGM berhubungan dengan sejarah Paheman Radya Pustaka. Gedung Paheman Radya Pustaka lahir pada tanggal 28 Oktober 1890 di Kepatihan Karaton Surakarta Hadiningrat.

Pendiri Paheman Radya Pustaka adalah Kanjeng Raden Adipati Arya Sasradinigrat. Atas perintah Sinuwun Paku Buwana IX yang memerintah Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1861 - 1893. Raja Surakarta ini menyusun Serat Warni Warni dan Serat Kedokteran.

Pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X tanggal 1 Januari 1913 ada kemajuan pesat. Paheman Radya Pustaka menempati gedung baru yang terletak di kebon raja jalan Sri Wedari. Koleksi buku makin lengkap dengan fasilitas yang memadai.

Kajian Sastra Jawa meliputi penelitian, pengajaran, pelatihan, penyalinan dan penerjemahan. Alumni Paheman Radya Pustaka tersebar dalam beragam profesi. Seperti administratur, guru, pamong praja dan pengelola yayasan.

Untuk pegawai yang menguturi bidang keagamaan diberi tempat khusus. Patih Sasradinigrat IV mendirikan Perguruan Mambaul Ulum. Contoh alumni yakni  Kahar Muzakir tokoh pendidikan UII, Mukti Ali tokoh perbandingan agama, Munawir Zadzali tokoh Menteri Agama. Perguruan Mambaul Ulum ini cikal bakal lahirnya IAIN di Indonesia.

Pegawai Paheman Radya Pustaka yang ternama adalah Prof Dr Poebatjaraka. Lahir dengan nama kecil Lesya, pada tanggal 1 Januari 1884. Belajar di Rijtsuniversitet Leiden. Orang tuanya  pengageng Karaton Surakarta Hadiningrat, KRT Poerbadipura dan RAy Semu Prawirancana. Bakat dan bekal budaya sebagai sarana pengabdian. 

Kelancaran studi Sastra Jawa di Paheman Radya Pustaka atas dukungan Prof Dr Notonagoro SH. Menantu Sinuwun Paku Buwana X ini pengageng Bandha Lumaksa. Bertugas sebagai kepala keuangan negeri tahun 1932 - 1938. Menikah dengan GKR Koestimah Notonagoro. Sambil menata pamulangan, putri raja kerap ura ura. 

Lagu witing klapa.

Witing klapa jawata ing ngarcapada. Salugune wong wanita. Dhasar nyata kula sampun njajah praja. Ing Ngayogya Surakarta.

Nadyan akeh wong ayu dhasar priyayi. Nanging datan merak ati. Adhuh Gusti dak rewangi pati geni. Pitung dina pitung wengi.

GKR Koestimah Notonagoro mengatur jadwal pengajaran di Paheman Radya Pustaka. Sejarah, Sastra, gendhing, tari, karawitan, batik, dhahar nyamleng, busana, bale wiswa, bebrayan diajarkan pada siswa. Materi kurikulum disusun oleh tim kasusastran yang dipimpin oleh Ki Padmasusastra.

Umumnya pengajar Paheman Radya Pustaka diambil dari abdi dalem Mandra Budaya dan Purwa Kinanthi. Mereka pernah bertugas sebagai jurnalis Majalah Retna Dumilah yang dirintis oleh Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita sejak tahun 1843. Para dwija ini ahli sastra bahasa seni budaya Jawa yang mumpuni.

Notonagoro mendapat gelar Mister de Rechten dan Rechthugeschool dari Universitet Leiden Netherland. Antara tahun 1933 - 1929 mengajar di Particuliaere Algeme Middebare. Bersama dengan garwa kinasih, beliau mengembangkan seni edi peni, budaya adi luhung. Sesuai dengan prasapa Sinuwun Paku Buwana X dalam Serat Panitibaya.

Rum kuncaraning bangsa, dumunung ing luhuring budaya.

B. Peresmian Jurusan Sastra Jawa.

Tanggal 1 September 1949 bertemu tokoh tokoh pendidikan. Pimpinan dari berbagai lembaga merancang berdirinya perguruan tinggi.

Ada lima lembaga pendidikan yang hendak bergabung.
1. Paheman Radya Laksana.

2. Perguruan Tinggi Kedokteran Kadipala Surakarta.

3. Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan Surakarta.

4. Sekolah Tinggi Farmasi Surakarta.

5. Sekolah Tinggi Pertanian Surakarta.

Bersamaan itu pula ada usulan dari Institut Pasteur Bandung. Dipimpin oleh Prof Dr M Sardjito. Beliau tokoh intelektual dari Kabupaten Magetan Jawa Timur. Masih berhubungan kerabat dekat dengan Gubernur Suryo.

Pertemuan ilmiah ini mendapat dukungan penuh Drs Moh Hatta, Wakil Presiden RI. Koordinator acara dilakukan oleh Prof Ir Rooseno, mewakili Sekolah Tinggi Teknik Bandung. Sedangkan ilmu humaniora diwakili oleh Prof Dr Priyono. Ilmu iku kelakone kanthi laku. 

Tanggal 3 Maret 1949 Prof Dr Priyono berjasa meletakkan dasar dasar pengajaran sastra Jawa UGM. Disertasi Prof Dr Priyono membahas tentang cerita Sri Tanjung. Pria kelahiran 20 Juli 1905 ini punya pemikiran cemerlang. Pernah mendapat penghargaan Perdamaian Stalin Rusia. Presiden Soekarno mengangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 1957 - 1966.

Dies Natalis Fakultet Sastra Pedagogik Filsafat dan Kebudayaan diperingati tiap tanggal 3 Maret. Peringatan hari kelahiran fakultas sastra budaya ini diselenggarakan dengan acara temu ilmiah. Para alumni dengan bangga ikut serta. 

Jurusan sastra Jawa untuk pertama kali dipegang oleh Prof Dr Poebatjaraka. Sekretaris jurusan dipegang oleh Prof Dr PJ Zoetmulder. Nama begawan sastra Jawa ini boleh dibilang mendunia, arum kuncara ngejayeng jagad raya. 

Adapun Prof Dr Abdullah Sigit selaku Dekan Fakultet Sastra Pedagogik Filsafat dan Kebudayaan. Jurusan Sastra Jawa UGM berkembang pesat. Boleh disebut alumni handalan yaitu Darusuprapta, Harjana Hardjawijana, RS Subalinata, Sumarti Suprajitna. Dwija agung ini kelak melanjutkan perjuangan luhur. 

Nama Fakultas yang menaungi jurusan sastra Jawa pada tanggal 15 September 1955 mengalami perubahan. Jadilah Fakultas Sastra dan Kebudayaan, disingkat SK. Tahun 1982 cuma disebut Fakultas Sastra. Tahun 1999 diubah menjadi Fakultas Ilmu Budaya. 

Tempat kuliah jurusan sastra Jawa pernah berada di Jl Yudonegaran no 37 Yogyakarta. Dari Paheman Radya Pustaka, Pendhapa Tejakusuma, Gedung Ngabehan.  Akhirnya kuliah sastra Jawa menetap di kampus Bulaksumur sejak tahun 1971.

Prof Dr Poebatjaraka mendapat sebutan Empu Jawa Kuna. Atas jasanya beliau diberi penghargaan Koninklijk Institut voor Taal, Land en. Prestasi bergengsi dan prestisius. 

Dalam lapangan kebegaraan dan pemerintahan jasa Prof Dr Poebatjaraka amat besar. Di bawah kepemimpinan Sultan Hamid II bertugas sebagai Panitia Lambang Negara. Selaku anggota yaitu Prof Dr Poebatjaraka, Ki Hajar Dewantara, Prof Dr Muhammad Yamin SH, Muhammad Natsir. 

Keluarga Prof Dr PoePoebatjaraka cinta seni budaya. Istrinya bernama BRay Roosinah Poeger. Anak yang meneruskan perjuangan yaitu Prof Dr Purnadi Poebatjaraka. Beliau guru besar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang. Pendekatan studi hukum dianjurkan untuk berdasarkan aspek nilai budaya lokal. 

Dukungan dari Prof Dr Notonagoro untuk pengembangan sastra Jawa begitu tinggi. Pada tahun 1952 Notonagoro menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum UGM. Pada kesempatan ini Prof Dr Notonagoro bertindak sebagai promotor bagi Presiden Soekarno dan Ki Hajar Dewantara. Pejuang hebat inu mendapat gelar Doktor Honiris Causa. 

Masa pemerintahan Presiden Soeharto, guru besar UGM ini mendapat tugas menyusun program pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila. Populer disebut P4. Dalam kacamata budaya disebut dengan Eka Prasetya Panca Karsa. 

Anjuran Prof Dr Notonagoro agar sastra Jawa berkembang terus. Maka dilakukan usaha penerjemahan Serat Wulangreh, Centhini, Wedhatama, Pustaka Raja Purwa. Nilai filsafat dengan studi sastra Jawa memang berhubungan erat. Ibarat suruh, lumah lan kurepe. Yen disawang seje rupane. Yen digigit tunggal rasane. 

C. Para Dwija Sastra Jawa. 

Ibu Dra Sumarti Suprajitna sungguh berjiwa luhur, anteng jatmika ing budi. Memberi wejangan ngelmu Kejawen sebagai dwija mursid. Kerap ngudal piwulang pada Paguyuban Ngesti Tunggal. Mahasiswa senang berkonsultasi untuk ngudhari ruwet rentenging urip. 

Bapak Prof Dr Darusuprapta menulis disertasi Babad Blambangan. Sejarah kadipaten Bang Wetan diulas jelas tegas tuntas. Berguna bagi masyarakat Banyuwangi. 

Serat Wulangreh dibahas oleh Pak Darusuprapta pada tahun 1982. Buku ini murih padhanging sasmita. Karya Sinuwun Paku Buwana IV berisi tentang wulangan wejangan wedharan. Agar manusia menjauhi sikap adigang adigung adiguna. 

Sekar gambuh. 

Tutur bener puniku, sayektine apantes tiniru,
 nadyan metu saking wong sudra papeki, lamun becik nggonne muruk,
iku pantes sira anggo. 

Dwija minulya asma Bapak Drs Harjana Hardjawijana SU. Beliau asal Dungus Gumarang Madiun. Menulis tesis yang membahas kitab Cemporet. Karya Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita ini berisi tentang kisah historis. 

Dhandhanggula 

Kuneng lingnya Rama Dayapati, angandika Sri Rama Wijaya, 
he bebakal sira kiye, gampang kalawan ewuh,
 sayekti wus ana kang kardi, 
yen wania ing gampang,
 wania ing ewuh, sabarang nora tumeka,
 gampang lawan ewuh yen abtepen dadi siji, 
ing purwa nora ana. 

Wejangan ini dilanjutkan oleh Bapak Drs RS Subalinata. Beliau ahli menulis kolom di media massa. Misalnya di Djaka Lodhang, Penyebar Semangat, Jayabaya, Berita Nasional dan Kedaulatan Rakyat. Pada tahun 1966 Pak Subali menyusun skripsi dengan judul Serat Wiwaha Jarwa yasan Sinuwun Paku Buwana III. Tesis ini menjelaskan pemikiran Begawan Ciptawening. 

Dosen Penyebar bernama Drs Ahmad Nugraha SU. Menulis tesis dengan judul Kresna Duta karya Pujangga Kyai Yasadipura. Bapak Drs Anung Tejo Wirawan MA mengulas karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. 

Agak mengesankan yaitu materi kuliah Rama Dr I Kunthara Wiryamartana. Beliau asal Klaten yang menulis Kakawin Arjuna Wiwaha pada tahun 1987. Disertasi yang membahas karya Empu Kanwa, jaman Prabu Airlangga raja Kahuripan. 

Pada tahun 1990 Kitab Kakawin Arjuna Wiwaha diterbitkan oleh Duta Wacana Press. Ketika mengajar sastra Jawa Kuna, Rama Kunthara penuh dengan penghayatan. 

Pucung. 

Ilmu iku kelakone kanthi laku, 
Lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, Setya budya pangekesing dur angkara. 

Basa ngelmu mupakate lan panemu,
pasahe lan tapa,
yen satriya tanah Jawi, 
kuna kuna kang ginelung tri prakara. 

Ulasan sejarah Sastra Jawa UGM bercabang beranting. Ing pangajab sami pana pranaweng kapti. Tahu hakikat sangkan paraning dumadi.

Oleh Purwadi, Wastra Gama, Warga Alumni Sastra Jawa Gajah Mada 1990. 
hp 087864404347.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar