Sabtu, 23 Desember 2023

Filsafat Banyu Panguripan

Air kehidupan layak disebut banyu panguripan. Tahun 1751 pujangga Yasadipura menyusun lakon Dewaruci yang menyebut tirta perwita sari. Terletak di samudra minang kalbu. 

Dari segi kefilsafan air merupakan fons vitae atau sumber hidup. Perpaduan air dengan unsur alam profan menghasilkan sad rasa. Yakni madura manis, amla kecut, lawana asin, katuka pedas, kasaya hambar. 

Pertemuan antara air sakral yakni swanita ovum dan sukla sperma. Itulah bibit kawit asal usul manusia. Ekuilibrium jagat gedhe Lan jagat cilik, makrokosmos mikrokosmos. Ilmu sangkan paraning dumadi. 

Mulai tanggal 3 April 1601 Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati membentuk kabinet. Raja Mataram mengangkat Tumenggung Tirtonegoro sebagai menteri pengairan. Pejabat pengairan tingkat desa diurus oleh Jogotirto. 

Ragam air yaitu:

1. Tirta amerta. 

Yaitu air kehidupan. Pujangga Yasadipura menjelaskan dalam serat dewaruci. Mati sakjroning ngaurip. 

2. Amerta jiwani yaitu air yang bisa hidup kembali. Misalnya air di sendang sana dan sendang sriningsih. 

3. Tirta sewana. 

Yaitu air untuk pemandian. Umbul Cakra dan umbul Pengging dibangun oleh Sinuwun Prabu Amangkurat II raja Mataram Kartasura tahun 1677.

4. Tirta kamandanu. Yaitu air kendi untuk upacara keselamatan. Contohnya sumur  di pesanggrahan Langenhajo yang dibangun Sinuwun Paku Buwana IX tahun 1861.

5. Tirta Nirmala. 

Yaitu air untuk proses penyembuhan. Obat buat orang sakit. Misalnya sumur Bejagung Semanding Tuban. 

6. Tirta perwita. 

Yaitu air penghidupan yang dicari oleh Bima. Atas petunjuk sang guru mendapatkan di samudra minang kalbu. Lambang jatidiri dalam 

hati nurani. 

7. Tirta Tata amerta

Berarti air kebenaran. Ilmu hakikat sebagai tanda maul khayat atau air hidup. 

Untuk upacara dikenal panca tirta. Lima air suci yakni tirta amerta, tirta tegteg, tirta sudamala, tirta panglukatan, tirta pamarsudan. 

Kerajaan Demak Bintara sejak tanggal 4 Mei 1478 meneruskan kebijakan tentang patirtan. Sunan Kalijaga memberi pelajaran kepada Syekh Siti Jenar. 


Dhandhanggula


Sunan Kalijaga manabda aris, 

He Sitibang sun ringkes kewala,

Keh padudon tanpa gawe, 

Mung roro wasitengsun, 

Lah rasakna salah sawiji, 

Urip lawan palastra, 

Ywa angro karepmu, 

Ananggapi Syekh Siti Jenar, 

Pindho gawe sun tan arsa pinrih mati, 

Ngekehken duka cipta. 

Kisah itu menjelaskan hakikat air kehidupan. Pengajaran ilmu sejati di kawasan Umbul Pengging. Filsafat air menyertakan kedalaman makna kehidupan.

Purwadi, 

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA. 

Hp 087864404347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar