Minggu, 17 Desember 2023

BABAD ONJE PURBALINGGA

 

A. Adipati Onje Leluhur Purbalingga 

Trah kusuma mbabar peradaban utama. Nlesih sejarah untuk mendapatkan kebijaksanaan hidup. Wulangan wejangan wedharan diwariskan oleh leluhur. Berguna sebagai piranti kaca benggala. 

Adipati Onje keturunan Sultan Demak Bintara. Beliau mendirikan Kabupaten Purbalingga. Dengan semangat ilmu iku kelakone kanthi laku. 

Pendiri Kabupaten Purbalingga adalah Adipati Onje pada tanggal 18 Desember 1563.

Adipati Onje juga bergelar Kanjeng Adipati Hanyokro Kusumo, Adipati Hanyokrokapti, atau Pangeran Jimbun Lingga. Ayahnya adalah Raja Demak Bintara, yakni Sunan Prawoto atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Amirul Mukminin Sirullah IV. Beliau menjadi Pepundhen tanah Jawa yang bertapa di Alas Sukolila. 

Dengan demikian Adipati Onje merupakan bangsawan tinggi, trahing kusuma rembese madu, wijining atapa, tedhake andana warih. Dinamakan Onje karena sejak kecil Ono Jepara. Onje singkatan kata dari O = Ono, Je = Jepara. Pangeran Onje dididik oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat yang berkuasa di Kabupaten Jepara tahun 1536 – 1569.

Sultan Trenggana memiliki lima putra, yaitu Sunan Prawoto, Ratu Emas, Ratu Cepaka, Ratu Kalinyamat dan Pangeran Timur. Sunan Prawoto menjadi Sultan Demak. Ratu Emas menjadi istri Sunan Gunung Jati. Ratu Cepaka menjadi istri Sultan Pajang. Pangeran Timur menjadi penguasa Bang Wetan, Bupati Madiun.

Pangeran Hanyokro Kusumo tinggal bersama tante Ratu Kalinyamat. beliau tinggal bersama kakaknya, Aryo Pangiri yang nantinya menjadi Bupati Glagah Wangi. Selama ikut Ratu Kalinyamat, beliau dididik dalam bidang mebel, ukir -ukiran, manajemen pelabuhan, ketrampilan mengebor minyak di Cepu, kerajinan membuat trasi di Rembang Lasem. Juga diajari mengolah gamping semen di kawasan gunung Kendheng Pati.

Pengetahuan kebatinan dan ngelmu guna kasantikan jaya kawijayan, juga dilatih oleh Ratu Kalinyamat. Tiap malam jumat legi tapa kungkum di Kali Serang. Maklum sekali, Kanjeng Ratu Kalinyamat adalah putri raja Demak Bintara dan Bupati Jepara pertama yang sakti mandraguna. Beliau pernah bertapa di Gunung Danaraja. 

Pangeran Hanyokro Kusumo mendapat warisan harta benda dari Kadipaten Jepara. Lebih dari itu Pangeran Hanyokro Kusumo menjadi direktur perusahaan milik Pangeran Hadirin, seorang konglomerat yang menguasai perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Pangeran Hadirin itu suami Kanjeng Ratu Kalinyamat yang berasal dari Samudra Pasai Aceh. Nama Jimbun Lingga merupakan pethilan dari nama Sang Eyang, yaitu Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah I. Raden Patah ini kakeknya Pangeran Hanyokro Kusumo yang menjadi raja Demak Bintara pertama.

Keluarga bangsawan Demak Bintoro umumnya mendapat pendidikan dari Wali Sanga, guru suci ing tanah Jawi. Pangeran Hanyokro Kusumo berguru kepada Kanjeng Sunan Kalijaga di Pondok Pesantren Kadilangu. Gelar Lingga berhubungan dengan trah Kerajaan Kalingga. Rajanya bernama Ratu Sima. Beliau raja wanita yang terkenal memiliki watak utama, menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan, hambeg adil paramarta.

Keling adalah pusat pemerintahan kerajaan Kalingga. Cucu raja Kalingga bernama Demang Tepus Rumput. Hidupnya digunakan untuk mengabdi kepada raja Pajang. Beliau adalah Joko Tingkir atau Mas Karebet yang bergelar Kanjeng Sultan Hadiwijaya Kamidil Ngalam Panetep  Panatagama. Memerintah Kerajaan Pajang tahun 1546 – 1582. Hubungan Jepara dengan Pajang amat dekat. Bahkan Joko Tingkir menjadi raja Pajang atau restu dan dukungan dari Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sebelum mengabdi ke Pajang Demang Tepus Rumput lebih dulu mengabdi di Kabupaten Jepara. Tugasnya menata kawasan Bangsri dan Keling. Di sekitar Gunung Danaraja, Demang Tepus Rumput memang kondhang kaloka. 

Pada tahun 1560 Sultan Hadiwijaya memimpin sidang. Hadir pula Ratu Kalinyamat, Ratu Mas, Ratu Cepaka, Pangeran Timur, Arya Pangiri dan Pangeran Hanyokro Kusumo. Topik yang dibicarakan tentang rencana Pangeran Hanyokro Kusumo yang hendak diberi tugas untuk memimpin kawasan Giri Raharja. Untuk itu perlu persiapan yang matang, rinci dan terpercaya. Sebelum acara pelantikan, semua hal harus beres. Tan ana kang cicir. Ditunjuklah Demang Tepus Rumput sebagai panitia pemekaran Kabupaten. Demang Tepus Rumput dianggap berpengalaman dalam bidang tata pemerintahan, bang bang aluming praja. 

Sengkut gumregut, gumreget, gumregah. Amanat yang berat ini dijalankan Demang Tepus Rumput dengan penuh tanggung jawab. Terlebih dulu beliau mohon doa restu kepada leluhurnya di Keling Bangsri. Tata cara ritual meditasi di hadapan makam Kanjeng Ratu Sima. Dilanjutkan lara lapa tapa brata di puncak Gunung Danaraja. Pagi harinya berangkat dari pelabuhan Juwana menuju daerah Tegal. Berangkatnya Demang Tepus Rumput disertai dengan upacara wilujengan tumpeng robyong. 

Rombongan Demang Tepus Rumput naik perahu Kyai Janggleng. Perahu Kyai Janggleng ini dibuat oleh Laksamana Nala dari Kerajaan majapahit. Pernah digunakan untuk mengantar Prabu Hayamwuruk dan Patih Gajahmada. Rombongan tiba di Tegal mampir di kediaman kerabat Ki Ageng Tarub. 

Kawasan Giri Raharja masih berwujud wana gung liwang liwung, gawat kaliwat-liwat. Bebasan jalma mara jalma mati. Demang Tepus Rumput harus berhati- hati. Tidak boleh ceroboh. Terlebih dulu beliau minta doa restu kepada Syekh Subakir yang mbahu reksa wilayah Giri Raharja. Ilmu laku yang dijalankan Demang Tepus Rumput terkabul.

Oleh karena itu Giri Raharja disebut juga dengan Gunung Slamet. Selama babad Alas Giri Raharja sampai aliran sungai Serayu Demang Tepus Rumput dapat berjalan lancar. Lila lan legawa kanggo mulyane negara.

Kanjeng Sultan Pajang memberi ganjaran dua pusaka sipat kandel. Yaitu Ali-ali Soca Ludira dan Keris Kyai Kutharaga. Daya linuwih Ali- ali Soca Ludira dapat mengusir makhluk halus yang berbuat jahat. Jim peri perayangan, ilu-ilu banaspati, engklek-engklek waru dhoyong, thong thong sot glundhung pringis. Semua tidak berani mendekat pada orang yang mengenakan ali-ali Soca Ludira.

Adapun pusaka keris Kyai Kutharaga mempunyai keampuhan yang mengagumkan. Saat membuka alas itu Demang Tepus Rumput dari bawahannya tampak berseri-seri. Bahkan kawibawan, kawidadan, kamulyan lan karaharjan selalu bersama dengan utusan Pajang ini. Begitu tinggi daya tariknya, maka orang sekitar kalah prebawa. Tiap orang mau mengakui prestasi dan gengsi. Maka Demang Tepus Rumput disebut pula Ki Ageng Ore-ore atau Demang Ore-ore. Selamat sudah perjalanan priyagung luhur. Mereka lelaku dengan tapa brata. 

B. Pelantikan Adipati Onje. 

Drajat pangkat semat itu jadi garis pepesthen. Sultan Pajang melantik Pangeran Onje sebagai Bupati Purbalingga. Terlebih dulu mahas ing ngasepi ing perenging gunung Slamet. 

Demang Tepus Rumput atau Ki Ageng Ore-ore sukses menjalankan tugas selama tiga tahun. Beliau segera lapor kepada Kanjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang. Dua pusaka, Ali-ali Soca Ludira dan Keris Kyai Kutharaga pun dikembalikan. Ki Ageng Ore-ore sungguh trah kusuma prajurit sinekti, wus kawentar satriya utama, mumpuni kasarjanane, ing saniskara putus, wicaksana alus ing budi.

Upacara pelantikan Pangeran Hanyokro Kusumo terjadi pada tanggal 3 Rajab atau 1226 H atau 3 Rajab 1758 Saka atau 18 Desember 1830. Hadir pula segenap pejabat kraton Pajang, Adipati Glagah Wangi, Bupati Jepara, Bupati Lasem, Bupati Tuban, Bupati Semarang, Bupati Tegal dan Bupati Madiun. Tampak undangan kehormatan dari keluarga Kasultanan Banten dan Kasultanan Cirebon. Tata cara wisudan lumampah kanthi gancar lancar, nir ing sambikala. 

Suasana di pegunungan, pedesaan dan perkotaan meriah megah. Rakyat menyambut dengan suka gembira. Sepanjang jalan berkibar bendera klapa, rontek umbul-umbul. Upacara pelantikan ditandai dengan suara terompet, gong, bende beri. Suara gamelan monggang, kodok ngorek dan carabalen, udan mas, berkumandang di angkasa raya.

Sultan Hadiwijaya mewakili Kasultanan Pajang, keluarga Demak, Banten, Cirebon mengucapkan terima kasih kepada Demang Tepus Rumput atau Ki Ageng Ore ore. Untuk memberi penghargaan tinggi, pada saat itu juga Demang Ore ore ditunjuk untuk menjadi penasehat utama Bupati Giri Raharja. 

Atas usul Demang Ore-ore wilayah Giri Raharja diberi nama baru, yaitu Purbalingga. Purbalingga berasal dari bahasa Sansekerta, purba dan lingga. Purba berarti memimpin, menata, mengatur, mengelola. Lingga merujuk pada nama Jimbun Lingga.

Jimbun sendiri merupakan gelar Raden Patah raja Demak Bintara. Purbalingga bermakna Pangeran Jimbun Lingga yang berwenang untuk memimpin, menata, mengatur, mengelola, menguasai bentangan tanah di bawah kaki gunung slamet dan aliran Kali Serayu. 

Daerah Giri Raharja secara resmi menjadi Kabupaten Purbalingga. Pangeran Hanyokro Kusumo kini diberi gelar kehormatan dengan nama sesebutan Kanjeng Raden Adipati Hanyokrokapti. 

Nama ini bermakna seseorang yang diberi kekuasaan untuk memimpin rakyat berlandaskan moral dan suara hati nurani. Kenyataannya Adipati Hanyokrokapti tampil sebagai pemimpin yang ideal. Beliau suka laku prihatin, cegah dhahar lawan guling. Tiap malam Selasa Kliwon tirakat di kaki gunung Slamet. Anak buahnya yang tergabung dalam departemen purwo kinanthi membawa dupa dan sesaji. Om awighnam hastu namas sidam. Mugi rahayu sagung dumadi.

Para sesepuh Purbalingga bertemu pada tahun 1564. Topik utama adalah mau membicarakan prosesi pernikahan Adipati Hanyokrokapti atau Adipati Onje. 

Kurang lengkap pemimpin kabupaten seorang diri. Maka dengan restu para kerabat Pajang, Demak, Jepara, Lasem, Tuban, Semarang dan Banten, semua sepakat dan mendukung Adipati Onje menikah dengan Ratu Pakuwati, putri Sultan Cirebon, sebagai mahar pernikahan yaitu piranti gupit mandragini buatan Jepara. 

Pesta nikah berlangsung mewah dan megah. Dari pernikahan ini lahir tiga putra, yaitu Raden Mas Mangunjaya, Raden Mas Citrokusumo dan Retno Banuwati. Kabupaten Purbalingga semakin lengkap dan bahagia. Kepemimpinan Adipati Onje selalu memberi semangat kerja. Onje, yaitu Ono Jeporo. Memberi inspirasi pada warga Purbalingga untuk selalu berprestasi.

Sama halnya dengan orang yang mengerjakan ukir-ukiran. Begitu indah dan menawan. Hanyokro Kusumo berarti memimpin darah biru, yang agung dan anggun. Hanyokrokapti berarti menata hati dan pikiran demi pengabdian. Jimbun hingga berarti penerus dinasti Demak yang memegang kekuasaan. Adipati Onje mbahu dhendha nyakrawati. 

Karaton Cirebon dan kabupaten Purbalingga semakin mesra. Hadirnya Ratu Pakuwati, putri Sultan Cirebon menambah bobot kabupaten Purbalingga. Paku bermakna pengokoh. Wati berarti keputren. 

Sebagai istri Bupati Purbalingga, Ratu Pakuwati berhasil membimbing para wanita, wanita ditata wani mranata. Kanjeng Ratu Pakuwati adalah mustikane putri tetunggule widodari.

Peranan kabupaten cukup menonjol pada tahun 1653. Kanjeng Ratu Wiratsari permaisuri Sinuwun Amangkurat Tegal  Arum membuat pesanggrahan di daerah Mrebet. Permaisuri raja Mataram ini membangun pesanggrahan Purwo Arum. Tempat peristirahatan ini digunakan sebagai sentra agribis, wisata budaya dan pelatihan. Ekonomi lokal bergerak dinamis. Mbok bakul sinambi wara, ider ing karang padesan. 

Tiap bulan sekalu diselenggarakan acara besar secara bergilir. Umumnya dilakukan oleh pemerintah kabupaten pesisir dan bupati Brang Kulon. Kebetulan sekali Kanjeng Ratu Wiratsari memiliki kantor cabang Istana Mataram di desa Lesmana kecamatan Ajibarang Banyumas. Pesanggrahan Purwo Arum di Mrebet begitu laris manis. Masyarakat sekitar tambah mujur makmur sempulur. 

Setiap ada perhelatan, pesta dan event budaya tak lupa ditampilkan tari Lengger dan gamelan Calung.

 Lagu wajibnya adalah gendhing Serayu.


Adhuh segere banyune ing sendang. 

Ilang kesele wis mari le mriyang. 

Banyune bening nyegerake ati. 

Kudu sing eling mring tindak kang suci.

Ilmu iku kelakone kanthi laku. Kesadaran tentang arti penting pendidikan bagi rakyat Purbalingga tergolong tinggi. 

Pada tahun 1713 pemuda pemudi kabupaten Purbalingga belajar di Kartasura.

Mereka belajar sastra, bahasa, seni, kerawitan, tembang, pedalangan. Kartasura yang menjadi ibukota Mataram ini dipimpin oleh Kanjeng Sinuwun Paku Buwono I. Permaisurinya bernama Kanjeng Ratu Mas Balitar. Warga Purbalingga berkesempatan untuk ikut serta menyusun Serat Ambiya dan Serat Iskandar Zulkarnain. Kitab ini mengandung nilai budi pekerti luhur. Sastra piwulang kerap dipetik untuk pentas seni Lengger. 

Bendungan Kali Larangan kartasura dibangun oleh tim Kebumen Purbalingga. Keterlibatan pakar dan ahli perairan dari Kabupaten Purbalingga terjadi pada tahun 1743.

Utusan kabupaten Purbalingga dilibatkan dalam proyek pemindahan ibukota Mataram dari Kartasura menuju Surakarta. Warga Purbalingga tergabung dalam rombongan Kanjeng Raden Tumenggung Honggowongso. Beliau adalah tokoh dari Kotawinangun Kebumen. Betapa mengagumkan etos kerja dari tim Purbalingga. Sinuwun Paku Buwono II amat gembira dengan utusan Kabupaten Purbalingga. Semangat kerja mereka pantas dijadikan sebagai suri tauladan, tepa palupi.

Tahun 1746 Kanjeng Sinuwun Paku Buwono III dan Patih Pringgoloyo datang di kabupaten Purbalingga. Ini berkah besar. Kunjungan raja Mataram yang beribukota di Surakarta ini memberi rasa ayem tentrem.

Hawa dari gunung Slamet menyambut kedatangan Kanjeng Sinuwun Paku Buwono II. Aliran kali Serayu gemericik airnya, seolah olah mengucapkan selamat datang kepada Raja Mataram. Kenyataanya kabupaten Purbalingga selalu aman damai, gemah ripah loh jinawi. Tatanan hidup yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. 

Oleh karena itu perlu keselarasan lahir batin. Yakni hubungan manusia dengan alam. Sebagaimana lelaku ing puncaking wukir. 

C. Adipati Onje Mewariskan Keteladanan. 

Pelestari tata cara adat di gunung Slamet dipelopori oleh Adipati Onje. 

Warisan Adipati Onje memang agung. Bupati Purbalingga  menata keluhuran peradaban. Sering lelaku untuk mempertajam kepekaan batin. 

1. Adipati Onje I  1563 – 1597. Dilantik pada jaman kerajaan Pajang rajanya Sultan Hadiwijaya.

2. Adipati Onje II 1597 – 1610. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Panembahan Senopati.

3. Adipati Onje III 1610 - 1642. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Prabu Hadi Hanyakrawati.

4. Adipati Onje IV 1642 – 1659. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sultan Agung. 

5. Adipati Mangunjaya I 1659 – 1682. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sri Amangkurat Tegal Arum.

6. Adipati Mangunjaya II 1682 – 1704. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sri Amangkurat Amral.

7. Adipati Mangunjaya III 1704 – 1713. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Amangkurat Mas.

8. Adipati Citrokusumo 1704 – 1713. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sinuwun Paku Buwono I.

9. Adipati Citrokusumo I 1724 – 1736. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sri Amangkurat Jawi.

10. Adipati Dipoyudo I 1736 – 1750. Dilantik pada jaman kerajaan Mataram rajanya Sinuwun Paku Buwono II. 

11. Adipati Dipoyudo II 1750 – 1759. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono III.

12. Adipati Dipoyudo III 1759 – 1792. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono III.

13. Raden Tumenggung Dipokusumo I 1759 – 1811. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono IV.

14. Tumenggung Brotosudiro 1811 – 1831. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono IV.

15. Raden Tumenggung Dipokusumo II 1831 – 1853. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono VII.

16. Raden Tumenggung Dipokusumo III 1853 – 1868. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono VII.

17. Raden Tumenggung Dipokusumo IV 1868 – 1883. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono IX.

18. Raden Tumenggung Dipokusumo V 1883 – 1893. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono IX.

19. Raden Brotodimejo 1893 – 1899. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono X.

20. Raden Tumenggung Dipokusumo VI 1899 – 1925. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono X.

21. KRAA Soegondo 1925 – 1946. Dilantik pada jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat rajanya Sinuwun Paku Buwono X.

22. Mas Soeyoto  1946 – 1947. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

23. Raden Mas Kartono  1947 – 1950. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

24. R Oetoyo Koesoemo  1950 – 1954. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

25. R Hadisoekmo  1954 – 1960. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

26. R Mohammad Soedjadi  1960 – 1967. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

27. R Bambang Moerdharmo 1967 – 1973. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.

28. Letkol Goentoer Daryono  1973 – 1974. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.

29. Dr. Soetarno  1979 – 1984. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.

30. Drs. Soekirman 1984 – 1989. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.

31. Drs. Soelarno 1989 – 1994. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.

32. Triyono Budi Sasongko  2000 – 2010. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

33. Drs. Heru Sudjatmoko  2010 – 2013. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

34. Drs. Sukanto Ridho Marhaendrianto  2013 – 2015. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

35. Tasdi SH  2016 – 2018. Dilantik jaman Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

36. Dyah Hayuning Pratiwi, menjabat bupati Purbalingga sejak tahun 2018.

Masyarakat Kabupaten Purbalingga sungguh berbahagia. Sejarah panjang selalu disertai dengan anugerah wirya arta winasis. Hidupnya ginanjar kehormatan kekayaan kepandaian. Purbalingga bermakna hamurba, mengelola, mengatur, menata sebuah peradaban lingga atau kemuliaan yang agung dan anggun.

 Itulah gambaran masyarakat yang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. 

Alam sekalir sami suka basuki. Godhong suket dadi rowang. Dari Gunung Slamet, bertaburan doa keselamatan untuk negeri. Dari Kali Serayu, Sir Rahayu yang betul betul ayu dan hayu. Demi memayu hayuning bawana. 

Adipati Onje bertapa di Gunung Slamet. Agar sekalian warga Purbalingga slamet widada rahayu lestari. Tokoh ini suka membaca sejarah. Dalam sejarah peradaban Jawa, gamelan selalu mengiringi upacara ritual kenegaraan. Gamelan dipercaya dapat mendatangkan keselamatan. Nir bita nir baya nir sambikala. Hingga  batin. Misalnya keberadaan gamelan pada jaman kerajaan Mataram Dulangmas.

Bumi Mataram yang beribukota di Dulangmas sedang dirundung duka nestapa. Wabah krasak menyerang warga perkotaan, pedesaan, pegunungan. Rakyat bingung, gelisah, menderita, tersiksa. Pageblug mayangkara harus segera diatasi. Peristiwa ini terjadi pada tahun 726. Dengan segala daya upaya Kanjeng Sinuwun Prabu Syaelendra berusaha mengatasi wabah penyakit menular. Raja Mataram Dulangmas ini segera cancut taliwanda. 

Raja Mataram yang memerintah Kraton Mataram sejak tahun 1645 bernama Sunan Amangkurat I. Karena lama tinggal di daerah Banyumas, maka mendapat gelar Sunan Amangkurat Banyumas.

Makanya di daerah Tegalarum, maka juga disebut Sunan Amangkurat Tegalarum. Beliau memerintah dengan jiwa agung, maka mendapat gelar kehormatan Sri Susuhunan Amangkurat Agung.  Sunan Amangkurat I adalah putra kandung Sultan Agung raja Mataram yang memerintah tahun 1613-1645. Ibunya bernama Kanjeng Ratu Batang. 

Nama kecil Amangkurat Agung yaitu Gusti Raden Mas Sayiddin.  Lama tinggal di daerah dulangmas, Kedu Magelang Banyumas. Terutama di sepanjang aliran kali Serayu. Yakni daerah Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.  

Kali Serayu dianggap sakral oleh warga Dulangmas. Yakni Magelang Kedu Banyumas. Babad Onje merupakan sumber bacaan masa silam yang memberi pencerahan. Marbabak bang sumirat.

Oleh :  Purwadi. 

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara  LOKANTARA. HP 087864404347.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar