Kamis, 07 Januari 2021

SEJARAH PESANGGRAHAN PRACIMOHARJO DI LERENG GUNUNG MERAPI

A. Pesanggrahan Pracimoharjo Memancarkan Wibawa Budaya. 

Karaton Surakarta Hadiningrat punya Pesanggrahan Parangjoro, Langenharjo, Deles, Madusito, Ngeksipurno, Manisrenggo, Delanggu dan Pracimoharjo. Dibangun sebagai sarana komunikasi rakyat dan raja. Cermin manunggaling Kawula gusti. 

Pesanggrahan Pracimoharjo dibangun oleh Sinuwun Paku Buwana VI tahun 1825. Raja Surakarta Hadiningrat memerintah tahun 1823-1830. Wafat di kota Ambon Maluku tahun 1849.

Letak Pesanggrahan Pracimoharjo di sebelah timur Gunung Merapi. Di antaranya terdapat Gunung Bibi yang lebih sakti, lebih sepuh, lebih wibawa. Erupsi Merapi tak berani menyentuh kanan kiri Gunung Bibi. Pesanggrahan Pracimoharjo pun selalu terlindungi sepanjang waktu. 

Perjalanan menuju Pesanggrahan Pracimoharjo sekitar 30 menit dari kota Surakarta. Lewat jalan tol yang lancar. Dari kota Boyolali berjarak kira kira 5 Km. Masuk desa Paras Kecamatan Cepogo Boyolali. 

Pintu gerbang bertuliskan Pesanggrahan Pracimoharjo. Ada alun Alun, kolam, tugu, villa, tanaman, pepohonan, joglo, sanggar pamelengan panepen. Tiap minggu digunakan untuk latihan seni. 

Seperangkat gamelan Laras pelog dan slendro tersedia lengkap. Pentas wayang purwa tiap malam minggu wage. Pakeliran urut pakem memberi suasana damai. Sesepuh pendhemen budaya merasa terhibur. 

Ada patung Sinuwun Paku Buwana X. Dibangun megah mewah. Lambang kejayaan Karaton Surakarta Hadiningrat yang harus berlangsung terus. Karena dianggap sebagai kiblat bagi masyarakat Jawa. 

Benda pusaka hendaknya dipelihara. Pusaka Karaton Surakarta Hadiningrat beragam wujudnya. Tari Bedhaya Ketawang sangat sakral. Bersamaan dengan tingalan jumenengan raja. Pusaka lain yang penting adalah Maesa keturunan Kyai Slamet. Bahagia sekali adanya pusaka yang beraura magis mistis. 

Pusaka spiritual itu tetap terpelihara. Kerbau bule keturunan Kyai Slamet bertempat di Pengging Banyudono Boyolali. Sebagai pamong ditugaskan KRA Ahmadi Hadinagoro anggota Paguyuban Kawula Karaton Surakarta Hadiningrat atau PAKASA Cabang Boyolali. Tanggal 20 Desember 2020 tim Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA datang di Pengging. Sekedar turut berpartisipasi untuk ngalap berkah kagungan dalem Karaton Surakarta Hadiningrat. Segenap abdi dalem sama cancut tali wanda, udhu bahu suku panemu. 

Kegiatan kultural berjalan lewat Paguyuban. Tim LOKANTARA didampingi oleh Tim PAKASA Nganjuk. Ketua Pakasa Nganjuk, KRT Sukoco Madunagoro berkenan memimpin rombongan. Ketua cabang LOKANTARA Nganjuk, Ida Sri Murtini juga hadir. Kehadirannya dalam rangka menjaga tradisi Jawa yang adi luhung. Generasi muda perlu melestarikan. 

Rum kuncaraning Bangsa, dumunung ing luhuring budaya. Gagasan pelestarian budaya ini didukung penuh oleh ketua Pakasa Jepara, KRT Bambang Hadipuro. Demi budaya Kraton Surakarta, warga Pakasa Jepara dan Banjarnegara kerap berkegiatan seni. Juga ritual di Parangkusumo dan Pajimatan Imogiri. Ilmu iku kelakone kanthi laku. 

Ritual Karaton sedap ditonton. Keberadaan Kyai Maesa berhubungan dengan ritual sosio historis. Perlu kiranya diberi uraian tentang makna maesa atau kebo. Dikaitkan dengan seluk beluk tokoh historis, supaya terdapat pemahaman yang utuh sepuh. Unsur kebudayaan ini sudah lama berjalan. Tentu memiliki akar yang sangat kuat. Memori masa silam yang kokoh. 

Dalam perspektif semantis, kata maesa berarti kerbau. Bahasa Jawa ngoko menyebut dengan istilah kebo. Peradaban Jawa mengenal maesa atau kebo yang digunakan untuk nama tokoh sejarah. Pertanda kesadaran ekologis bersifat historis yang membanggakan. 

Kejayaan membawa semangat juang. Pada tahun 1222 Kerajaan Singosari berdiri. Tokoh terkenal yang tampil yakni Kebo Ijo. Dari Tumapel ke Singosari telah mewarnai sejarah gemilang. Pada masa pemerintahan Kertanegara Kerajaan Singosari menjadi negeri besar makmur berwibawa, menyinari bumi pertiwi. 

Nama kinarya japa bertuah. Penggunaan Kebo pada jaman Majapahit terjadi tahun 1423. Namanya Kebo Marcuwet, seorang bangsawan Klungkung Bali yang memimpin Kadipaten Blambangan. Kebo Marcuwet memiliki pusaka tanduk kerbau. Sebagai oposisi kerajaan Majapahit, Kebo Marcuwet ditaklukkan oleh Joko Umbaran yang punya aji gada wesi kuning. Waktu itu Kerajaan Majapahit diperintah oleh raja putri Ratu Kencono Wungu. Raja wanita yang berlaku bijak bestari. 

Satria utama rembesing madu. Panglima Kasultanan Demak Bintara bernama Ronggo Tohjoyo atau Maesa Jenar. Setelah pensiun dini dari dinas militer tahun 1507, Maesa Jenar melakukan tapa ngrame. Di mana saja Maesa Jenar siap sedia memberi pertolongan. Barisan ilmu hitam yang mengganggu keamanan negara berhasil dilumpuhkan. Penjahat yang memeras masyarakat diberantas oleh Maesa Jenar. Dia selalu muncul sebagai pahlawan besar. Maesa Jenar memang sakti mandraguna. Tapi tetap andhap asor rendah hati. 

Pengajaran ilmu kasampurnan berlangsung sempurna. Ilmu kanuragan jaya kawijayan diperoleh dari Kebo Kanigoro, Kebo Kenongo dan Lembu Amiluhur. Ketiganya adalah putra Adipati Sri Makurung Handayaningrat, Bupati Pengging. Adipati Handayaningrat menikah dengan Ratu Pembayun, putri Sinuwun Prabu Brawijaya V raja Majapahit. Bangsawan Pengging ini menurunkan Joko Tingkir atau Mas Karebet. Kelak Joko Tingkir tahun 1546 menjadi raja Pajang. Bergelar Sultan Hadiwijaya Kamidil Syah Alam Akbar Panetep Panatagama. Raja yang tersohor sepanjang masa. 

Sangkan paran ing dumadi dihayati. Kebo Kanigoro tokoh guru Kejawen yang waskitha ngerti sakdurunge winarah. Guru kebatinan ini menyebarkan ilmu sejati di lereng Gunung Merbabu. Pengajaran ngelmu kasampurnan dengan tata cara gagrag Pengging. Ilmunya meliputi kawruh satataning panembah. Inilah babaran ngelmu tuwa. 

Pesanggrahan Pengging untuk mbabar kawruh. Sedangkan Kebo Kenongo dipandang sebagai tokoh politik kerakyatan. Ayah Joko Tingkir ini terbiasa hidup mandiri. Bertani di sawah, beternak dan berkebun diusahakan dengan sungguh sungguh, agar tidak bergantung pada kekuasaan. Pengikut Kebo Kenongo lintas batas. Terdiri dari para guru spiritual, penghayat Kejawen dan penggerak sosial. Bergerak atas dasar tradisi leluhur. 

Lereng Merapi Merbabu tempat penggemblengan. Para murid Syekh Siti Jenar ini begitu solid membangun jaringan sosial. Tampil Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Selo Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng, Pring Apus, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Sobo, Ki Ageng Karanglo. Kiprah mereka menjadi embrio tumbuhnya aliran kejawen. Lereng gunung Merapi sebelah timur cocok untuk berefleksi. 

B. Pesanggrahan Pracimoharjo di Lereng Gunung Merapi. 

Warisan budaya Karaton yang berupa Pesanggrahan Pracimoharjo begitu agung dan anggun. Atas lilah ketua Lembaga Dewan Adat Karaton Surakarta, GKR Dra Wandansari Koes Moertiyah M.Pd, kunjungan budaya terselenggara. KRT Sukoco Madunagoro dan KMT Ida Madusari beserta rombongan Pakasa Nganjuk diterima dengan hangat oleh pengurus Pakasa Kabupaten Boyolali. Keramahan sesama pelaku peradaban. 

Kerja organisasi selalu rapi. Pamong Pakasa Boyolali bernama Kanjeng Teguh Hadinagoro hendak berdialog di Pesanggrahan Pracimoharjo. Letaknya di desa Paras Cepogo Boyolali. Program antar Pakasa terjalin. Pakasa Nganjuk dan Boyolali merintis kegiatan bersama. Kerja sama yang saling menguntungkan. 

Historio filosofis sumber kearifan lokal. Minggu 20 Desember 2020 ini hari bersejarah. Adapun pembahasan mengenai Kyai Slamet merupakan program khas Pakasa Boyolali. Kepercayaan Kraton pada pengurus Pakasa Boyolali merupakan kemuliaan. Berkah yang menjadi anugerah. Kekayaan kultural sekaligus spiritual. 

Dari Pesanggrahan Pracimoharjo mendapat inspirasi. Pemeliharaan Maesa keturunan Kyai Slamet memiliki arti filosofis yang dalam. Arti kata slamet berarti selamat. Istilah lain slamet yakni wilujeng, rahayu, widada, basuki, sugeng. Kebo Kyai Slamet mengacu pada tujuan keselamatan lahir batin. Hidup ayem tentrem. 

Kejawen jiwa kang walaka. Masyarakat percaya bahwa dengan menghormati Kyai Slamet hidupnya selalu ayem tentrem sejahtera. Keluarga lancar rejeki. Warga sehat kuat. Penghormatan kepada Maesa keturunan Kyai Slamet menjadi tradisi yang turun tumurun berkelanjutan. 

Kepedulian sejarah Pesanggrahan Pracimoharjo tinggi. Peranan pelopor Pakasa terasa betul. Misalnya Kanjeng Surojo, pamong Pakasa yang bersemangat. Dari alur keluarga masih keturunan Trah Kepatihan. Aktif dalam Forum Budaya Mataram, Musium dan benda purbakala. Dinamika budaya Boyolali disertai dengan pengkajian, penelitian dan penghayatan. Di tangannya bentuk tradisi dan modernisasi berjalan serasi. Berjalan amat mengagumkan. 

Angon angen lumantar angin. Lapangan puluhan Pengging tempat menggembala Kebo Bule. Kanjeng Ahmadi bekerja tiap hari. Berdarma bakti pada Karaton Surakarta Hadiningrat. Dengan keyakinan mendapatkan berkah. Sebuah keyakinan yang sudah terbukti kebenaran. Pesanggrahan Pracimoharjo dijadikan markas kesaksian 

Warisan penuh berkah. Maesa Kyai Slamet selalu mendapat penghormatan dari para raja. Empu Supo jaman Karaton Pengging diperintah oleh Prabu Kusumo Wicitro tahun 423. Empu Supo turut serta mengasuh Kyai Maesa Slamet. Atas dhawuh raja Pengging dari waktu ke waktu. 

Turun tumurun jadi kewajiban. Pujangga Kyai Yasadipura diberi wasiat oleh ayahanda Bupati Padmonagoro. Pusaka Kyai Slamet memberi berkah pada Kawula dalem karaton Surakarta Hadiningrat. Juga pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita selalu memberi penghormatan yang tinggi pada pusaka Kerajaan yang bertuah. 

Gawa gawe Karaton Surakarta dilakukan. Jumlah Kyai maesa yang diasuh KRA Ahmadi Hadinagoro sejumlah 11 ekor. Terdiri dari jsntan dan betuna. Kategori jantan yaitu Kyai Pahang, Kyai raji, Kyai jalu, Kyai jlitheng. Kategori betina yakni Nyai Pon Sepuh, nyai inem, nyai nora, nyai iyeng, nyai melati cemeng, nyai pon muda, nyai wanti. Tanah Pengging berwibawa. 

Tanggung jawab dipikul sebenarnya. Jabatan KRA Ahmadi Hadinagoro di  karaton Surakarta Hadiningrat yaitu Abdi Dalem Srati maesa ing Pengging. Ada lagi yang bertugas di Cepogo lereng Gunung Merapi dan gunung Merbabu yang asri. 

Pesanggrahan Ngeksipurno meriah. Tiap malam Jumat Pahing pusaka  Maesa keturunan Kyai Slamet dikirap. Rute kitab dari kandang menuju alun Alun Pengging. Berakhir di Masjid Cipto Mulyo. Pamong berpakaian Srati. Peserta dari berbagai kawasan daerah. 

Abdi dalem menghayati keyakinan spiritual. Menurut KRA Ahmadi Hadinagoro Kyai Maesa keturunan Kyai Slamet mendapat sesaji dan wilujengan. Malam Jumat Pahing berdoa bersama dipimpin abdi dalem ulama. Doa tertuju bagi segenap alam. 

Dunia Kraton mengandung unsur mistik. Keterangan abdi dalem Srati dilanjutkan di Pesanggrahan Pracimoharjo Paras Boyolali. Sekaligus memantau perkembangan gunung Merapi dan Gunung Bibi. Lahar dan lava gunung Merapi terlindungi oleh Wibawa gunung Bibi. Gunung Bibi dianggap lebih sepuh wutuh tangguh dan berpengaruh. Abdi dalem meyakini tanda tanda alam. 

Timur gunung Merapi tampak magis asri. Pusaka maesa keturunan Kyai Slamet memberi berkah pada masyarakat. Karaton Surakarta Hadiningrat menjadi penjaga keselarasan jagad gumelar dan jagad gumulung. Bermarkas di kagungan dalem Pesanggrahan Pracimoharjo.

Oleh Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp 087864404347.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar