Selasa, 13 Juli 2021

Sejarah Sistem Kelola Istana Negara dari masa ke Masa

A. Berdirinya Gedung Sasana Cakrawati. 

Sejarah pembangunan Istana Negara perlu ditelusuri. Sebagai sarana pendidikan karakter di kalangan generasi muda. 

Istana Negara yang bernama gedung Sasana Cakrawati itu sebelum tahun 1945 dikelola oleh Karaton Surakarta Hadiningrat. Dalam sejarahnya Karaton Surakarta mengelola sejak tahun 1745 - 1945. Kini gedung itu menjadi pusat pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Istana Negara tempat kantor Presiden Indonesia ini dibangun oleh Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Dulu bernama gedung Sasana Cakrawati. Dibangun pada tanggal 25 Mei 1607. Kerajaan Mataram masih beribukota di Kota Gedhe. Lantas pindah ke Kerta, Plered, Kartasura dan Surakarta 

Kerajaan Mataram didirikan oleh Panembahan Senapati tahun 1582. Permaisuri pertama dari Pati, Kanjeng Ratu Waskitha Jawi. Permaisuri kedua dari Madiun, Kanjeng Ratu Retno Dumilah. 

Raja Mataram kedua bernama Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Memerintah tahun 1601-1613. Nama kecilnya Gusti Raden Mas Jolang. Juga mendapat julukan Sekar Seda Krapyak. Leluhur Karaton Surakarta Hadiningrat ini berjasa besar bagi peradaban. 

Putra Panembahan Senapati ini terkenal sebagai ahli wisata budaya. Bersama dengan garwa prameswari, Kanjeng Ratu Banuwati Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan. Rakyat hidup makmur sejahtera bahagia aman damai. Murah sandang pangan papan. 

Wisata budaya berkembang maju. Bahkan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati memiliki kantor wisata di Surabaya, Lamongan, Tuban, Rembang,  Semarang, Tegal, Batavia dan Banten.

Investor asing menanamkan modal di bumi nusantara. Peluang ini ditangkap dengan cekatan oleh raja Mataram. Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati membangun gedung di Batavia. Digunakan untuk persewaan bisnis. 

Pada tanggal 25 Mei 1603 Kanjeng Ratu Banuwati mengusulkan pembangunan gedung Sasana Cakrawati. Gagasan cemerlang ini berhasil dengan gemilang. Gedung Sasana Cakrawati laris manis sebagai lahan bisnis. Investor mancanegara banyak yang tertarik untuk menyewa. 

Hasil sewa gedung digunakan untuk mengembangkan wisata budaya. Dibantu pula oleh Sultan Abdul Karim dari Kerajaan Cirebon. Hubungan akrab ini malah berlanjut pada hubungan keluarga. 

Putra Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati yang bernama Sultan Agung menikah dengan putri Sultan Abdul Karim Cirebon. Kerajaan Mataram dan Cirebon begitu akrab dekat. 

Gedung Sasana Cakrawati ini boleh dikatakan sebagai cabang bisnis istana negara dibangun lagi pada tanggal 16 Juli 1607. Hasil sewa digunakan terus untuk investasi dalam bidang wisata budaya. Pariwisata maju pesat. 

Dulunya bernama  gedung Cakrawati. Demi citra wisata lantas diberi nana gedung Rijswijk. Gedung Rijswijk merupakan gedung pusat kegiatan investor dunia. Umumnya investor yang berasal dari benua Eropa. Status investor dunia adalah selaku penyewa tanah pada Kerajaan Mataram.

Hak pengelolaan gedung Rijswijk ditangani oleh seorang Rijsbestuurders yang berkantor di kota Jayakarta. Publik lebih suka menyebut kota Batavia. 

Patih Mandaraka selaku eksekutif Mataram ditugaskan bertindak sebagai koordinator. Banyak dibantu tenaga dari Trojayan Paremono Mungkid Magelang. Pegawai administrasi sudah menjalankan masa pendidikan. 

Kepala gedung Rijswijk diangkat oleh pemegang saham perusahaan. Anggota komisaris gedung terdiri dari pejabat Kasultanan Banten, Kasultanan Cirebon, Kadipaten Bandung, kadipaten Ciamis.

Peresmian gedung Rijswijk dilakukan oleh Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Raja Mataram yang memerintah tahun 1601-1613. Pada masa ini investor dunia berdatangan. Iklim investasi memang kondusif. Keamanan terjaga, tenaga kerja siap sedia, bahan industri sangat beragam.

Para pemilik modal dunia diundang Sinuwun Paku Hadi Hanyakrawati. Bersama dengan Kanjeng Ratu Banuwati Mataram berkembang pesat. Murah sandang pangan papan. Rakyat bahagia sekali. 

B. Peranan Priyayi Pati. 

Pembangunan istana Negara atas jasa priyayi Pati Jawa Tengah. 

Patih Mandaraka memimpin pembangunan Gedung. Biaya dari Kabupaten Pati. 

Demi kelancaran bisnis, Patih Mandaraka bertugas untuk memimpin pembangunan gadung. Orang Tegal kerap membantu dalam hal konsumsi. Warung Tegal atau Warteg mendapat order. Untungnya berlimpah ruah. 

Pembangunan gedung Rijswijk dilakukan dengan penuh ketelitian. Dimulai dengan perencanaan, pemilihan pelaksana pembangunan dan proses pelaksanaan pembangunan. Semua rencana dijalankan dengan rapi, tertib dan teratur. Untuk tenaga tukang didatangkan dari ahli marmer Tulungagung.

Ahli ukir ukiran jelas didatangkan dari Jepara untuk pemilihan kayu jati ditangani oleh warga Pati. Mereka anak buah Kanjeng Ratu Banuwati. Asal usul Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati dari Pati. Cucu Ki Ageng Penjawi.

Patih Mandaraka lincah pintar trampil sekali. Jaringan kerja cukup luas. Piring sendok gelas diurus oleh orang Tasikmalaya. Mereka tergabung dalam paguyuban mandrink. 

Pusat bisnis berbentuk gedung Rijswijk memanjang dengan balustrade di bagian depan, tangga naik di kiri kanannya. Empat belas pilar bundar berwarna putih berdiri tegak di bagian yang depan menyangga atap. Para ahli graji kayu Cepu bekerja bersemangat.

Urusan kuliner dipegang oleh warga Madiun. Siap sedia sega pecel lengkap dengan lempeng dan kulupan kembang turi. Suguhan rawon dimasak ibu ibu Kriyan Sidoarjo. Sekedar selingan disuguh tape Bondowoso.

Dengan penampilan ini gedung Pusat bisnis memberi kesan kebesaran kepada publik. Hal ini tentu membedakan penampilannya dengan wajah wajah rumah orang kebanyakan.

Tiga buah pintu masuk berukuran tinggi besar. Jendela besar berwibawa. Pandangan ini tampak jelas dari segala penjuru. Istana negara sejak abad 17 tampak istimewa. Lingkungan daerah ini cukup sehat, segar dan menggembirakan.

Kali Ciliwung mengalir deras sepanjang lingkungan Rijswijk. Begitu ramainya lantas berdiri pula rumah rumah pemukiman, toko, warung di sepanjang aliran kali Ciliwung itu. Hebat sekali Kerajaan Mataram. 

C. Peran Warga Jepara. 

Arya Pangiri Wreksa keturunan Sunan Prawoto raja Demak. Ayahnya, Pangiri Purwa pernah diasuh oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat Bupati Jepara. 

Sistem kelola Gedung Rijswijk yang dilakukan oleh Arya Pangiri Wreksa menggunakan prinsip prinsip menejemen modern. Warga Jepara pada masa itu banyak dilibatkan dalam usaha pengelolaan gedung Rijswijk atau Sasana Cakrawati. 

Usaha sewa menyewa ini memberi keuntungan berlipat ganda. 

Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakra Kusuma tahun 1613-1645. Gedung Rijswijk dikelola oleh Kanjeng Ratu Retno Jinoli bersama Syekh Jangkung. 

Penggunaan bangunan gedung Rijswijk ini berdasarkan surat keputusan Dewan Pengurus Verenigde Oost-Indische Compagnie. Dijabat oleh teknokrat kenamaan. Dia bernama Heeren Van Zeventien dengan surat tugas tertanggal 17 Februari 1618. Rijsbestuurders ini juga mengelola kantor yang berkedudukan di kota Ambon.

Atas kecakapan Ratu Retno Jinoli kontrak dagang berlangsung lancar. Keuntungan berlipat ganda. Kakak kandung Sultan Agung ini berbakat dagang. Dibantu oleh warga Nglandoh Kayen Pati. 

Gedung Rijswijk makin terkenal. Kantor ini merupakan pengelola perkebunan rakyat. Adapun pimpinannya yaitu Pieter Teeuw yang menjadi presiden komisaris perusahaan multi nasional tahun1619-1623.

Strategis sekali. Gedung Rijswijk ini dibangun di tepi laut berdekatan dengan sungai Ciliwung. Rijsbestuurders Valekenier tinggal di di gedung Rijswijk ini tahun 1747 sampai 1663. Beliau selalu menjaga keaslian arsitektur.

Selama bertugas selalu menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Sinuwun Amangkurat Agung raja Mataram tahun 1645 – 1677 bersahabat erat dengan investor dunia. Roda perekonomian semakin maju. Pelabuhan Lamongan, Tuban, Surabaya dan Jayakarta semakin ramai Jaya.

D. Ratu Madura Pengembang Istana Negara. 

Masa yang megah terjadi atas inisiatif Raden Ajeng Sukaptinah. Beliau Srikandhi Madura yang mendapat sebutan seorang profesional handal. Mustikaning putri, tetungguling widodari. 

Raden Ajeng Sukaptinah adalah putri Adipati Cakraningrat Bupati Pamekasan. Kelak menjadi garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana IV raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1788-1820.

Gelar Raden Ajeng Sukaptinah yaitu Kanjeng Ratu Kencana Wungu. Bertugas sebagai koordinator gedung Rijswijk. Kebetulan beliau juga seorang pengusaha sukses di kawasan bang wetan. 

Letak gedung Rijswijk ini berada di Kampung Bandan di Pasar Ikan. Bangunan Rijswijk menjadi tempat kediaman pejabat keuangan dan pertanahan. Kelak rumah ini disewakan kepada Gubernur Jenderal Raffles. Bapak Singapura ini aktif memajukan kawasan Asia Tenggara.

Tokoh legendaris yang gemar ilmu pengetahuan ini berjasa atas lahirnya Pura Paku Alaman tanggal 17 Maret 1811. Lewat Perjanjian Tuntang. Selama tinggal di Salatiga, Raffles sempat rekreasi di Rawa Pening. Tak lupa kuliner dengan suguhan cabuk rambak dan sayur adas.

Selera seni memang patut dibanggakan. Lantas gedung Rijswijk bernama Raffles House. Pada era selanjutnya raffles house berubah dengan nama Der Nederlanden. Setelah 1942 diganti menjadi Hotel Dharma Nirmala. Lalu setelah tahun 1945 bernama Istana Negara.

Renovasi bangunan istana Negara ini lantas dipakai sebagai bangunan Bina Graha. Di sinilah Presiden Indonesia berkantor. Sebagai sarana pengabdian untuk nusa bangsa.

Pada jaman pemerintahan gubernur Jenderal Raffles, daerah Rijswijk mengalami jaman kejayaan. Toko, warung, tangsi, dibangun megah mewah indah. Di antara bangunan itu terdapat rumah pribadi JA van Braam. Tempatnya persis sebelah kiri Raffles House. Ketika berkunjung ke candi Borobudur, beliau suka dengan hidangan gethuk Muntilan.

Tahun 1816, Komisaris Rijsbestuurders GAGP Baron van der Capellen menggantikan pengelolaan Raffles House. Lama kelamaan rumah kediaman ini menjadi kantor yang penting. Beliau membantu penulisan Sastra Jawa yang dikelola Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Perkembangan selanjutnya para Rijsbestuurders dibangunkan istana di Waterlooplein. Pembangunannya menggunakan tempo yang sangat lama. Untuk itulah persidangan Raad van Indie atau Dewan Rakyat. Para pembesar menginap di Rijswijk. Orang menyebut gedung itu dengan nama Hotel Rijsbestuurders.

Penggunaan gedung Rijswijk itu lantas dikelola oleh Komisaris Jenderal LPJ Burggraaf du Bus de Gisihnes pada tahun 1826. Beliau berhubungan erat dengan Sinuwun Paku Buwana VI, lewat Raden Ajeng Sukaptinah. 

Atas instruksi dari Raja Willem I, maka pejabat ini diharap menyelesaikan pembangunan istana di Waterlooplein. Ruang ruang bangunan ini bisa digunakan sebagai kantor pemerintahan. Gedung Rijswijk menjadi gedung serbaguna.

Gedung Rijswijk ini bertingkat 2. Pada tahun 1848 dipugar, kanan kirinya disempurnakan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Tentu saja menggunakan falsafah dan perencanaan yang matang. Peresmian gedung ini dilakukan oleh Sinuwun Paku Buwana VII yang memerintah tahun 1830-1858. Karya sastra bermutu tinggi berkembang pesat. Malah tersedia mesin cetak modern di Surakarta. 

E. Istana Negara Pada Masa Modernisasi Abad 19.

Modernisasi datang ke tanah Jawa setelah revolusi industri di Eropa. Industrialisasi muncul dengan sangat meriah. Kereta api dibangun dengan menghubungkan rute di seluruh daerah. 

Industri gula tumbuh subur. Jumlahnya lebih dari 176 pabrik gula. Usaha perkebunan tebu begitu semarak. Transportasi lori dan sepur berjalan mengagumkan. Orang Jawa hidup subur makmur. 

Sinuwun Bangun Kedhaton atau Paku Buwana IX amat istimewa. Gedung Rijswijk makin misuwur pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX tahun 1861-1893. Malah mendapat julukan Sinuwun Bangun Kedhaton. 

Atas bantuan Sinuwun Paku Buwana IX pada tahun 1869 Rijsbestuurders memohon pada menteri untuk membangun hotel di sebelah Koningsplein. Gedung Rijswijk dibangun lebih lengkap lagi. Pembangunan gedung ini menggunakan konsep ramah lingkungan.

Bosch Van Heek menjabat Rijsbestuurders. Beliau sejak tahun 1873 menjadi menempati gedung Rijswijk. Konsep pemerintahan Bosch Van Heek menyejahterakan nusantara dengan kesadaran bercocok tanam. Reboisasi digalakkan di berbagai tempat. Nusantara tampak indah ijo royo royo.

Karya Van Heek megah nan indah yang patut dikenang adalah Pesanggrahan Madusita di Candirejo Ampel Boyolali. Rijsbestuurders bersama Sinuwun Paku Buwana IX membuka kebun teh sepanjang lereng gunung Merbabu.

Tahun 1893 - 1939 gedung Rijswijk dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana X. Pahlawan nasional ini memang kaya raya. Kanjeng Ratu Paku Buwana bertindak sebagai koordinator. 

Sejak tahun 1939-1945 gedung Rijswijk dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana XI. Keuntungan ini digunakan untuk membantu kaum pergerakan. 

Watak murah hati cukup berarti. Berlanjut pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana XII yang memberikan harta benda kerajaan buat kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 1945 - 2004 masa pengabdian lahir batin. Kerelaan raja Surakarta Hadiningrat dicatat dengan tinta emas. Perjuangan Paku Buwana XII membawa berkah dan anugerah. 

F. Paku Buwana XII Memberikan Gedung Rijswijk. 

Hubungan Karaton Surakarta dengan Pemerintah Republik Indonesia begitu dekat akrab bersahabat. Paku Buwana XII dengan sukarela mempersilakan Presiden Soekarno untuk menempati gedung Rijswijk yang telah berganti nama Sasana Cakrawati. 

Atas kesepakatan bersama, pada tanggal 1 September 1945 gedung Cakrawati diganti nama menjadi Istana Negara. Berlaku dengan selamat sentosa mengantar ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Yakni negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. 

Jalannya sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia penuh dengan suri teladan. Semua kerajaan di wilayah nusantara dihormati penuh. Presiden Indonesia tahu sejarah masa lalu yang berlangsung secara harmonis. 

Istana Negara nan elok berwibawa milik Karaton Surakarta Hadiningrat yang dihibahkan buat kelancaran pemerintahan. 

Tahun 1945 gedung Rijswijk digunakan untuk pusat pemerintahan. Namanya menjadi Istana Negara. 

Pusat pemerintahan negara Indonesia bertambah lancar. Gedung Istana Negara memancar sinar wibawa ke seluruh penjuru nusantara. Bung Karno menggunakan Istana Negara tahun 1945 – 1968. 

Aura Karaton Surakarta Hadiningrat digunakan untuk menambah Wibawa. Lewat Kanjeng Ratu Laksminto Rukmi, garwa Sinuwun Paku Buwana X. Pada saat weton Presiden Soekarno digelar tari sakral.

Presiden Soeharto menempati istana Negara tahun 1968-1998. Awal menjabat Presiden, atas usul Jenderal Sudjono Humardani pada tanggal 12 Maret 1968 digelar wayang Kyai Kadung milik Karaton Surakarta Hadiningrat. Lakonnya wahyu Cakraningrat.

Habibie menjabat Presiden RI ketiga tahun 1998-1999. Ibu Ainun Habibie masih keturunan Ki Ageng Sela di Purwodadi. Leluhur memberi doa restu Presiden BJ Habibie demi kelancaran tugas kenegaraan.

Gus Dur memimpin RI tahun 1999-2001. Aura Istana Negara bersinar terang. Presiden Abdurrahman Wahid mendapat gelar dari Sinuwun Paku Buwana XII. Demikian pula ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung juga diwisuda di Karaton Surakarta Hadiningrat.

Presiden Megawati Soekarno Putri menjabat tahun 2001-2004. Istana selalu beraura. Bangsawan Bali mendukung penuh. Wajar eyangnya Ida Ayu Srimben adalah putri bangsawan Pulau Bali.

Tahun 2004 – 2014 Istana Negara dikelola Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Priyayi Pacitan ini selalu njawani. Maka disebut Satriyo piningit dari Pacitan.

Joko Widodo atau Jokowi adalah priyayi asli Solo. Beliau menjabat Presiden sejak tahun 2014. Sinuwun Paku Buwana XIII raja Karaton Surakarta Hadiningrat memberi dukungan. Presiden Joko Widodo dipercaya rakyat untuk memimpin negeri.

Istana dihuni oleh Presiden RI. Oleh karena itu ruang istana negara juga bersifat multiguna. Ini biasanya diselenggarakan di ruang tengah istana. Bagian pekarangan istana Negara seluas 1300 m 2. Ruang ini ditata dengan gaya neoklasik. Kesannya agung dan megah. Ornamen yang jalin menjalin bagai renda baju putri Ambon menjelujuri pinggiran langit langit. Maka suasana istana Negara bertambah regeng ngengreng.

Penataan ruangan yang luas ini terbagi menjadi dua oleh sebaris pilar pilar yang tegak kukuh menopang langit langit. Tampak agung betul.

Untuk bagian yang dekat dengan halaman belakang disebut Ruang Upacara. Sedangkan yang dekat ke serambi depan disebut Ruang makan. Antara kedua bagian ini sering dipasang penyekat besar ukiran Jepara sepanjang delapan meter. Pak Harto suka nonton wayang.

Gambar wayang terlukis di ruang Istana Negara. Pada penyekat ini mengisahkan Sumantri Ngenger, dari cerita Arjuno Sosro Bahu. Ceritanya berkisar pada perjuangan hidup seorang rakyat jelata yang kemudian menjadi pahlawan. Cerita berasal dari serat Tripama karya Mangkunegara IV. Wayang ini juga sebagai sarana pendidikan kebangsaan.

Bung Karno pun gemar main wayang. Tampak penyekat Jepara ini, Ruangan Bersantap kalau sedang dipakai menjamu tamu negara. Akan lebih disemarakkan lagi oleh cahaya lampu kinclong yang bergantungan di langit langit. Seluruh Istana Negara dihias lampu kinclong. Banyak sekali jenisnya. Di antaranya yang dipasang di ruang tengah istana ini. Dua cermin besar seusia gedung itu yang digantung pada dinding berbinar binar memantulkan cahaya lampu kristal. Hal ini menambah keindahan suasana. Benar benar suasana mat matan.

Suasana di ruang istana itu lebih bersifat Indonesia adalah seperangkat geber wayang kulit yang dipajang dengan wayang wayang buatan Manyaran Wonogiri. Ini lebih berfungsi sebagai dekorasi, walaupun kadang kadang alat alat gamelan gangsa.

Gamelan buatan Bekonang Sukoharjo digelar anggun. Gamelan yang ada di sekitarnya dibunyikan juga untuk mengiringi jamuan makan. Kadang kalasebagai pengiring diperdengarkan permainan kecapi, suling atau angklung. Ini contoh pasugatan seni Pasundan.

Pengenalan kebudayaan Indonesia dari hiasan yang ada dalam Ruang Bersantap, maupun dari hidangan. Untuk makanan Indonesia yang disajikan serta musik khas Indonesia yang mengiringi acara jamuan makan, para tamu negara biasanya juga mendapat kesempatan untuk lebih mengenal kebudayaan Indonesia dengan pertunjukan kesenian asli.

Seni budaya alat diplomasi. Pertunjukan ini diselenggrakan di Ruang Upacara yang dipisahkan dari Ruang makan. Hanya dengan penyekat, sehingga setelah selesai jamuan makan para tamu bisa langsung pindah duduk. Mereka perlu hiburan.

Rum kuncaraning bangsa, dumunung ing luhuring budaya. Begitulah wursita tama Sinuwun Paku Buwana X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1893-1939. Maka istana Negara biasa diadakan gelar seni budaya. Pementasan pertunjukan diselenggarakan di atas panggung yang terletak di ujung selatan ruangan.

Penggunaan istana Negara dilanjutkan pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana XI. Anggota BPUPKI yang dipimpin oleh Dr Radjiman Wedyadiningrat diberi fasilitas untuk menginap di istana Negara. Atas kesepakatan Sinuwun Paku Buwana XII dan Presiden Soekarno, maka pemerintah Indonesia berkantor di Istana Negara. Raja Karaton Surakarta Hadiningrat mendukung penuh berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Pagelaran harus disiapkan matang. Panggung ini menutup tempat duduk yang tersusun bertingkat-tingkat yang sudah ada sejak jaman investor dunia. Mungkin tempat inilah yang dahulunya serign dipakai untuk sidang.

Pengelola istana mesti punya selera tinggi. Panggung itu dengan latar belakang peta Indonesia. Peta terbuat dari kain beledu hijau tua dengan gambar gambar pulaunya berwarna kuning emas. Peta ini diapit oleh dua pilar yang masing-masing ujung atasnya dihias dengan bunga teratai berdaun mahkota warna emas.

Pada jaman investor klasik, di depan pilar pilar ini dipajang bendera bendera. Bagian tengah tengahnya dipasang meja untuk pemimpin sidang. Jadilah pandangan yang elok menawan. Bisa nengsemake pandulu.

Pada tanggal 9 Agustus 2009 istana mementaskan wayang purwa. Lakon Sesaji Raja Suya. Ketua Pepadi Bapak Ekotjipto SH menjadi ketua pelaksana. Hadir pula Bapak Drs H Solichin ketua Senawangi. Beliau berdua amat berjasa dalam pengembangan istana dalam bidang pewayangan. 

Acara itu dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan anggota kabinet. Selain untuk acara acara kesenian. Pentas kagunan edi peni, budaya adi luhung.

Ruangan Upacara penting ini sesuai dengan namanya, juga dipakai untuk upacara upacara resmi, seperti peringatan Isra’ M I’raj dan Maulid Nabi. pelantikan Duta Besar berjalan lancar. Pelantikan Menteri menteri baru bisa gancar. Maka perlu suasana ruangan yang mendatangkan aura spiritual.

Upacara magis spiritual harus dikembangkan. Sebagai Ruangan Upacara, tempat ini tampak resmi dengan terpampangnya lambang Bhinneka Tunggal Ika yang besar di atas peta Indonesia. Garuda besar itu seolah-olah mengawasi dan menaungi seluruh ruangan. Pancaran kewibawaan Istana Negara amat terasa.

Aura istana Negara terjaga dengan hadirnya benda pusaka. Peninggalan kerajaan kuno memberi daya kharisma. Kesan yang amat berbeda akan terasa jika kita memasuki Ruang Pameran yang lazim juga disebut ruang Keris. Ruang istana bertambah wibawa.

Juru ukir didatangkan dari Jepara. Di sepanjang dinding ruangan Istana Negara terdapat lemari lemari kaca tempat memajang berbagai perhiasan dari emas serta bermacam macam permata. Tetapi yang tampak menyolok adalah koleksi senjata senjata tajam yang dipamerkan di sana. Semua dipercaya memiliki sipat kandel.

Pusaka ditata berjajar jajar di Istana Negara. Di antara puluhan senjata yang dipamerkan terdapat pedang panjang dari Pajajaran, Mandau dari Kalimantan, Samurai dari Jepang, tombak tombak, dan bermacam jenis keris. Masalah kepercayaan memang berhubungan dengan benda magis mistis. Terus yang mengandung daya linuwih.

Ruang istana Negara ditata sempurna. Selain ruangan ruangan tersebut, di Istana Negara masih terdapat beberapa ruangan lain yang disediakan untuk kebutuhan praktis istana. Yaitu tempat kembul bujana andrawina.

Untuk dhahar ngunjuk perlu tempat memadai. Contoh dua dapur yang mengapit bagian tengah istana. Satu untuk menyiapkan makanan dingin dan satu lagi untuk menyiapkan makanan panas yang akan dihidangkan dalam jamuan kenegaraan. Juga terdapat beberapa ruangan istirahat. Kagem enggar enggar ing penggalih.

Peran Ibu Fatmawati Soekarno, Ibu Soehartinah Soeharto, Ibu Ainun Habibie, Ibu Sinta Nuriah Abdurrahman Wahid, Ibu Ani Yudhoyono, Ibu Iriana amat besar. Sebagai ibu negara telah menghidupkan suasana di Istana Negara.

Keteladanan ibu negara itu perlu dicontoh. Bagian ruang istirahat Bapak dan ibu Negara yang antara lain dilengkapi dengan tempat tempat tidur Jawa antik yang didatangkan dari Jepara, Blora, Pati, Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Purwodadi dan Rembang.

Demikianlah sejarah istana negara yang selanjutnya dipakai oleh pemimpin Indonesia. Dimulai oleh presiden Soekarno tahun 1945-1967. Dilanjutkan Presiden Soeharto tahun 1967-1998. Presiden BJ Habibie tahun 1998-1999. Presiden Abdurrahwan Wahid 1999-2001. Presiden Megawati tahun 2001-2004. Presiden Susilo Bambang Yudoyono tahun 2004-2014. Presiden Joko Widodo tahun 2014-sekarang.

Penggunaan istana negara ditujukan untuk memperlancar pelayaann publik. Segala urusan kenegaraan dari Sabang Merauke dibicarakan secara teliti. Istana negara merupakan simbol pusat pelayanan masyarakat. 

Para Presiden Indonesia menjalin hubungan yang selaras serasi dan seimbang dengan raja Surakarta Hadiningrat. Bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Sebagai contoh buat pendidikan generasi penerus. Kawruh kautaman kanggo putra wayah. 

G. Usaha Pemeliharaan Gedung Rijswijk. 

Raja Surakarta mengundang investor dunia guna meningkatkan usaha ekonomi. Termasuk pembiayaan gedung Rijswijk. Karena tempatnya amat strategis. 

Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan pewaris langsung kerajaan Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram. Para raja Karaton Surakarta Hadiningrat biasa melakukan diplomasi kenegaraan. Sejarah diplomasi kenegaraan itu tertulis dengan rinci. 

Tata laksana politik dan ekonomi dilakukan dengan kesantunan universal. Investor dunia menanam modal. Gedung Rijswijk yang berdiri sejak tahun 1607 beroperasi dengan lancar. Ekonomi berputar. Pihak Karaton Mataram  memberi fasilitas lahan. Adapun daftar lengkap tanah dalam wilayah kekuasaan Keraton yang disewa oleh investor dunia dan juga Investor dalam negeri disajikan di bawah ini secara urut patut. Negeri Mataram dianggap maju dan pusat peradaban. 

Tanah Kagungan Dalem Karaton Mataram pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana II yang memerintah tahun 1726-1745. Tanah yang disewa perusahaan multi nasional pada tahun Jawa Be 1670

Lokasi Luas karya Investor asing menyewa tanah Karoton Surakarta di daerah Banten, Betawi 10.000, Jepara 12.000. Semua dicatat dengan rapi teratur.

Investor asing juga menyewa tanah Karaton Surakarta di daerah Cianjur 1.800 23 Pati 12.000,

Bandung, Pucang 1.000 24 , Kudus 2.500,

Pranak, Ngancang, Pucang 800 25, Cengkalsewu, Patikayam 600,

Sumedang 100 26. Kawasan Priangan yang bergunung gunung tampil sebagai daerah yang makmur aman damai. Karaton Surakarta Hadiningrat bisa membina dengan penuh kebijaksanaan. 

Petani rajin bekerja di sawah. Nelayan rajin bekerja di laut. Pedagang rajin bekerja di pasar. Para ahli ekonomi ditempatkan di berbagai wilayah. Juwono 1.000,

Nglengkungan Gallo 1.000 27, Nglasem 800, Cikadang, Ciamis, Cikaha 1.500 28, Rembang Jengkungan 800, Nglajeng, Polak Kamanukan 500 29 Tuban 3.015,

Ciasem, Cibarang 500 30 .

Sedayu 1.195,

Gebang 100 31. Luas sekali tanah milik Kraton.

Rincian yang tercatat untuk daerah Lamongan 800, Cirebon Karang pasundan 6.000,

Surabaya, Bangil Lumajang 12.000,

Sawojajar 800 33, Gresik 2.115,

Tegal 8.000 34 Malang 1.500, Brebes 1.000 35 Cembong Pasuruhan 1.000, Wirodesa 1.000 36 Sumenep 5.000, Pekalongan 12.000, Pamekasan 300, Batang Pengangsalan Sampang, Balega 8.000 , Madura, Sampang, Balega 8.000.

Kaliwungu 1.500 39, Pemalang 1.000. Tanah tanah ini dikelola dengan efektif dan efisien. Buat tata raharjaning kawula dasih. 

Perkebunan maju sekali. Tanaman komoditas mempertebal kas Karaton Surakarta Hadiningrat. Rakyat tanah Jawa makmur lahir batin. Hitungan yang rinci. 

Kendal 1.000 40, Probolinggo 2.000,

Semarang 800 41, Blambangan, Besuki, Banyuwangi 1.000, Demak 12.000. Total yaitu 138.422. Kelak daerah ini mendapat anugerah ketrampilan menejemen perkebunan. Lapangan kerja terbuka luas, kemakmuran pun merata. 

Tanah Kagungan Dalem di daerah Kedu yang disewa investor Inggris pada tahun Jawa Alip 1739 saat pemerintahan Sinuhun Paku Buwana IV yang memerintah tahun 1788-1720. Nama lokasi atau Abdi Dalem yang mula mula menggaduh luas karya. Sewa menyewa dilakukan oleh tim yang ahli dan berpengalaman. 

Guna melancarkan pelestarian bangunan kuno, maka dicari usaha pendanaan. Nama lokasi atau Abdi Dalem yang mula mula nggaduh Luas karya. Tanah di Cokrokusuman 331 12 , Bupati Kaparak Tengen 692,

Mangkubumen 205, Bupati Kaparak Kiwo 439, paugeran menjadi pedoman utama. Tindakan yang menyangkut keuangan mesti dicatat dengan tertib. Wujud tanggung jawab. 

Untuk daerah yang dikelola Buminatan 36 14, Bupati Gedhong, Tengen 225, Pamotan 56 15, Bupati Gedhong Kiwo 430,

Singosaren 25 16, Bupati Ngajeng 1.080, Panularan. Menejemen yang bagus telah meningkatkan kesejahteraan umum. 

Untuk daerah Bupati Kauman yaitu 20,

Kaprabon 65 18, Bupati Demang Hurawan 88, Bupati Siti 3.284. Penggunaan tanah menurut paugeran.

Sedangkan tanah untuk Bupati Hanon anon 422, Bupati Panumping 2.151 20, Bupati Kadipaten termasuk putra sentan 1.233, Bupati Hageng 384, Bupati Kapatihan 852 21, Bupati Gamel 300. Total jumlah tanah itu sebanyak 12.389. Lahan digunakan untuk menanam pohon yang ramah lingkungan.

Di samping itu, pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana IV, investor dunia juga menyewa tanah di daerah Wirosobo seluas 2.000 karya, di daerah Pagerwojo seluas 150 karya, dan di daerah Blora seluas 3.500 karya. Usaha ini mendapat untung berlimpah ruah. Kemakmuran negeri terwujud nyata. 

Atas inisiatif Kanjeng Ratu  Handoyowati dan Kencono Wungu disusun Serat Wulangreh. Kitab ini dicetak dengan sempurna. Tentu pakai biaya besar. Sastra piwulang ini dibagi gratis untuk kawula dan nayaka di seluruh tanah Jawa sebagai paugeran urip. 

Sewa tanah yang dilakukan oleh perusahaan dunia masih terus berlanjut hingga wilayah kerajaan Surakarta Hadiningrat yang dikelola sendiri tinggal kira kira seluas Karesidenan Surakarta. Adapun tanah Kerajaan Surakarta Hadiningrat yang disewa investor dunia setelah masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana IV di ringkaskan dalam daftar daftar administrasi.

Tanah Kagungan Dalem Karaton Surakarta Hadiningrat di daerah Jawi Kori yang disewa investor dunia pada tahun Jawa Jimawal 1749. Saat pemerintahan dipegang oleh Sinuhun Paku Buwana V yang memerintah tahun 1820-1823. Pernah melakukan pembenahan bagian serambi gedung Rijswijk. 

Keuntungan kas negara yang berlimpah ruah digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam bidang ilmu pengetahuan telah disusun Serat Centhini. Ensiklopedi budaya Jawa dibuat megah mewah indah gagah. 

Hasil keuntungan itu digunakan untuk memperbaiki gedung Rijswijk. Nama Abdi Dalem yang mula mula menggaduh Luas karya. Uang sewa Kapatihan 100 6.672,

Ngajeng 40 6.171,

Hageng 32 2.548,

Siti 96 7.866,

Panumping 485.989,

Sewu 525.785, Kaparak Tengen,

Gedhong Tengen, 60 5.772, Kebumen 16 1.212, Kadipaten 150 28.748, Para Gusti 2 120. Total Semua tanah yaitu 64270.411. Investor dunia nyaman kerasan. Penanaman modal mendatangkan keuntungan materi. 

Tanah Kagungan Dalem di daerah Brang Kilen dan Brang Wetan yang disewa investor dunia pada tahun Jawa Jimawal 1757. Saat itu pemerintahan dipimpin oleh Sinuhun Paku Buwana VI. Beliau berbakat memutar uang.

Nama Abdi Dalem Karaton Surakarta yang mula mula menggaduh Luas karya . Uang sewa digunakan untuk kepentingan umum. Amemangun karyenak tyasing sesama. 

Tanah Karaton Surakarta Hadiningrat yang berada di sekitar Kali Brantas dikelola dengan baik. Misalnya Kediri Brang Wetan,

Kediri Brang Kilen,

Sarengan. Pace, Nganjuk, Caruban. Kontrak sewa menyewa dengan investor dilakukan di Pesanggrahan Sedudo Sawahan lereng Gunung Wilis.

Pengelolaan tanah Karaton Surakarta Hadiningrat juga meliputi daerah Ponorogo, Jogogamping, Pacitan, Lorog, Panggul, Sambang,

Kampul, Jogorogo,

Kuwu. Kontrak persewaan dilakukan di villa Baturaden.

Kontrak dilakukan secara tertulis dan rinci. Hak dan kewajiban Sewa menyewa tanah di Banyumas, Panjer, Pageten, Ledok, Gowong, Gemo, Jati. Untung selalu dibagi dengan adil.

Pencatatan kontrak disaksikan oleh notaris profesional untuk pengelolaan tanah di Malang, Wiro, Duduwolo. 

Pangrembe, Banyumas, Paricandonan

Joyoluwur, Tambakan, Singomertan. Investor kerja sama dengan pihak Kerajaan.

Sekedar hitung hitungan cara kerja tertib administrasi. Sewa menyewa tanah dirinci dengan teliti. Misalnya di daerah Telogo Kawiren 7.000.

Total 36907 223066 untuk investasi tanaman produktif. Terutama budidaya perkebunan. Lapangan kerja terbuka luas.

Sewa tanah Kerajaan Surakarta Hadiningrat di daerah Banyumas dan sekitarnya oleh investor pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana VI yang memerintah tahun 1823-1830. Tertib administrasi memang penting untuk transaksi jual beli. Gedung Rijswijk lambang kejayaan bisnis Nusantara. Saat ngulandara di kawasan Maluku Sinuwun Paku Buwana VI selalu menulis. Catatan itu dibuat sampai beliau wafat di Ambon tahun 1849.

Karaton Surakarta Hadiningrat mencatat semua transaksi finansial. Hal itu sebagaimana diberikan dalam daftar di atas tampaknya tidak berjalan dengan mudah dan lancar. Oleh karena ini terlihat dari adanya permintaan kembali dari pihak investor yang menghendaki jawaban lanjut dari Sinuhun Paku Buwana VI. Yakni atas permintaan sewa dari pimpinan investor dunia atas daerah daerah tersebut. Sebagai tempat investor yang membawa kemakmuran.

Kerja sama antar bangsa sudah lama. Gedung Rijswijk yang berganti nama Istana Negara merupakan bentuk kerja sama. Keberadaan investor asing pada jaman kerajaan memang memberi keuntungan. Jual beli komoditas berlangsung aman damai. Rakyat beruntung dan sejahtera.

Bangsa Indonesia amat berbahagia. Karena mendapat warisan dari Kerajaan Mataram. Istana Kepresidenan sudah dibangun sejak tahun 1607. Sinuwun Paku Buwana IV belajar sejarah demi memperoleh wisdom. 

Tepa palupi diperoleh dari kehidupan masa silam. Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati sudah membangun istana Kepresidenan. Pembangunan ini atas dukungan garwa prameswari Kanjeng Ratu Banuwati, putri Pangeran Benawa dari Kasultanan Pajang. Aset Pajang Pengging sampai saat ini tetap diupakara oleh Karaton Surakarta. 

Berdirinya Karaton Surakarta sejak tanggal 17 Sura 1745 punya tugas memelihara aset publik. Istana publik yang bertebaran di seluruh tanah Jawa dikelola untuk kesejahteraan umum. Hak hanggadhuh dengan tujuan kawula dasih yang akan ngundhuh.

Selama pergerakan nasional gedung Rijswijk menjadi tempat negosiasi antar kelompok. Waktu Sinuwun Paku Buwana XI memerintah, ada kebijakan baru. Pada tahun 1942 nama Rijswijk dikembalikan lagi menjadi gedung Sasana Cakrawati. Berlangsung hingga tahun 1945.

Penggunaan gedung Sasana Cakrawati lantas menjadi Istana Negara. Guna menjalankan roda pemerintahan. Atas dukungan Sinuwun Paku Buwana XII Istana Negara menjadi tempat kantor Presiden Republik Indonesia. Kebijakan yang penuh keteladanan dan kerelaan. 

Konsep kepemilikan kerajaan Surakarta berorientasi pada kepentingan umum. Narendra tan darbe garwa myang siwi. Institusi dan pribadi terpisah jelas. Istana Negara yang dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia merupakan kebajikan. Maka Karaton Surakarta Hadiningrat selalu berdoa murih wilujenging Negara Kesatuan Republik Indonesia saisinipun.

Doa buah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu wajib tiap ada hajad dalem Karaton Surakarta Hadiningrat. Sebuah rumusan yang anggun dan agung. Lambang harmoni kebangsaan.

Oleh: Dr Purwadi, M.Hum., Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, Hp 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar